Zoya menatap lekat anak lelaki yang kini terlelap di sampingnya. Tangan lentik sang wanita terus mengusapi pipi gembul bocah laki-laki menggemaskan itu. Air matanya kembali luruh. Teringat bagaimana ia sangat begitu kejam pada Rasya. Ia bahkan beberapa kali hampir mencelakai sang buah hati tanpa ada rasa bersalah. Semakin ia tumbuh, semakin kejam Zoya memperlakukannya.
Hatinya terasa teriris mengingat Rasya pernah tercebur ke kolam renang di usia dua tahun saat bocah itu mencoba mengejarnya saat ingin pergi bersama Jordan. Bukan merasa bersalah, justru Zoya memaki bocah itu ketika tukang kebun langsung meloncat ke kolam ketika melihat tuan kecilnya tercebur.
"Maafkan Mama, Nak." Wanita bermata kecil itu terisak dengan semua dosa-dosa yang diperbuatnya. Berulang kali ia menciumi pipi Rasya dengan penuh penyesalan. Ia peluk erat bayi satu tahun itu dengan penuh cinta. "Mama janji akan menebus semua kesalahan yang mama buat. Mama janji akan menjagamu bahkan dengan nyawa Mama sendiri. Maafkan Mama, Nak. Maafkan Mama."
Sepanjang malam Zoya memeluk sang anak. Beberapa kali juga ia mengecek napas juga denyut nadi Rasya karena trauma dengan apa yang terjadi sebelumnya. Malam itu ia tak bisa tidur dan hanya menjaga Rasya bahkan dari hawa dingin. Berulang kali wanita bertubuh tinggi itu menyelimuti sang batita yang selalu menendang selimutnya.
Hingga di tengah malam Zoya merasa lapar. Itu memang kebiasaannya, padahal ia selalu diet ketat untuk menjaga berat badan. Namun malam itu ia benar-benar merasa lapar dan perutnya terasa perih dikarenakan penyakit lambungnya kambuh. Akhirnya dengan terpaksa ia keluar kamar menuju dapur mencari makanan yang bisa dimakannya.
Zoya terlonjak kaget ketika membuka pintu ada Nio di sana. Begitu juga dengan si lelaki yang sama terkejutnya.
"Mas, ngapain di sini?" tanya wanita cantik itu menatap sang suami.
Nio berdeham dengan wajah salah tingkah. Entah mengapa panggilan Mas dari Zoya terdengar begitu menggelitik di telinganya. Ia sendiri masih dibuat bingung dengan sikap lembut Zoya yang tiba-tiba itu. Jangankan memanggil Mas, menyebut nama saja sepertinya Zoya teramat jijik. Namun kini, wanita berusia dua puluh satu tahun itu justru memanggil dengan begitu sopan seperti seorang istri yang menghormati suaminya.
Ah, jangan terkejut dengan usia Zoya yang masih terbilang muda. Ya, saat kejadian tragis dan saat Arsenio menikahinya, Zoya berusia 19 tahun. Karena itulah wanita itu mendapatkan guncangan mental yang luar biasa. Ketika tengah berada di posisi puncak sebagai aktris film dengan ketenaran luar biasa, tiba-tiba ia dihadapkan dengan isu besar di mana ia ketahuan hamil di luar nikah. Publik pun mencap Zoya sebagai aktris murahan yang demi tenar merelakan apa pun bahkan rela melempar tubuhnya ke orang berpengaruh dalam dunia entertainment.
Namanya semakin buruk saat kabar pernikahannya dengan Arsenio Bagaskara yang seorang pemilik PH film tersebar. Makin buruklah citra baik seorang Zoya Maharani Lavani. Padahal sebelum-sebelumnya ia berusaha menghindari yang namanya affair dengan siapa pun. Namun, ia sangat sial ketika bertemu dengan Arsenio yang berujung hancurnya kehidupan baik yang ia perjuangkan selama ini.
