Ia pandangi sejenak benda pipih dalam genggaman tangan kanannya itu. Dua buah gambar centang biru nampak di sana pertanda sebuah pesan yang ia tuliskan telah terbaca oleh penerima. Untuk beberapa saat ia menunggu balasan dengan cukup sabar. Setelah itu, kembali Daniel memasukan ponsel pintarnya ke dalam saku celananya setelah menunggu balasan yang tak kunjung tiba.
Rasa bersalah menyelimuti hati dan pikirannya. Daniel merasa sudah sangat bersalah telah membawa Gea ke dalam keadaan yang sangat rumit ini, jika ia bisa lebih sedikit bersabar mungkin tidak akan menjadi seburuk ini.
Daniel segera melangkah masuk kembali ke dalam mobil yang telah disiapkan oleh mamanya selama ia akan tinggal di Bandung. Daniel sudah tidak tahan lagi untuk menyeka keresahan yang semakin memperdaya hatinya. Perasaan bersalah pada Gea begitu menyelimuti hatinya. Dengan langkah berat, Daniel segera melajukan mobilnya menuju sebuah rumah yang kini ditempati oleh mamanya dan juga istrinya.
Daniel melangkah tanpa semangat menuju pintu utama setibanya ia di parkiran rumah mewah itu. Langkah kakinya meragu. Haruskah ia menjalani takdir atau memperbaiki semuanya? Namun, dengan cara apa?
Pintu rumah terbuka dengan lebarnya begitu ia selesai mengetuk pintu itu. Berbagai sambutan mewarnai kedatangannya. Namun, semua terasa hampa. Daniel memindai pandangannya ke seluruh penjuru rumah mewah itu. Keningnya berkerut. Pikirannya kembali berkelana.
''Daniel sayang, akhirnya kamu pulang juga.'' ucap Riska seraya memeluk Daniel. Seolah ingin menumpahkan kerinduan yang membuncah.
''Aku kangen kamu sayang.'' tambahnya dengan bergelayut manja.
Tanpa berniat membalas pelukan Riska, Daniel pun segera melepas pelukan istrinya dan memilih berjalan menghampiri ibunya.
''Kenapa baru pulang sekarang? Memangnya harus kamu yang harus ditugaskan di sana? Sebaiknya kamu perintahkan saja pada karyawan kamu yang lain untuk mengurus kantor cabang di sana.'' sebuah kata sambutan yang keluar dari mulut ibunya begitu berdengung di telinga Daniel. Bukan ia tak hormat, namun ia hanya sedikit jengah.
''Mah, nanti saja membicarakan urusan kantornya. Daniel pasti capek karena baru saja tiba.'' ucap Riska dengan sangat lembut.
''Aku lelah, bisakah aku istirahat sejenak?'' tanya Daniel pada kedua wanita yang berdiri di hadapannya.
''Oh iya sayang, aku sudah siapkan kamar untuk kita. Ayo kita ke atas.'' ucap Riska seraya menggandeng tangan Daniel menuju sebuah kamar yang terletak di lantai atas.
''Sayang, ini kamar kita. Seharusnya kamar ini menjadi kamar pengantin kita malam itu, tapi..'' ucap Riska menjeda kalimatnya.
''Aku ingin membersihkan diri dulu.'' ucap Daniel melepas genggaman tangan Riska dan segera berjalan menuju kamar mandi yang berada di kamar itu.
Selepas kepergian Daniel dari pandangan matanya, Riska berulang kali mencoba untuk menahan kesabaran dalam hatinya. Berulang kali pula ia harus meredam amarah yang terasa membuncah di kepalanya. Ingin rasanya ia berteriak dan memaki laki-laki tampan yang belum lama ini telah resmi menjadi suaminya, namun semua itu hanya ada dalam angannya. Ia tidak akan melakukan hal konyol itu. Ia begitu mencintai Daniel dan ia tidak akan mensia-siakan usahanya yang telah dengan susah payah ia lakukan agar bisa menikah dengan lelaki yang ia cintai itu.
Sengaja Riska mempersiapkan kamarnya sedemikan rupa. Seluruh sudut kamar tertata dengan rapi dan apik sangat serasi dengan sebuah ranjang berukuran besar yang berbalut dengan sprei berwarna putih bersih yang terletak di sana. Sebuah aroma terapi pun tak luput dari perhatian Riska. Ia memilih sebuah aroma yang dipercaya mampu menumbuhkan kembali gairah dan semangat jiwa yang hilang. Dan ia meletakkannya di sudut kamarnya.
