"Zoya!"
Wanita cantik itu tersentak kaget. Pandangan matanya terlihat begitu terkejut dengan apa yang dia rasakan. Matanya menelisik setiap sudut dengan tatapan tak percaya. Bukankah tadi ia kecelakaan dan tewas? Kenapa sekarang ia berada di sebuah kamar yang terasa tak asing?
"Sayang, kenapa diam saja?"
Zoya menoleh ke belakang. Wajahnya kembali terkejut melihat sosok yang kini memeluk tubuhnya.
Jordan.
Lelaki brengsek yang menjadi penyebab retaknya rumah tangga Zoya itu kini menatap bingung. Sedangkan sang wanita menelisik tajam ke arah lelaki bertubuh atletis itu.
"Hey, apa kamu baik-baik saja? Kenapa sejak tadi diam saja, hhmmm? Apa kamu ingin mengulangnya lagi?"
Wajah menjijikan itu sungguh membuat Zoya mual. Rasanya ingin sekali ia mencokel mata jelalatan itu. Teringat kejadian hari di mana ia meninggalkan Rasya sendirian. Hari itu juga ia tahu bahwa Jordan—lelaki yang ia anggap belahan jiwa itu— tak jauh berbeda dengan buaya darat, keong racun dan kucing garong yang suka gonta ganti wanita. Bahkan, di saat-saat terakhirnya juga ia baru sadar bahwa lelaki sialan itu hanya ingin memoroti uangnya untuk wanita-wanita lain di luaran sana.
"Lepas, sialan!" Dengan hentakan kasar, Zoya melepas pelukan Jordan, lalu beranjak mengambil pakaiannya yang berceceran di lantai. Membayangkan apa yang terjadi padanya dengan lelaki itu, sungguh membuat Zoya teramat jijik dan jika bisa, ingin sekali ia menukar tambah tubunya yang sudah dijamah lelaki sialan itu.
Jika Zoya merasa jijik dan kesal, berbeda dengan Jordan menatap bingung sang kekasih yang marah tiba-tiba.
"Sayang, apa yang terjadi? Kenapa kamu marah padaku?" tanya Jordan melangkah mendekati sang kekasih dengan tubuh polosnya.
"Bajingan! Pakai pakaianmu dan pergi dari apartemenku!" sentak Zoya dengan tatapan menyalang.
Ya, kini ia ingat bahwa kamar itu adalah kamar utama di apartemennya setelah melihat desain interior yang sangat berbeda dengan milik orang lain sebab kamar tersebut didesain secara khusus yang serasi dengan Karakternya.
"Hey, apa yang terjadi? Apa aku tidak memuaskanmu? Kenapa kamu mengamuk seperti ini, Sayang?" tanya Jordan menyentuh kedua bahu kekasihnya itu. Namun, dengan penuh kebencian, Zoya justru menendang perut si lelaki sampai Jordan terpental jauh hingga meringis kesakitan.
"Jangan sentuh aku, Brengsek! Pergi dari apartemenku sekarang juga! Atau aku akan melaporkanmu pada pihak berwajib!" Kembali Zoya mengumpat pada lelaki yang ia anggap menjijikan itu.
Jordan beranjak dan kembali mendekat. Namun langkahnya terhenti saat Zoya menodongkan kepalan tinju. Lelaki itu tahu betul bahwa sang kekasih ahli beladiri bahkan pernah menjuarai kejuaraan karate se-Asia Tenggara. Karena itu ia lebih baik diam ditempat. Tendangannya saja masih terasa ngilu di ulu hati. Ia tak ingin menambah rasa sakitnya dengan mencoba melawan wanita berparas memesona itu.
"Sayang, kita bicara baik-baik, ya. Apa salahku, Sayang? Katakanlah. Aku sangat sedih jika kamu marah padaku seperti ini."
Jika itu dulu, Zoya pasti sudah luluh dengan ucapan lelaki berwajah teduh tetapi memiliki otak iblis tersebut. Kini, semua berubah. Zoya bukanlah wanita bodoh yang mudah ditipu dengan kata-kata manis mengandung racun itu.
"Pergi, atau aku benar-benar akan menghubungi pihak berwajib." Zoya menoleh ke segala arah, lalu meraih ponselnya. Akan tetapi tiba-tiba benda pipih itu terjatuh dengan wajah Zoya yang terkejut. "Maret, 2019?" gumamnya dengan tatapan tak percaya melihat tanggal dan tahun di ponselnya. "Hah?! Apa yang terjadi?" tanyanya bingung.
"Sayang ...."
Mendengar suara yang membuat kupingnya sakit, Zoya kembali menatap lelaki di depannya. Kembali ia meraih ponsel, lalu menekan nomer kepolisian. "Halo, kantor polisi."
