Sebuah ironi

Tak ada yang lebih menyakitkan dari pada menatap kedua mata orang yang kamu cintai, lalu menemukan bayangan orang lain terpantul di sana. Tak ada yang lebih memilukan dibandingkan dengan selalu mengalah dan menerima kenyataan bahwa tidak hanya aku yang menjadi miliknya.

Namun, hati kadang-kadang terlalu naif pada godaan yang bernama cinta. Tanpa bisa dicegah, tanpa tahu awalnya, dan tiba-tiba saja sudah berada dalam perangkap yang dinamakan cinta. Berusaha keluar untuk mencari jalan pulang. Bahkan menumpuk banyak alasan untuk berhenti memikirkannya. Berhenti menginginkannya. Namun sulit. Sangat sulit dan teramat sulit.

Bukan hanya sekedar mimpi, bukan pula emosi. Tapi ini benar-benar terjadi. Bahwa bukan hanya aku seorang yang ada di hatinya. Haruskah aku berlari tinggalkan mimpi-mimpi? Namun tak dapat aku hindari kenyataan ini. Hati dan jiwa bagaikan disayat-sayat sembilu yang selalu membelenggu. Sebuah ironi bukan? Sebuah ironi cinta yang menggelapkan kalbu.

Menjadi orang ke tiga? Oh tidak. Bukan akulah yang menjadi orang ketiga di sini.

Menyakitkan? Menyedihkan? Memalukan? Kerap dituduh berselingkuh dan merebut suami orang itu sungguh teramat menyedihkan. Aku dibenci, aku dicaci. Dan selalu harus mengalah setiap aku memiliki hasrat ingin memilikinya sendiri. Salah? Tidak, ini tidak sepenuhnya salah. Karena sejatinya cinta itu suci. Kenapa harus jatuh cinta? Mengapa harus mencinta? Dan mengapa harus begini?

Mungkin aku bisa terima dan mengalah meski hati harus kerap terluka. Karena aku telah dan terlalu mengenal hatimu lama. Namun, mana mungkin akan terus jalani cinta yang begitu rumit ini. Saatnya kembali, nurani bicara bahwa hakikatnya cinta tak akan ingkar dan tak akan terbagi. Haruskah aku mengalah? Tunggu! Tidak. Akulah yang pertama di sini, lantas mengapa hanya aku?

Benar aku telah kecewa, namun akan aku nikmati luka dan perih ini sendiri hingga nanti lelah menanti.

''Sayang, mas cariin kemana-mana tahunya kamu di sini.'' sapa Daniel ketika melihat Gea yang tengah terdiam dengan tatapan tak terbaca.

''Eh, mas. Iya kenapa?'' tanya Gea terhentak dari lamunannya.

''Kamu ngapain malam-malam begini sendirian? Mas dari tadi bingung nyari kamu kemana-mana.'' tanya Daniel kembali.

''Nggak ngapa-ngapain kok mas, cuma lagi pengen lihat bulan aja. Cantik ya?'' jawab Gea dengan pandangan masih tertuju pada bulan sabit yang bertengger di awan.

''Iya sangat cantik.'' ucap Daniel menatap paras ayu di sampingnya.

''Masuk, yuk. Udah malam dingin di luar.'' bujuk Daniel.

''Mas masuk duluan aja, aku masih pengen duduk di sini.'' jawab Gea. Bukannya melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam rumah, namun Daniel berjalan dan mendekat ke tempat Gea duduk.

''Lho kok nggak jadi masuk ke dalam mas?'' tanya Gea yang melihat Daniel kini telah duduk di bangku sebelahnya.

''Emm.. mas juga lagi pengen lihat bintang.'' jawab Daniel ketika berhasil menundukkan dirinya di bangku sebelah Gea.

''Melihat bintang? Bintangnya lagi sembunyi, mas. Nggak kelihatan tuh.'' jawab Gea sambil menerawang ke langit malam. Benar, malam ini bintang sepertinya sedang malas untuk menunjukkan dirinya dan lebih memilih untuk bersembunyi karena malu menunjukkan dirinya pada rembulan yang sedang bertengger dengan gagahnya.

''Yang di langit memang nggak ada, tapi yang di hadapan mas ada kok. Cantik banget malah, lebih cantik dan lebih bersinar dari bintang manapun.'' jawab Daniel mencoba merayu.

''Apaan sih mas, gombalannya basi banget deh.'' ucap Gea terkekeh.

