Another Chance
"Mas, aku mohon maafkan aku. Sungguh aku tidak tahu jika keadaan Rasya sangat buruk. A-aku mohon hentikan mobilnya. A-aku janji akan berubah, Mas. Aku janji akan menjadi istri yang baik untukmu." Wanita itu menangis ketakutan saat sang suami— Arsenio Bagaskara terus memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi.
Lelaki itu sudah hilang akal karena anak lelaki satu-satunya yang baru saja pergi meninggalkannya untuk selama-lamanya. Dan itu semua dikarenakan sang istri— Zoya Maharani Lavani telah mengabaikan kesehatan bocah itu.
Bagaimana bisa, seorang ibu meninggalkan anak demi pergi bersama selingkuhannya ketika bocah berusia tiga tahun itu sedang sakit. Nio yang tengah di kantor pun terkejut saat asisten rumah tangganya berkata bahwa batita laki-laki itu tak bangun lagi setelah menangis berjam-jam. Ketika tahu Rasya meninggal, hilang sudah kewarasan Nio. Lelaki penyabar itu sudah tak bisa mentoleril kejahatan yang istrinya perbuat.
"Kesempatan?" Nio tertawa sinis mendengarnya. "Selama ini aku selalu memberimu kesempatan, Zoya! Bahkan aku sabar saat kamu lebih memilih menghabiskan waktu dengan selingkuhan sialanmu itu ketimbang dengan keluargamu! Empat tahun aku memberimu kesempatan, apa kamu menghargainya?" tanya Nio dengan mata memerah.
Hancur sudah hatinya saat ini. Jika ia bisa kuat melihat istrinya yang lebih memilih laki-laki lain, tapi ia tak bisa kuat saat anak kesayangannya pergi begitu saja karena kelalaian sang istri. Zoya memang sangat benci padanya juga Rasya, sehingga bocah kecil itu selalu dibawa ke kantor, bahkan sejak ia lahir sebab Zoya benar-benar tak ingin merawat bahkan menyentuhnya.
Nio terisak mengingat bagaimana sedihnya menjadi Rasya. Sejak lahir, ia tak pernah merasakan bagaimana rasanya kasih sayang seorang ibu. Zoya sendiri selalu berlaku kasar pada anaknya seakan bocah itu adalah musuh terbesarnya. Memang, pernikahan mereka adalah sebuah kesalahan. Tanpa Arsenio sengaja, ia menghamili Zoya yang adalah seorang artis ternama. Karena kejadian itulah Zoya begitu membenci Arsenio yang dirasa telah menghancurkan hidup serta kariernya yang sedang cemerlang. Kebenciannya pun merambat ke sang anak sehingga ia benar-benar menjadi ibu yang begitu kejam.
"Aku mohon, beri aku kesempatan untuk kali ini, Mas. Aku mohon ...." Setelah mengetahui Rasya kecil meninggal, Zoya pun merasa terkejut dan tak menyangka. Ia sungguh bersalah dengan apa yang ia perbuat. Sebelum kepergiannya, Rasya menangis ingin sekali bersama sang mama. Namun, dengan begitu kejamnya Zoya malah mengabaikan dan membentak anak itu agar tak mengganggu. Saking kesalnya, akhirnya ia pergi dengan selingkuhannya dan meninggalkan Rasya yang menangis dalam keadaan sakit.
"Apa kamu bisa mengembalikan Rasya? Apa kamu bisa membuatnya hidup kembali? Aku akan memberimu kesempatan jika kamu bisa mengembalikan anak kesayanganku!" Isakan terdengar begitu menyayat hati. Rasya adalah kekuatannya Nio. Karena Rasya juga Nio tetap mempertahankan Zoya sebab menurutnya Rasya membutuhkan sosok ibu disampingnya. Nyatanya ia salah, justru anak kesayangannya itu pergi karena kecerobohan sang istri.
Zoya sendiri kini benar-benar kalut. Siapa yang tak hancur jika kehilangan anak. Dalam lubuk hatinya, Zoya memiliki rasa sayang terhadap Rasya. Namun, saat ia mengingat semua hal buruk yang dialami, pandangan sayang itu berubah menjadi benci. Apalagi wajah sang anak yang memang mengikuti gen Arsenio sehingga setiap melihat wajah bocah itu Zoya selalu teringat kejadian malam mengerikan itu.
"Maafkan aku, Mas. Maaf," lirih Zoya yang tak tahu harus berbuat apa lagi. Ia sendiri sama hancurnya, tetapi memang ini salahnya sehingga rasa menyesal itu ia rasakan begitu dalam. "Aku juga sedih dia pergi."