Oleh sebab itulah Zoya begitu membenci Arsenio yang sudah memperkosanya tetapi justru nama baiknya yang dikorbankan. Awalnya ia akan melaporkan Arsenio. Namun, karena malam itu keduanya mabuk, pengacaranya bilang kemungkinan ia menang sangat tipis sebab mereka melakukan atas dasar suka sama suka, meski keduanya sama-sama tak sadar. Karena itulah Zoya tak bisa berbuat apa-apa, apalagi keluarganya yang memang sejak dulu meremehkan Zoya semakin mengucilkannya karena masalah itu. Semakin hancurlah hidupnya.
Lalu ketika Arsenio mengatakan ingin tanggung jawab, keluarga Zoya yang memang ingin membuangnya memaksa wanita muda itu menerima lamaran Nio dengan banyaknya ancaman. Mau tak mau Zoya menerima meski hatinya berontak. Dari situlah Zoya membenci Nio sampai tingkat tertinggi. Dan lelaki itupun mewajari sikap Zoya sehingga ia tetap sabar dengan sikap buruk istrinya.
"Mas Nio."
Lelaki itu tersentak ketika tangan halus milik sang wanita mengusap tangannya, membuat tubuh tegap itu merasakan hawa aneh. Berulang kali Nio berdeham untuk mentralkan perasaannya.
"Aku ingin ke dapur," sahut Nio yang tiba-tiba salah tingkah. Lelaki itu pun mengayunkan kakinya menuju dapur diikuti Zoya di belakang sebab ia juga ingin ke sana.
Di dapur Nio berpura-pura meneguk air minum. Sesekali memperhatikan istrinya yang sibuk entah mencari apa. Kadang ia buka kulkas, lalu menutupnya lagi dan pindah ke lemari dapur. Setelah memeriksa, ia mendesah kesal. Hingga akhirnya ia meraih mie instan dan hendak memasaknya hanya dengan telur.
"Kamu mau apa?" tanya Nio melihat Zoya kebingungan menatap kompor.
"Mau masak mie, tapi aku tidak tahu cara menyalakan kompor," jawab wanita berpiyama merah muda itu tersenyum kikuk.
"Hah? Menyalakan kompor? Seorang Zoya Lavani ingin memasak?" tanya Nio dengan tawa mengejeknya.
"Memang kenapa? Aku lapar. Aku tidak tega memanggil pelayan," sahut Zoya dengan kembali fokus mencoba menyalakan api. Akhirnya iya berhasil memutar alat dekat kompor hingga api menyala membuat Zoya kegirangan.
"Sepertinya makan dengan cabai akan makin enak," gumam Zoya tersenyum lalu berjalan ke kulkas dan mengambil beberapa cabai rawit.
Wanita cantik itu meraih talenan, tak lupa pisau, lalu mulai memotong cabai. Hingga tiba-tiba ia memekik membuat Nio yang sejak tadi mengawasi panik.
"Kenapa?" tanya lelaki itu.
"Tanganku tergores pisau," ujar Zoya hendak memasukkan jarinya ke mulut tetapi langsung ditahan Nio.
"Jangan dibersihkan dengan mulut." Nio membawa istrinya ke washtafel dan menyalakan air. Zoya meringis ketika tangan yang luka terkena air.
"Perih," lirih Zoya.
"Tanganmu harus bersih sebelum diobati," sahut Nio.
Setelah darahnya tak keluar lagi, Nio membawa Zoya duduk di kursi pantry. Ia sandiri berjalan menuju salah satu nakas yang menyimpan kotak pertolongan pertama, lalu kembali menghampiri istrinya dan duduk di hadapan wanita itu. Ia raih tangan yang tersayat, lalu menuangkan atiseptik pada cotton bud. Ia hendak membersihkan luka itu, tetapi ditahan tangannya oleh Zoya.
