Wahai cinta, engkau telah membuatku lemah tak berdaya, seperti anak hilang, jauh dari keluarga dan tidak memiliki apa-apa. Cinta ibarat tetesan air yang menimpa bebatuan. Setiap tetesnya mampu menghancurkan kerasnya batu menjadi kepingan, berserat bagai kaca yang retak.
Begitulah cinta yang engkau bawa kepadaku. Mereka mengatakan aku telah tersesat. Wahai cinta, mana mungkin engkau akan menyesatkan?
Sebuah pesan masuk dengan disertai bunyi dering pada ponsel milik Gea. Ia pun segera meraih benda pipih itu yang berada dalam tas kecilnya.
Sebuah pesan masuk dari seseorang yang sedang ia nantikan kabarnya.
...''Sayang, mas baru saja sampai. Jaga dirimu baik-baik ya di sana. Akan segera mas hubungi kembali nanti. I still love you, that’s all I can feel. I still miss you, that’s all I can say."...
Gea membaca sebuah pesan yang Daniel kirimkan. Tanpa berniat untuk membalasnya, Gea segera meletakkan kembali ponsel pintar itu ke dalam tas kecilnya.
Aku hanya berpura-pura mengacuhkanmu, mengabaikanmu, namun dalam hati kecilku, aku sungguh-sungguh merindukanmu. Aku sangat mencintaimu. Berada jauh darimu, membuatku resah. Membuatku berada di puncak gelisah. Seperti daun yang jatuh tertiup angin dan terbang tak berarah. Sebelum ini, aku pernah belajar merelakanmu. Aku pernah belajar untuk melepasmu pergi dengan cinta yang lain, tak hanya sekali bahkan berkali-kali.
Aku pikir aku akan baik-baik saja dan semua akan berjalan seperti sedia kala. Kamu dengan seseorang yang memilihmu dan aku akan mencoba dengan hati yang baru dan berharap akan tumbuh. Namun aku keliru, melepasmu ternyata tidak semudah itu.
Setiap langkahku tertuju, setia dalam renungku hanya untukmu.
''Gea!''
''Kamu kenapa sih ngelamun mulu?'' ucap seseorang dengan menepuk lembut pada bahu Gea.
Gea pun memecah lamunannya dan kembali memperhatikan sahabat yang duduk di depannya itu.
''Kamu kenapa sih dari tadi aku perhatikan kamu banyak melamun. Lihat tuh, makanan kamu juga belum kamu makan sedikitpun keburu dingin nanti.'' ucap sosok perempuan yang tak lain adalah Tisa, sahabat Gea.
''Eh, enggak kok.'' jawab Gea kembali fokus pada makanannya.
''Daniel lagi?'' tebak Tisa.
''Sampai kapan sih kamu akan seperti ini, Ge?'' suara Tisa mulai meninggi.
Tisa adalah sahabat Gea sejak duduk di bangku sekolah menengah atas dulu. Orangnya memang cerewet dan selalu mengatakan apa yang ada di kepalanya, namun dibalik sikapnya ia adalah sosok yang sangat pengertian.
Gea pun kembali menghembuskan nafasnya kasar, seolah dengan itu mampu sedikit melegakan sesak di dadanya.
''Harusnya kamu tinggalin laki-laki kaya gitu! Seenaknya saja dia mempermainkan kamu.'' ucap Tisa yang kini telah menghabiskan semangkuk sup buah di mejanya.
''Tis, aku nggak apa-apa. Makasih kamu udah selalu peduli sama aku. Aku baik-baik saja, kamu bisa lihat sendiri kan kalau aku baik-baik saja, aku sehat, aku bisa tersenyum, aku bahagia.'' ucap Gea seraya memberikan senyuman manis pada Tisa. Walau jauh dalam lubuk hatinya, ia sedikit membenarkan apa yang sahabatnya itu katakan.
''Sadar nggak sih kalau hubungan kalian itu nggak sehat!'' ucap Tisa kembali dengan nada yang sedikit meninggi.
''Mungkin memang jalannya harus seperti ini.'' jawab Gea sambil mengaduk-aduk spaghetti di piringnya tanpa berniat untuk menghabiskan makan siangnya itu.
''Apa sih yang kamu lihat dari Daniel?''
Gea pun hanya mengedikkan kedua bahunya acuh mendengar pertanyaan yang diucapkan oleh Tisa.
