BISU

BISU

#1

...Episode 01...

Malam yang indah, aku  berdiri dan memandangi bulan dari jendela kamarku. Bulan yang bersinar dikelilingi bintang-bintang terlihat sangat indah. Aku memandanginya dengan kagum. Tetapi, semua keindahan ini tidak bisa aku ungkapkan dengan kata-kata.

Seandainya, takdir Tuhan berkata lain, aku sangat ingin mengungkapkan semua yang ku rasakan, termasuk kesedihanku. Terkadang, aku sangat sedih sampai air mataku tidak keluar lagi.

Tetapi, dimalam ini semua kesedihan-kesedihanku selama ini sudah tidak ada lagi, karena aku sangat bersyukur atas hidup yang diberikan Tuhan.

Usiaku hari ini genap dua puluh delapan tahun. Di usiaku yang sekarang, aku telah banyak menjalani dan merasakan warna-warni kehidupan. Sama seperti bulan dan bintang yang sedang aku pandangi.

Bulan yang selalu bersinar saat malam, bintang yang jumlahnya tak terhitung, berbagai bentuk dan ukuran, ada yang terang, ada yang redup. Bintang yang redup mengingatkanku kepada kenangan-kenangan pahit yang pernah aku jalani.

Tepatnya dua puluh delapan tahun yang lalu, aku dikandung Ibuku selama 8 bulan. Aku lahir tidak sesuai umur kandungan pada umumnya atau lebih tepatnya aku lahir prematur.

Semua ceritaku sejak aku lahir sampai aku berusia 5 tahun disampaikan oleh nenekku, saat aku berusia 17 tahun. Semua cerita itu, akan aku ceritakan di buku ini dengan bahasa ku sendiri.

Dua puluh delapan tahun yang lalu, ibuku mengandungku dengan segala cobaan yang harus di lalui nya. Umur kandungannya yang mulai beranjak ke 8 mengalami masalah.

Malam itu, perut ibuku terasa sakit sekali. Darah mulai menetes dan mengalir di kakinya. Ayah yang panik akan kondisi Ibu dan kandungannya, langsung membawanya ke rumah sakit.

Sesampainya di rumah sakit Ibu di taruh dan dirawat sementara di ruang UGD . “Sakit sakit… Ayah dimana Dokternya aku sudah tidak tahan!” Berteriak kesakitan.  Ibu yang pada saat itu baru pertama kali mengandung merasa sangat tersiksa.

“Sabar Bu, sebentar lagi dokternya datang.” Ayah menjawab dengan paniknya.

Lama… ditunggu, ayah sudah tidak sabar lagi menemui petugas administrasi dan menanyakan kapan Ibuku bisa dirawat di ruang perawatan kemudian bisa diperiksa dokter kandungan.

“Masukan istriku di ruang perawatan dan panggil Dokternya!” Teriak dengan nada bicara marahnya.

“Maaf bapak, mohon menunggu sebentar lagi karena ruang perawatan sedang kami siapkan. Dokter sudah menuju ke ruang UGD dan bisa langsung memeriksa istri Anda.” Terlihat gelagat petugas itu ketakutan dan menjawab dengan sabarnya.

Sebelum aku lanjutkan cerita ini, aku akan memperkenalkan Ibuku. Ibu adalah Wanita yang memiliki paras yang sangat cantik dan yang tidak kalah penting Ibu adalah seorang seniman.

Dia dikenal perempuan cerdas dalam melukis. Banyak orang yang kagum dengan lukisannya, karena paras cantik dan bakatnya itu, ibu mendapat banyak penghargaan dan disorot banyak stasiun TV ternama.

Sedangkan ayah adalah seorang pengusaha sukses dan memiliki banyak perusahaan. Suara langkah kaki mulai terdengar dari arah lorong ruang dokter.

Terlihat dokter yang akan memeriksa Ibuku. Ayah yang melihat dokter itu berjalan langsung mendatanginya dan mengarahkan tempat istrinya berada.

Dokter itu mulai memeriksa ibu. Tak banyak memeriksa, dokter itu langsung berkata dengan perawat, “Siapkan ruang operasi, kita akan mengeluarkan bayi yang ada dikandungan Ibu ini.”

Jawab perawat itu, “Baik Dok.”

Ayah yang ketakutan kemudian berkata dengan Dokter tersebut, “Saya suaminya, anak dan istriku pasti bisa diselamatkan kan, Dok?” suaranya lemas.

Dokter itu menjawab, “Kami akan lakukan yang terbaik Pak, silahkan mengurus persyaratan operasinya agar kami bisa langsung menangani istri anda.” 

Ayah yang pada saat itu sangat ketakutan langsung mengurus semua keperluan operasi dan persyaratannya.