"Biar aku sendiri saja," ujar wanita berambut curly itu hendak mengambil benda kecil tersebut. Namun tangannya ditepis Nio.
"Diamlah." Akhirnya Nio menempelkan kapas kecil itu di luka sang istri. Zoya tampak meringis tetapi ia tahan. Setelah itu, Nio pasangan plester untuk menutupi luka tersebut.
"Terima kasih."
Nio menoleh pada istrinya yang tersenyum. Ia sedikit kaget mendengar wanita emosian itu berucap terima kasih. Namun, ia abaikan dengan menaruh kembali kotak pertolongan pertama pada tempatnya.
"Mau ke mana?" tanya Nio saat melihat Zoya beranjak dari duduknya.
"Masak mie instan. Aku lapar," jawab Zoya.
"Duduklah, biar aku yang membuatnya. Aku takut kamu meledakkan dapur ini," kata Nio ketus dan membuat Zoya mencebikkan bibirnya.
Lelaki tampan dengan alis tebal itu melanjutkan memotong cabai yang dibawa istrinya tadi. Setelah itu ia meraih sesuatu di dalam kulkas dan berjalan menuju ruangan penyimpanan makanan. Ternyata Nio mengambil beberapa sayuran seperti sawi putih, wertel dan kacang polong beku serta perbawangan, juga satu kotak kecil kornet sapi.
Setelah air rebusan mendidih, Nio memasukkan dua bungkus mie instan tanpa bumbu juga kacang polong dan wortel beku serta sawi putih lalu merebusnya. Berbeda di kompor lain, Nio memasukkan potongan bawang juga cabai pada wajan yang diberi sedikit minyak zaitu. Setelah terasa wangi, ia masukkan kornet dan ditumisnya. Harum kornet tumis menggugah selera Zoya. Apalagi saat mie serta sayurannya disatukan dengan kornet dan diberi bumbu, baunya membuat cacing di perut Zoya memberontak.
Raut gembira terlihat di wajah Zoya. Wanita muda itu bahkan sampai bertepuk tangan dengan antusias ketika piring berisi mie goreng itu ditaruh di hadapannya. "Bagaimana Mas tahu aku suka mie goreng?" tanya Zoya menatap suaminya.
"Makan saja, tidak usah banyak tanya," sahut Nio yang duduk di samping istrinya.
Zoya pun hanya mengedikkan bahu, lalu melahap mie tersebut. "Enak!" serunya gembira.
Wajah Nio memerah di kala melihat raut gembira Zoya. Selama menjadi istrinya, wanita itu tak pernah menunjukkan raut menggemaskan seperti itu. Ini adalah kali pertama Nio melihatnya. Ah, sungguh ia merasa salah tingkah dan ingin sekali mencubit pipi istrinya.
Nio sedikit terperanjat ketika Zoya menyodorkan garpu berisi mie goreng. Ia menautkan alis penuh tanda tanya.
"Coba. Ini enak sekali," ujar wanita berbulu mata lentik itu menjulurkan garpu di depan suaminya.
Nio pun menolak dengan mendorong pelan lengan Zoya. "Aku tidak makan makanan instan," sahutnya ketus.
"Ayolah Mas. Ini enak sekali. Mas biar bisa merasakan betapa hebatnya Mas dalam memasak mie ini," ujar Zoya kembali dengan wajah antusias.
Bagai tersihir, Nio pun membuka mulut dan menerima suapan sang istri.
"Enak, 'kan?" tanya Zoya dengan mata berbinar.
Nio pun hanya mengangguk dengan mata begitu memuja wanita di depannya yang terlihat memesona.
Zoya pun kembali menikmati mie itu dengan lahap. Mata Nio pun tak lepas menatap wanita yang sejak lama menjadi ratu di hatinya, meski wanita itu sangat membenci dirinya sejak awal.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
Miya Nurmala
suka banget 🥰🥰🥰🥰🥰
2025-02-02
0
C1nt4
lanjuut thor
2022-11-25
1