Hidden Crown Prince
"Kau sudah selesai?" Eun Seo bertanya pada Yu Hwa yang sedang mencuci selimut.
"Sudah," jawab Yu Hwa. Mereka segera melangkah menaiki batu-batu sungai.
Suasana pagi ini sangatlah cerah, burung-burung berkicau riang serta suara gemercik aliran sungai yang menambah indahnya pagi ini.
Tampak dua orang pelayan menenteng ember yang cukup berat, sehingga mereka memutuskan untuk istirahat sejenak.
"Ahh, kapan kita di lirik Raja ya?" ucap Eun Seo tersenyum kecil.
"Astaga, jaga bicaramu! bisa-bisa kau di pasung oleh prajurit Raja" mata Yu Hwa menyapu keadaan sekitar, takut kalau nanti ada yang mendengar ucapan lancang Eun Seo.
"Kau terlalu khawatir Yu Hwa, santai saja. Di sini kan sepi"
"Meskipun ini sepi, kau tetap harus jaga bicaramu!"
"Apa kau mau di pasung dengan Nona Hyung?"
Ingatan Yu Hwa kembali ke beberapa bulan yang lalu, tepat di mana seorang pelayan rendahan di hukum pasung hanya karena tidak sopan kepada Raja.
Seorang pelayan itu hanya bergurau dengan temannya dan menyinggung nama Raja, dan karena itu dia bisa sampai di hukum dan mati mengenaskan.
Kejadian itu cukup membuat Yu Hwa sangat trauma dan takut, sejak saat itu dia tidak berani menyebutkan nama "Raja" dari mulut tipisnya itu.
Dia hanyalah pelayan rendahan yang berusaha keras untuk menghidupi kedua orang tuanya, Ayahnya sakit-sakitan dan membutuhkan obat yang tidak murah.
Yu Hwa sangat bersyukur bisa memasuki istana, meskipun nyawanya selalu merasa terancam disini. Setidaknya dengan demikian pengobatan kedua orang tuanya tidak terputus.
Memang benar kata orang, di dalam dinding kerajaan banyak sekali telinga dan mata yang mengintai. Jadi kita harus bisa menjaga diri dengan tidak berucap sembarangan dan mengerjakan perintah dari luar.
Banyak sekali pelayan rendahan yang di hukum atas kesalahan yang sama, mereka di curigai sebagai mata-mata. Padahal, mereka sama sekali tidak tau menau tentang hal yang mereka lakukan.
Yang mereka tau hanyalah melakukan tugas dengan imbalan yang fantastis, maka dari itu untuk menghindar dari hal-hal buruk, Yu Hwa tidak pernah bergaul dengan banyak pelayan.
Yu Hwa sangat gemar membaca, sehingga dia sering sekali ke perpustakaan kerajaan. Itupun saat dirinya bersama Nonanya. Sang Nona sudah menganggapnya sebagai adiknya sendiri jadi, saat Sang Nona kemana-mana selalu Yu Hwa yang menemani.
Yu Hwa sangat bersyukur memiliki Nona yang baik hati dan ramah, tidak seperti teman-temannya yang sering di perlakukan buruk oleh para selir Raja.
Sebagian banyak selir selalu bertingkah angkuh bahkan tak segan-segan menghukum pelayannya di depan umum.
Yah ... Memang beginilah kehidupan indah di dalam istana, mereka yang di luar berlomba-lomba untuk masuk. Sedangkan yang di dalam selalu mencemaskan nyawanya.
Mereka tidak tau saja, seorang yang di dalam selalu senam jantung gara-gara ketatnya peraturan, banyaknya saingan dan banyak penyusup masuk yang menyamar sebagai prajurit.
"Sudah yuk!, kita kembali" ajak Yu Hwa.
Dia tidak mau berlama-lama beristirahat karena sebentar lagi adalah jam makan siang Nona Miyong.
"Baik, ayo!" Eun Seo beranjak dari duduknya dan melangkah menaiki tanjakan.
Kedua kaki Yu Hwa terasa sangat capek, bulir-bulir keringat keluar dari tubuhnya terutama di bagian dahi.
Keringatnya berselancar indah di kulit mulus Yu Hwa, dadanya kembang kempis karena menahan lelah.
jalan yang menanjak serta beban berat yang di bawanya membuat roh Yu Hwa hampir lepas dari tubuhnya.
Badannya sangat lemas saat ini, Eun Seo yang menatap Yu Hwa hanya tersenyum kecil melihat temannya yang kelahan setengah mati.
"Makanya, makan yang banyak. Gitu saja nggak kuat, lemah" kekeh Eun Seo.
"Yang ada, aku langsung tidur" Yu Hwa tersenyum kecil.
Bagaimana tidak? saat dia kenyang, mata kantuknya tak dapat di tahan. Itu sebabnya dia tidak pernah sarapan pagi kalau belum benar-benar lapar.
Setelah berjuang begitu keras membawa ember yang berisi cucian bersih Yu dan Eun segera menjemurnya.
"Yu Hwa, kau di panggil Nona Miyong!" teriak salah satu temannya.
"Baik, aku akan segera kesana," ucap Yu Hwa segera menghentikan aktifitasnya.
Yu Hwa segera merapikan pakaian dan mengelap keringatnya. Dia mempercepat langkahnya menuju kediaman Nona Miyong.
"Saya datang Nona, semoga Nona selalu bahagia," ucap Yu Hwa lantang dan menekkukkan kedua kakinya.
"Aduh!, kenapa kau masih kaku seperti ini, kau kan sahabatku. benarkan?" Nona Miyong membantu Yu Hwa untuk bangkit.
"Tapi ..."
"Sudah, aku tidak mau mendengar apa-apa lagi" Nona Miyong memutus ucapan Yu Hwa secara sepihak.
"Semuanya bisa keluar. Sudah ada Yu Hwa disini!" ucap Nona Miyong kepada semua pelayan yang ada di ruangannya.
Satu per satu pelayan meninggalkan ruangan Miyong. Akan tetapi ada satu pelayan yang merasa tak suka pada kedekatan Miyong dan Yu Hwa.
"Tapi Nona, kau tidak boleh sendirian saat ini. Bukankah ada banyak orang yang mengincarmu?" ucap pelayan Ling.
"Aku tidak sendiri, ada Yu Hwa yang menemaniku, lagi pula aku sangat mempercayainya," ucap Nona Miyong tegas.
Seketika Ling membungkukkan setengah badannya dan pamit keluar, mata tajamnya masih tersorot pada Yu Hwa yang tertunduk ketakutan.
Kini hanya tinggal Yu Hwa dan Miyong yang berada di dalam ruangan. Nona melangkahkan kakinya mendekati Yu Hwa yang saat ini sedang tertunduk ketakutan.
"Hey! kau tak perlu begini Yu ..." Miyong mengangkat wajah Yu Hwa dengan kedua telapak tangannya.
"Maaf Nona, benar kata Ling. Aku tak seharusnya berada dekat dengan Nona," ucap Yu Hwa dengan mata berkaca.
"Yang hanya perlu kau tau adalah ... aku nyaman dan percaya padamu, jadi hapus air matamu itu," ucap Miyong yang menyeka air mata Yu Hwa dengan kedua ini jarinya.
"Lihatlah! gara-gara kau menangis. Aku jadi lupa dengan ceritaku untukmu," Miyong tersenyum ramah menatap Yu Hwa.
Nona Miyong adalah selir Pangeran yang tercantik. kecantikannya membuat hati para selir yang lain iri dengki.
Status Ayah Miyong sebagai Perdana Mentri, membuat Sang Raja berpikir untuk menjodohkannya dengan Pangeran Mahkota.
Pengabdian Ayahnya yang cukup besar bagi kerajaan membuat Miyong di persiapkan untuk menjadi permaisuri utama untuk putra mahkota.
Setiap hari Miyong di wajibkan untuk menemani aktifitas Pangeran untuk berlatih pedang agar keduanya bisa lebih dekat. Setelah selesai Yu Hwa akan menjadi pendengar yang setia untuk semua cerita Miyong.
Seperti halnya saat ini, Miyong sudah ingin bercerita banyak tentang pangeran tampannya kepada Yu Hwa. Dengan wajah berbinar Miyong mulai membuka mulutnya dan bercerita.
"Kau tau? betapa tampanya pangeran Ha Joon." Miyong duduk di kursi sambil memangku wajahnya dengan kedua tangannya.
"Iya Nona kalian sangat serasi" ucap Yu Hwa tersenyum ramah.
"Kamu bisa saja, aku masih sangat jauh darimu. Kau lebih cantik seandainya memakai riasan." ucap Miyong tersenyum ramah menatap Yu Hwa.
"Ayo aku rias!" Miyong menarik paksa lengan Yu Hwa dan menyuruhnya duduk di depan kaca.
"Nona aku mohon jangan, aku tak pantas untuk semua ini." ucap Yu Hwa memelas.
"Kau harus mencobanya, agar kau juga terlihat cantik," Miyong bersih keras.
Seketika Yu Hwa memeluk kaki Miyong dan memohon, air matanya mengalir deras di pipi mulusnya.
"Astaga Yu Hwa, jangan seperti ini" Miyong membantu pelayan itu untuk berdiri.
Akan tetapi Yu Hwa tetap memeluk kaki Miyong dengan erat, entah mengapa wajah Yu Hwa tiba-tiba terlihat sangat ketakutan.
"Ayo lah berdiri!, ini perintah!" ucap Miyong dengan nada tinggi.
Akan tetapi Yu Hwa tak bergeming, air matanya terus mengalir sudah seperti sungai yang banjir.
"YU SANG HWA" teriakan Miyong menggema di seluruh ruangan.
Para prajurit yang berdiri di luar ruangan spontan berlarian masuk.
"Anda baik-baik saja Nona?" tanya salah satu prajurit.
"Seperti yang kalian lihat, maaf membuat kalian terkejut."
"Yu Hwa nakal sekali hari ini, kalian bisa tinggalkan kami berdua," pinta Miyong dengan wajah ramah.
Setelah para prajurit pergi, barulah Yu Hwa perlahan bangkit dari berlututnya. Masih terdengar sesenggukan di mulut kecil Yu Hwa
Miyong menuntun Yu Hwa dan duduk di atas kasur, sebenarnya dirinya menolak akan tetapi Miyong menarik keras pergelangan tangannya yang mengakibatkan dirinya terjatuh di kasur.
"Duduk yang benar," perintah Miyong tegas.
Perlahan Yu Hwa duduk dan menghadap Miyong. Dia memandang lekat wajah Yu Hwa yang penuh dengan air mata dan keringat.
Bila dia di posisi Yu Hwa, pasti dia tak sanggup. Berkerja keras, mengangkat beban berat dan berlarian kesana kemari.
Miyong menggeser duduknya agar lebih dekat. Perlahan dia meraih kedua tangan Yu Hwa dan membuka genggamnya.
Tangan itu terasa begitu kasar, kulit telapak tangannya memerah. Melihat itu mata Miyong terasa sangat panas.
"Kau pasti tersiksa sekali ya?" tanya Miyong iba.
Lidah Yu Hwa masih kelu untuk menjawab, dia hanya bisa menggeleng kepalanya lirih.
"Tatap aku!" perintah Miyong.
Seketika Yu Hwa memberanikan diri menatap paras Nonanya yang cantik jelita.
"Kita adalah sama, tidak ada perbedaan kau mengerti"
"Ya ... aku tau tingkat kita berbeda. Tapi tolong jangan seperti ini"
"Kau adalah satu-satunya temanmu di sini, oke" Miyong menatap lekat mata Yu Hwa.
"Ta-tapi"
"Tidak ada tapi! bila ada orang lain kau adalah pelayanku, jika tidak ada orang seperti saat ini, kau adalah teman terbaikku" Miyong memeluk erat Yu Hwa
"Mengerti?"
Yu Hwa hanya mengangguk lirih di dalam pelukan Miyong. Mereka berpelukan sampai isakan Yu Hwa tak terdengar.
"Kau sudah tenang kan" Miyong melepaskan pelukannya.
"Kau tidak perlu takut akan pertemanan kita Yu ..., pertemanan kita tidak salah"
"Kau pasti masih trauma dengan temanmu yang di pasung tragis itu kan?"
"Percayalah, kerajaan tidak akan menghukum seseorang tanpa sebab"
"Mungkin temanmu memang salah"
Mendengar ucapan Miyong membuat Yu Hwa semakin takut, bagaimana tidak? hukum di kerajaan saat ini sedang tak bersahabat.
Sang Raja sedang mempersiapkan untuk pergantian posisinya, itu membuat banyak orang dalam gencar dan memilih jalan pintas.
Dan yang akan menjadi korbannya adalah para pelayan rendahan seperti ini, nyawa mereka seakan tak berharga di tangan manusia-manusia licik.
Meskipun begitu, Yu tetap percaya kepada Miyong. Karena Dia adalah orang baik yang selama ini Yu Hwa kenal.
Tak pernah sekalipun Yu Hwa memergoki Miyong mengatakan ucapan kasar bahkan membentak para pelayannya.
Di mata Miyong, semua adalah sama.dirinya sangat menghormati pelayan kelas bawah terutama yang umurnya jauh di atasnya.
"Kau percaya denganku kan?" Miyong mengenggam kedua telapak tangan Yu. Dan di balas dengan anggukan lirih.
"Oke, karena kau sudah membuat moodku berantakan. Kau harus di hukum" ucap Miyong serius.
Spontan Yu berlutut dan membungkukkan setengah tubuhnya di hadapan Miyong.
"Astaga dia mulai lagi "
"Tutup matamu"
"Sekarang buka"
Perlahan Yu membuka mata dan melihat sepiring Kue Bulan ada di depannya, aromanya sangat harum dan mengusir indra penciuman Yu.
"Makan ini" perintah Miyong serius.
"Aku tidak tau di dalamnya ada racun atau tidak, jadi kau harus mencobanya" lanjut Miyong.
Dirinya sangat kasihan kepada Yu yang seharian berkerja sampai lupa makan, tanpa Yu cerita. wajahnya sudah menceritakan segalanya.
Hanya dengan cara ini Yu mau menerima pemberian Miyong.
perlahan Yu membuka mulutnya dan memasukkan kue ke dalam mulut kecilnya.
"Kuenya tidak beracun Nona" ucap Yu.
"Yang ini?" Ji menunjuk satu kue di sebelah kue yang baru saja di cicipi Yu.
Karena Yu merasa tidak enak hati, Yu hanya mengambil bagian kecil dari kue tersebut dan memasukkannya ke dalam mulut.
"Ini tidak Nona" ucap Yu lirih.
"Yasudah makanlah semuanya, aku sudah kenyang" ucap Ji enteng.
Yu sudah meduga nya, ternyata ini hanya akal akalannya saja agar dirinya mau makan bersama dengannya.
"Nona, Nona ... Perdana Mentri Yang So ..." seorang pelayan datang dengan tergopoh gopoh, wajahnya sangat terlihat ketakutan.
"Ayah kenapa?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
𝐀⃝🥀🎀Jinda🆁🅰🅹🅰❀∂я🤎🕊️⃝ᥴ
bagus ceritanya, penulisannya pun cukup rapi. lanjutkan author 👉
1 mawar hadir untukmu. Semangat 💪
2023-02-18
0
🏘⃝AⁿᵘPrisKa🐝⁶⁹🕊️⃝ᥴͨᏼᷛE𝆯⃟🚀
part awal cukup menarik.. penulisan juga rapi.. semangat terus up kak
2022-12-30
0
🐉şükajäñ🐉
hadir ku disini
2022-12-29
0