Dibawa lah Ibu ke ruang operasi. Di depan pintu ruang operasi, ayah di halangi ketika ingin ikut masuk. Perawat yang menghalangi ayah berkata, “Maaf Pak, anda tidak bisa masuk, tolong tunggu diluar.”

Ayah menjawab, “Saya ini suaminya jadi tolong biarkan saya menemani istriku di dalam,”  memohon dengan nada memelas.

Tetapi, permintaan ayah yang ingin menemani ibu tidak di setujui. Perawat itu berkata dengan tegas, “Maaf Pak untuk kelancaran operasi dan memang peraturannya seperti itu Bapak tidak boleh masuk jadi tolong bersabar dan menunggu sampai operasinya selesai.” Perawat tersebut langsung menutup dan mengunci pintu.

Ayah duduk di kursi depan ruang operasi bersama nenek. Menunggu lama, kepanikan ayah tidak bisa ditahan, mondar mandir di lorong itu.

Nenek melihat tingkah anaknya itu berbicara, “Duduk sini, tunggu dengan ibu berdoa dan percaya pasti anak dan istrimu baik-baik saja.”

Ayah yang tak bisa berfikir jernih lagi, tidak mendengarkan perkataan nenek. Masih terbawa rasa takut dan kepanikannya karena sudah menunggu 1 jam lebih tetapi operasi itu belum selesai juga.

Akhirnya Dokter itu keluar dari ruang operasi, ayah langsung menemuinya dan berkata, “Dok, gimana kondisi anak dan istriku?”

“Alhamdulillah, operasi berjalan dengan lancar. Anak dan istri anda bisa terselamatkan, tapi...”

“Tapi apa Dok?” Disambarnya perkataan Dokter yang belum selesaikan menjelaskan.

Dokter itu menjawab, “Anak bapak lahir tidak menangis, kami khawatir ada gangguan di suara”

“Maksud Dokter, anak saya bisu?” ucap ayah dengan nada keras.

Dengan nada menenangkan Dokter melanjutkan perkataannya, “Maaf Pak, kami belum bisa menyimpulkan seperti itu, hanya ada indikasi anak bapak tidak bisa mengeluarkan suaranya. Untuk lebih jelasnya kami butuh pemeriksaan lebih lanjut.” Setelah mengatakan itu Dokter dan Perawat pergi.

Mendengar pernyataan Dokter, Ayah seketika lemas duduk di samping nenek meneteskan air matanya.

“Bu, seandainya anakku bisu aku tidak bisa membayangkan hidup yang akan dijalaninya," ucap ayah kepada nenek.

Air matanya terus menetes tak sanggup melihat anak tersayangnya. Nenek yang pada saat itu tak tau harus bagaimana hanya memeluk ayah.

Nenek berkata, “Sabar Nak, ini cobaan. Seandainya cucuku bisu dia tetap cucuku dan kamu sebagai ayahnya harus merawatnya dengan baik apapun kondisi anak itu, sekarang lebih baik kita masuk melihat kondisi istri dan anakmu.”

Nenek dan ayah berdiri dari tempat duduknya. Istri dan anaknya tiba-tiba keluar dari ruang operasi. Istri yang berbaring di tempat tidur, didorong oleh perawat dan anaknya di dalam kotak kaca incubator menuju ruang perawatan.

Ayah berjalan mengikuti istrinya dan tidak lepas tangannya dari tangan istrinya, sambil mengelus-elus kening, dan matanya terkadang melihat anaknya.

Ayah berkata dengan nenek, “Bu tolong temani anakku, aku mengantarkan istriku dulu, nanti aku ke ruang perawatan khusus bayi.”

Ibu yang sudah sadar menanyakan kondisi anaknya itu dengan suaminya, “Ayah dimana anak kita?” suaranya lirih lemas.

“Anak kita ada di ruang perawatan khusus, dia sedang tidur manis di sana,” jawab ayah, berkata dengan menahan tangisnya.

“Kenapa Ayah terlihat sedih?”

“Enggak papa sayang. Ayah bahagia melihat anak dan istri tersayang sehat dan bisa di selamatkan.” Ayah meneteskan air mata yang tak terbendung lagi.

“Jangan bohong Ayah, ibu tau Ayah sedang berbohong,” ucap ibu.

Air mata ayah tak berhenti menetes, mulai pecah tangisnya saat ingin mengatakan apa yang terjadi dengan anak tersayangnya itu.

“Sebenarnya…” suara ayah lirih, tiba-tiba hilang. Tak sanggup mengatakan hal sebenarnya.

“Sebenarnya apa Yah?” bentak Ibu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!