Ceklek! Pintu kamar mandi yang terhubung dengan walk in closet itu mulai terbuka. Menampilkan sosok tampan yang nampak segar dengan rambut yang masih basah baru saja keluar dari dalamnya. Sungguh pemandangan yang begitu memanjakan kaum hawa.
''Kenapa kamu masih di situ?'' tanya Daniel datar dan menatap Riska dengan tatapan yang dingin.
''Aku nungguin kamu dong sayang.'' jawab Riska dengan manja. Tak dapat ia pungkiri, dengan tampilan santai seperti itu kadar ketampanan Daniel bertambah berkali-kali lipat.
''Untuk apa?'' tanya Daniel acuh.
''Masa kamu masih tanya sih sayang. Aku kan istri kamu, tentunya aku akan menemani kamu. Ini kan kamar pengantin kita.'' ucap Riska dengan nada sedikit manja.
''Aku capek, aku ingin beristirahat. Pergilah! Atau jika kamu masih ingin berada di kamar ini biar aku yang keluar untuk mencari kamar lain yang bisa aku tempati.'' ucap Daniel dengan ketus.
''Daneil, aku ini istri sah kamu! Sudah seharusnya kita berada dalam satu ranjang dan atap yang sama.'' ucap Riska mulai terbawa emosi.
''Begitukah?'' tanya Daniel datar.
''Selama ini aku selalu diam dan mencoba bersabar ya dengan semua tingkah dan lakumu. Aku selalu mengalah dan berkorban.'' ucap Riska dengan tatapan mata memerah menyorot ke dalam manik mata Daniel.
''Apa kamu bilang? Berkorban?'' tanya Daniel jengah.
''Seandainya kakek masih hidup dan dia tahu kamu memperlakukan aku seperti ini, pasti dia akan sangat marah besar!'' geram Riska.
''Seandainya kakek kamu masih hidup, bisa aku pastikan jika aku tidak akan pernah menikahi kamu.'' ucap Daniel begitu dingin.
''Tega ya kamu Daniel.'' ucap Riska dengan air mata sendu.
''Aku mau keluar.'' ucap Daniel mengambil tas dan kunci mobilnya. Segera ia langkahkan kakinya menuju pintu dan menutupnya dengan cukup keras.
''Sayang! Tunggu!'' sergah Riska mencoba menghalangi langkah Daniel.
Daniel tetap melangkahkan kakinya dan tak sedikitpun mempedulikan Riska yang terus saja merengek dan memintanya untuk tetep tinggal.
''Daniel! Mau kemana kamu!'' seru mama Daniel begitu melihat putranya berjalan dengan begitu cepat dari arah lantai atas.
Tak berselang lama, Riska pun ikut mengejar langkah Daniel dan segera menuruni tangga.
''Ma, Daniel mau pergi, Mah. Cepat cegah dia!'' mohon Riska dengan sangat.
''Dia sudah pergi. Sebenarnya apa yang terjadi?'' tanya mama Daniel tak mengerti.
''Daniel marah sama aku, Mah.''
''Kamu ini bagaimana sih, mama kan udah berkali-kali bilang sama kamu, jangan terpancing emosi. Bila kamu sedang berbicara dengan Daniel, kamu harus sabar.'' ucap mama Daniel mencoba menenangkan menantu kesayangannya.
''Tapi Daniel udah keterlaluan, Mah!'' geram Riska.
''Sudahlah, mama pusing mikirin hubungan kalian. Baru juga beberapa bulan menikah, tapi kalian selalu berantem terus.'' ucap mama Daniel memegangi kepalanya yang terasa sedikit berat.
''Ini pasti karena ulah perempuan sial*an itu!'' gerutu Riska.
''Aku nggak bisa terus-terusan tinggal diam seperti ini. Aku harus bisa secepat mungkin menyingkirkan perempuan itu dari Daniel!'' ucap Riska geram.
Di sisi lain, Daniel segera melajukan mobilnya membelah jalanan kota. Ia menuju sebuah titik yang tampak pada layar navigasi dalam ponselnya. Dengan laju cepat bak pembalap handal, ia menerobos kemacetan yang semakin merayap. Tiba di sebuah kafe, Daniel menghentikan laju mobilnya.
Di dalam sana, sudah duduk seorang laki-laki berpakaian serba hitam dengan topi senada tersenyum seraya mengangkat sebelah tangannya begitu melihat kedatangan Daniel.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
Ersa
jadi begitu🤔
2023-11-06
0
Kanjeng ayu
🧐🧐🧐
2022-12-24
4
Kanjeng ayu
next thor....
masih bertanya2 inihhhhhh....
siapa yg entagonisnyaaahhh????? 🤣🤣🤣
2022-12-18
2