"Pembohong! Bahkan kamu selalu berkata lebih baik dia mati daripada selalu menempel padamu." Sesak, itulah yang Nio rasakan sekarang seakan oksigen berlari meninggalkan paru-parunya. "Kamu bahagia sekarang, 'kan, setelah kepergiannya? Kamu puas, 'kan!"
"Mas!" Zoya terkejut saat mobil mereka hampir saja menabrak kendaraan lain di depannya. Ia semakin panik sebab Nio membawanya menuju jalanan lepas dengan mobil yang melaju di atas 120 kilometer per jam. "Hentikan, Mas! Apa kamu mau kita mati!"
"Iya! Aku mau membawamu menyusul Rasya. Mungki di sana, kita bisa menjadi keluarga bahagia, tanpa laki-laki bajingan itu!" sentak Nio yang membuat Zoya gemetar. Ia sungguh tak mengenali siapa lelaki di sampingnya ini. Sosok Arsenio yang ia kenal adalah lelaki lembut yang tak pernah meledak. Ia mungkin dingin dan bisa marah, tapi tak pernah sedikitpun membentaknya meski ia selalu ketahuan telah berselingkuh.
"Jangan gila, Mas! Hentikan mobilnya aku mohon. Maafkan aku, maafkan aku. Aku berjanji akan berubah. Beri aku kesempatan lagi, give me another chance. Aku mohon." Zoya terus memohon. Ia berharap suaminya bisa mendengar seperti sebelum-sebelumnya. Namun, kali ini ia salah, bukan mendengarkan, justru Nio semakin mengencangkan laju mobilnya. Akal sehatnya sudahlah hilang. Ia hanya ingin menyusul Rasya dan merasa tak bisa meninggalkan Zoya sendirian. Akhirnya dengan hilangnya kewarasan, ia mengajak istrinya untuk mengakhiri hidup.
"Aku sangat mencintaimu, Zoya! Kenapa kamu melakukan ini semua padaku? Aku selalu berusaha menjadi suami yang baik untukmu bahkan rela merendahkan diriku hanya untukmu." Nio menangis dengan hati yang teramat hancur. "Rasya adalah hadiah terbaik yang aku miliki. Ia lahir dari wanita yang sangat aku puja. Namun, dengan tanganmu juga kamu membunuhnya dengan sangat kejam. Kenapa, Zoya? Dia tidak salah, aku yang salah. Seharusnya kamu siksa saja aku, jangan dia."
Jantung Zoya berdebar dengan begitu cepat. Apa yang ia dengar? Arsenio mencintainya? Tidak, tidak mungkin. Bahkan ia menikahinya karena kejadian malam mengerikan itu. Mereka bukanlah orang yang saling kenal sebelumnya. Malam itu adalah pertemuan pertama mereka. Setelah tahu Zoya hamil dan mereka menikah, hubungan keduanya tak pernah akur. Hanya ada debat serta tatapan intimindasi dari keduanya. Bagaimana bisa kini ia mengatakan bahwa ia mencintainya?
Arsenio menangis dengan membentur-benturkan kepalanya ke stir mobil. Sakit, saat merasakan cinta yang sejak lama tak terbalas, hingga hadirnya Rasya menjadi obat sakit hati yang diterima dari Zoya. Namun kini, ia harus kehilangan cintanya lagi. Lalu, untuk apa ia hidup? Lebih baik ia pergi dengan membawa semua sakit yang diterima, termasuk orang yang paling bersalah atas kematian cinta abadinya itu.
Lamunan Zoya buyar saat tiba-tiba mobil malaju dengan kencang ke satu arah.
"Mas!"
Mobil sedan hitam itu menghantam pembatas jalan. Tubuh Nio dan Zoya terpental keluar dari kaca depan sebab mereka tak mengenakan sabuk pengaman. Kesadaran Zoya semakin melemah dengan rasa sakit kepala yang teramat sakit. Darah bercucuran memenuhi wajah cantiknya, tetapi ia mencoba mencari keberadaan suaminya.
"Mas Ni-Nio," lirih Zoya menatap tubuh lelaki itu terlentang tak bergerak sedikitpun. Ia menangis, meratapi semua kesalahan yang dilakukannya. Ia menyesal menyia-nyiakan Arsenio bahkan berlaku kejam pada anaknya. Kesadaran Zoya semakin melemah. Napasnya pun perlahan hilang.
Tuhan, beri aku kesempatan lain untuk menebus semua kesalahanku pada mereka. Aku ingin meminta maaf dan ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
benkk benkzuu18
buset thor 🙄🙄
2022-11-27
0
C1nt4
cerita yg bagus thor
2022-11-25
1