''Oke, aku akuin kalau Daniel itu memang tampan, kaya, dan sukses. Tapi dia itu jahat Ge! Dia itu udah tega mempermainkan kamu. Sadar nggak sih kamu.'' sambung Tisa dengan perasaan kesal.
''Aku percaya suatu saat nanti, cinta pasti akan menemukan jalannya.'' jawab Gea dengan tidak mengalihkan pandangannya pada garpu yang ia gunakan untuk mengaduk-aduk makanannya.
''Bulshit dengan yang namanya cinta! Kamu harus realistis Ge! Daniel itu tidak mencintai kamu dengan tulus. Dia hanya mencari kepuasan untuk dirinya sendiri!'' suara Tisa mulai meninggi.
''Ge, kalau Daniel memang benar-benar mencintai kamu seharusnya dia tegas untuk menolak perjodohan itu dan tidak akan menikahi wanita ****** itu. Dan saat ini, seharusnya dia tidak akan membiarkan kamu sendiri di sini dan datang menemui wanita itu.'' ucap Tisa sambil meletakkan satu botol minuman dingin di depan Gea dengan kasar.
''Banyak orang-orang di sekitar kamu yang lebih bisa mencintai kamu dengan tulus. Lebih dari yang Daniel sudah berikan ke kamu. Kenapa kamu nggak bisa lihat itu? Kenapa kamu seolah menutup mata akan hal itu!" dengan serius Tisa menatap Gea dengan tajam.
"Itu yang belum kamu tahu tentang aku Tis. Mungkin banyak wanita di luar sana yang memiliki prinsip seperti apa yang kamu katakan tadi. Dimana mereka lebih memilih untuk dicintai daripada mencintai, tapi aku enggak, aku punya prinsip yang berbeda dari mereka." jawab Gea sambil menarik nafasnya dalam-dalam seakan untuk mengisi pasokan oksigen di paru-parunya.
"Mungkin cara yang aku lakukan dalam mencintai Daniel sulit untuk kamu mengerti atau bahkan sulit dimengerti oleh orang lain. Tapi ini aku, ini hidupku, Tis." kembali Gea menarik nafasnya dalam.
"Saat kita lebih memilih untuk mencintai seseorang, kita bisa mengendalikan dan mengatur ritme perasaan kita. Kita tahu kapan waktu untuk harus lebih mencinta, memberi cukup rasa cinta, atau bahkan mengurangi besarnya cinta kita. Lain halnya kalau kita lebih memilih untuk dicintai, kita tidak bisa mengatur perasaan orang lain pada kita. Kita tidak bisa memaksa perasaan orang lain untuk kita. Dan kita hanya bisa menerima apapun yang mereka berikan tanpa bisa mengatur dan meminta sejumlah porsi dari cinta itu sendiri." tutur Gea sambil menerawang jauh dan memperdalam kembali tarikan nafasnya.
''Tapi Ge, itu semua cuma membuat kamu tidak melihat semuanya dari sudut pandang yang realistis. Banyak orang disekitar kamu yang bisa lebih menghargai kamu, bisa lebih mencintai kamu. Banyak laki-laki lain yang tak kalah tampan dari Daniel yang bersedia untuk memberikan cinta untuk kamu. Banyak yang jauh lebih baik dari Daniel. Dan lebih bisa menghormati kamu tentunya." Tisa kembali berusaha meyakinkan Gea dengan tatapan tajamnya.
"Aku paham Tis, aku juga sangat berterima kasih karena kamu sangat memperhatikan aku, kamu sangat peduli sama aku, tapi biar aku menjalani seperti apa yang menjadi prinsip hidupku. Walau banyak konsekuensi yang harus aku ambil, biar aku mencintai Daniel dengan caraku." ucap Gea sambil tersenyum dan menatap tajam sahabatnya itu.
''Terserah! Aku capek nasihatin kamu terus!'' kesal Tisa karena ucapnya hanya dianggap angin lalu oleh sahabatnya itu. Gea pun hanya membalas dengan sebuah senyuman pada sahabat baiknya itu.
Dalam lubuk hatinya, Gea selalu berusaha untuk menerima. Karena hidup sejatinya adalah sebuah penerimaan, penerimaan yang indah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
Kanjeng ayu
definisi sakit tp tak berdarah
2023-01-14
4
suci dari debu
nyesek bngtttt...
2023-01-07
1
Kanjeng ayu
sebenernya apa yg dikatakan tisa itu benernya... tp sbg pembaca kita hnya bisa menyimak dan menunggu cerita selanjutnyaa 😁😁
2022-12-24
4