Daniel pun ikut tersenyum melihat tawa yang menghiasi wajah cantik wanitanya. Semakin tersenyum semakin menambah kecantikan yang ia miliki. Dalam hatinya, ia kembali berjanji.

''Dengarlah wahai bintang hatiku, aku akan selalu menjagamu dengan hidup dan nyawaku. Dan teringat janjiku padamu, suatu hari pasti akan aku tepati. Tetaplah tersenyum karena itu bahagia untukku.'' ucap Daniel dalam hati.

''Mas Daniel!'' panggil Gea.

''Iya sayang.''

''Kenapa mas Daniel jadi ikutan ngelamun juga sih?'' tanya Gea.

''Enggak kok sayang, mas nggak ngelamun tapi mas lagi menikmati pemandangan indah di hadapan mas ini.''

''Dih, gombal lagi. Mas tuh nggak pantes nggombal gitu.'' jawab Gea terkekeh.

''Mas nggak gombal sayang, beneran. Cuma kamu yang paling terang dan bersinar.''

''Makasih lho ya, tapi aku nggak ada receh.'' jawab Gea terkekeh. Berusaha mengiyakan agar lelaki di hadapannya itu merasa senang.

''Oh iya, sayang. Minggu depan mas harus pulang ke Bandung. Hanya sebentar kok.'' ucap Daniel tak bersemangat.

Mendadak wajah ayu yang tersenyum di sampingnya itu pun berubah sendu. Ia juga sama merasa sedihnya sama seperti apa yang wanita itu rasakan, ia juga merasa sama marahnya seperti apa yang wanitanya itu alami.

''Iya mas.'' jawab Gea malas.

''Sayang, jangan marah. Mama minta mas untuk pulang ke Bandung. Mas janji nggak akan lama di sana. Setelah semua urusan beres, mas akan segera kembali lagi ke sini.'' bujuk Daniel.

''Hm.'' jawab Gea seraya menghembuskan napasnya kasar.

''Saat mas lagi nggak di sini nanti, kamu jangan nakal ya. Awas ya kalau kamu berani macam-macam.'' canda Daniel.

''Memangnya kenapa kalau aku sampai macem-macem? Lagian mas nggak lihat juga kan aku mau ngapain aja. Terus mas Daniel sendiri boleh macem-macem di sana?'' tanya Gea membalikkan pertanyaan.

''Ya ampun sayang, kamu tahu sendiri kan kalau mas itu nggak akan macam-macam. Mas itu cintanya cuma sama kamu. Sampai detik ini pun mas belum pernah sekalipun menyentuh Mariska. Jadi mana mungkin mas akan macam-macam di sana.'' jujur Daniel panjang lebar.

''Dosa mas! Mas tuh berdosa. Dia itu juga istri sah kamu. Harusnya kamu adil.'' ucap Gea dengan nada bicara yang cukup tenang.

''Sayang, mas mohon. Kita hanya akan berantem lagi kalau bahas masalah ini. Kita nikmati momen-momen yang ada dulu ya sebelum mas pergi.'' ucap Daniel mulai resah.

''Mas sendiri kan yang mulai?'' ucap Gea acuh. Gea pun melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah.

''Sayang, tunggu!'' kejar Daniel ikut masuk ke dalam rumahnya.

Ia pun segera meraih tubuh ramping itu dan membawa ke dalam pelukannya. Ia dekap tubuh wanitanya itu dari arah belakang, ia lingkarkan erat kedua tangannya pada perut wanitanya. Kemudian ia sandarkan kepalanya pada bahu milik Gea.

''Jangan marah ya, mas mohon untuk bersabar sedikit lagi.'' rayu Daniel dengan begitu manja.

Gea pun hanya terdiam. Ia biarkan lelaki itu bergelayut manja dalam dekapannya. Nyaman, pasti. Namun hatinya kembali tercubit tatkala mengingat bahwa lelaki yang kini tengah memeluknya dengan begitu erat itu sebentar lagi akan pergi meninggalkannya dan kembali pada perempuan lain yang kini pasti sedang bahagia menantikan kehadirannya.

Meratapi kisah bahwa bukan hanya aku saja yang menangis saat engkau terpisah jauh yang membuatku merasa seolah dan semakin terbunuh.

Terpopuler

Comments

satblu gaming

satblu gaming

nextttt

2022-12-03

3

Kanjeng ayu

Kanjeng ayu

thorrr.. aku slalu hadir d stiap karyamu thor....

baca cerita yg ini bkin campur adukkkkkk 🤬🤯😡😤😩

2022-12-03

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!