Mendengar itu, Jordan tampak panik. Apa Zoya sudah gila menelepon pihak berwajib untuk mengusirnya?
"F-fine, aku akan pergi. Tutup panggilannya, okey?" Dengan wajah panik Jordan mencoba bernegoisasi.
"Aku hitung sampai sepuluh, jika kau masih di sini, akan aku habisi kamu!" omel Zoya yang membuat Jordan kalang kabut memunguti pakaian-pakaiannya yang bercecer sembarangan. Setelahnya, ia pergi dengan wajah yang begitu kesal.
Selepas kepergian lelaki sialan itu, Zoya terduduk di ranjangnya. "Dua ribu sembilan belas?" tanyanya pada diri sendiri.
Apa yang terjadi pada Zoya? Bukankah ia berada dalam maut setelah kecelakaan itu? Lalu, bukannya terakhir kali ia bernapas di tahun 2022? Kenapa sekarang ponselnya menunjukkan tahun 2019? Apa ponselnya bermasalah? Zoya pun kembali menatap benda pipih tersebut. Benda yang seharusnya sudah tak ada di tangannya lagi sebab setiap ada model baru dari merek ponsel tersebut Zoya pasti sudah menggantinya. Dan memang benda untuk berkomunikasi tersebut ia miliki tiga tahun lalu, tepat di tahun 2019.
Zoya menampar dirinya sendiri hingga memekik. "Sakit," lirihnya. "Apa yang terjadi? Kenapa aku kembali ke masalalu?" tanyanya dengan tatapan kosong dengan pikiran ke mana-mana.
Matanya membulat sempurna. Jika ini tahun 2019, bukankah berarti Arsenio dan Rasya masih hidup? Iya, benar! Dua lelaki yang Zoya sia-siakan itu pasti masih hidup! Dengan rasa panik, Zoya kembali beranjak. Ia berjalan ke sana ke mari tanpa arah. "Aku harus membersihkan diriku dulu! Najis, tubuhku telah dijamah laki-laki bedebah itu."
Dengan gerakan tergesa, ia berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri sebelum pulang ke kediaman Arsenio Bagaskara.
**
Jantung Zoya berdebar dengan hebat menatap rumah mewah berlantai dua itu. Ia menatap tangannya yang gemetar. Terakhir kali ia menginjakkan kakinya di hunian bercat krem itu banyak orang berdatangan dengan bendera kuning berkibar di gerbang. Air matanya terjatuh begitu saja ketika mengingat kejadian menyeramkan itu. Ia kepalkan tangan, memaksa menghentikan air mata yang deras terjatuh. Setelah sedikit tenang, ia hapus jejak air kesedihan itu, lalu menekan klakson agar pengawal membukakan gerbang.
Selepas gerbang terbuka, wanita cantik dengan rambut hitam legam sepunggung itu melajukan mobil sedan mewah putih miliknya masuk ke hunia tersebut. Saat transportasi roda empat itu berhenti di depan pintu utama, seorang pengawal membukakan pintu.
"Selamat malam, Nyonya."
Zoya menatap lelaki bertubuh tinggi dengan kulit sawo matang yang tengah menunduk hormat itu dengan lekat. Bukankah dia yang ia pecat karena telah memukul Jordan? Kenapa dia masih mengawal di kediamannya? Apakah benar ia kembali ke masalalu?
Wanita cantik itu menggeleng. Ia harus tetap waras menghadapi semuanya. Ia berjalan masuk kediamannya dengan harap-harap cemas. Berharap bahwa ia benar-benar kembali ke masalalu agar bisa melihat dua lelaki yang sudah ia campakkan.
"Selamat malam, Nyonya," sapa seorang wanita berusia empat puluh tahunan bernama Jessica. Dia adalah kepala pelayan di kediaman Arsenio Bagaskara.
Saat Zoya ingin membuka suara, tiba-tiba ia dikejutkan dengan suara yang didengarnya.
"Ingat pulang juga kamu."
Zoya menoleh ke arah belakang. Betapa terkejutnya ia melihat sosok lelaki bertubuh tinggi menatap dirinya dengan tatapan dingin. Namun, justru membuat hati Zoya merasakan kehangatan.
"M-Mas Nio," lirih Zoya dengan mata berkaca-kaca. Ia sungguh tak menyangka bisa kembali melihat sosok lelaki yang dulu ia abaikan bahkan selalu disakitinya.
"Mas? Sejak kapan kamu memanggilku dengan sopan begitu?" tanya Nio tersenyum sinis.
Bukan tersinggung, Zoya justru tersenyum haru. Dengan air mata menetes, ia berlari menabrakkan tubuh semapainya ke dada bidang sang suami. Ia peluk erat Nio, hingga lelaki itu diam mematung.
"Maafkan aku, Mas. Maafkan aku."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments