bab 5.

Di sebuah sungai yang jernih ada seorang anak kecil manis yang sedang bermain air dengan Ibunya.

Wajah kegembiraan nampak jelas terukir di senyum hangat mereka, gemricik air dan kicauan burung yang merdu menambah indahnya suasana alam hijau yang sejuk.

"Ibu, air disini sangat segar. Ayo kita mandi!" seorang anak kecil mengajak Ibunya dengan wajah ceria.

"Kau saja, Ibu mau mencuci pakaian disini." ucap Ibu berjongkok dan mengeluarkan pakaian dari timba yang di bawanya.

Suasana saat itu sangatlah tenang, hanya ada tawa renyah putra lelakinya saja.

Hingga ...

Terdengar suara gaduh yang tak jauh dari sungai, ada suara hentakan kaki kuda yang kemungkinan itu adalah prajurit istana.

Sang Ibu segera meraih putranya yang sedang asyik bermain air di tengah sungai, dan segera menggendongnya.

Dengan langkah tergopoh-gopoh Sang Ibu menyembunyikan putranya di balik semak belukar, yang tidak memungkinkan ada seorangpun dapat melihatnya.

Melihat raut wajah Ibu yang sangat khawatir dan takut membuat putranya ikut ketakutan.

"Ada apa Bu?" Tanya Putranya dengan mata berkaca.

"Tidak ada apa-apa sayang, ingat pesan ibu. Jangan bersuara, Ibu akan menemui seseorang." Sang Ibu menutupi Putranya dengan dedaunan menjalar.

Jemari Putranya menggenggam erat baju Ibunya, anak itu menangis dan terisak. Sang Ibu kembali mendekatinya dan membelai pipi chubbynya.

"Kau adalah anak hebat, jadilah kuat dan tak terkalahkan agar kau bisa menolong banyak nyawa. Berjanjilah kepada Ibu, apapun yang terjadi janganlah masuk ke istana!" ucap Sang Ibu sambil memeluk erat putranya.

Deraian air mata membasahi pipi mereka masing masing, Sang Ibu sudah pasrah bila memang hari ini adalah hari terakhirnya.

Suara hentakan kaki kuda sudah mendekat, tidak ada waktu lagi untuk bersembunyi. Sang Ibu sudah menutup kembali persembunyian putranya.

Dengan langkah kaki yang di percepat Sang Ibu meraih semua cucian dan menaruhnya di ember yang terbuat dari kayu.

Sringg ...

Sebuah pedang panjang terpampang di hadapan wajah Sang Ibu, terdengar tawa licik dari arah belakang.

"Selir Yuen, ternyata kau masih mampu hidup dengan baik disini!" ucap pria berpakaian serba hitam dengan ikat rambut berwarna merah yang melingkar di kepalanya.

Yuen berbalik, tampak beberapa orang dengan baju yang sama mengepungnya saat ini. Ada sekitar 10 orang dan masing-masing membawa pedang.

Putranya hanya sanggup menutup mulutnya, menahan agar tak mengeluarkan suara melihat Sang Ibu di kepung dengan banyak orang.

"Dimana putramu?"

"Dia sudah mati!"

"Jawab yang benar!, dimana putramu?"

"Bukankah kalian sudah membunuhnya hah!" bentak Yuen.

"Baiklah kalau kau ingin bermain-main dengan kami, bukankah seorang mantan selir sangat berpengalaman di bidang ini!" ucap pimpinan kelompok melepas bajunya satu persatu.

"Ikat dia ...!" perintah pemimpin.

Yuen mundur teratur, tubuhnya terjatuh karena tersandung batu sungai. Wajahnya sudah sangat ketakutan melihat orang-orang itu semakin mendekat.

"Stopp ...!"

"Kalau kalian mendekat ...!"

"Apa ...?, kau akan mengadukan kami pada Raja ..."

"Bahkan Raja telah memerintah kami untuk menghabisi mu saat ini juga"

Tawa menyeramkan pemimpin itu menggema, tatapan yang semula menyeramkan kini menjadi tatapan bengis.

"Bukankah kau biasa dengan ini semua, kau pasti bisa melayani kami. Bukan begitu?" pemimpin menatap semua anak buahnya.

Terdengar tawa terbahak, seakan mereka telah menemukan mainan seru saat ini.

"Sayang sekali, kalau kau harus mati cepat. Kau harus menikmati indahnya surga dunia sebelum menikmati surga sesungguhnya!" pemimpin itu tertawa kembali.

Yuen hanya mampu menundukkan kepalanya dan tak mampu melakukan apa apa. Meskipun dia berusaha keras, dia tak akan dapat menandingi 10 orang laki-laki bersenjata.

Yuen di tarik paksa oleh kedua orang dan mencengkram kedua tangan Yuen, dengan tidak mengenal kasihan pemimpin itu merobek kain yang melekat di tubuhnya.

Hingga terpampang lah tubuh polosnya saat ini, dirinya sangat diperlakukan tidak manusiawi. Mata mereka memandang dengan tatapan ngeri.

Yuen sangat jijik melihat mereka yang menatapnya sedemikian, Jae kecil hanya mampu menutup mulutnya ketika melihat sang Ibu di perlakukan sedemikian kejam.

Yuen melirik ke arah Jae kecil bersembunyi, kepalanya menggeleng lirih. berisyarat agar dirinya tidak melakukan apa pun.

Karena mau bagaimanapun target mereka adalah menghabisi Jae kecil, bukan Yuen.

Mata Jae kecil mengalir air deras ketika melihat ibunya diperlakukan tak senonoh oleh gerombolan pria jahat tersebut.

Apalah daya Jae kecil, dirinya hanya mampu berdo'a agar segera ada seorang yang menolong mereka saat ini.

Jae kecil sudah tak mampu melihat Ibunya di siksa sedemikian rupa, kakinya sudah hendak melangkah keluar persembunyian.

Akan tetapi mata Yuen dan Jae bertemu, dengan pandangan sayu Yuen menggeleng kepalanya dan tersenyum tipis mengisyaratkan agar Jae kecil tetap duduk manis disana.

Jae hanya mampu menahan isak yang tertahan di tenggorokannya, matanya sudah mengalir aliran air yang deras.

Pundaknya sudah naik turun menahan getaran akibat isakan yang tertahan, di saat inilah Jae kecil bersumpah.

Ibu aku berjanji akan memotong semua tangan yang telah menyentuh tubuhmu Bu ...

Aku berjanji akan menyiksa mereka sepuluh kali lipat lebih parah dari apa yang mereka perbuat kepadamu.

Akan aku ingat setiap tanda di tubuh mereka, tunggu pembalasanku ...

Tubuh Yuen sudah terbaring lemas, pernapasannya mulai melemah. Pandangannya kian lama kian kabur.

"Wah, pilihan Raja memang istimewa ...!" kekeh kepala gerombolan itu dengan memakai kembali lagi pakaiannya.

Tawa mereka pecah ketika melihat Yuen terkapar lemah di bebatuan sungai, kondisinya kini sangat menyedihkan.

Banyak luka memar yang menghiasi tubuh Yuen, tidak ketinggalan luka cakaran dan gigitan yang terpampang di tubuh sensitifnya.

Nafas nya kini tersengal, lidahnya sangat sakit untuk di gerakkan akibat ulah para pria tak bermoral di hadapannya.

"Aku tanya sekali lagi, DIMANA PUTRAMU?" bentak ketua gerombolan tersebut.

Yuen hanya meringis, tawanya seakan merendahkan lelaki bersenjata yang sedang menghunuskan pedang di hadapannya saat ini.

"KAU, BERANINYA KAU!"

Jlebbb ...

"Arghh ..."

Air sungai yang semula jernih kini berubah menjadi merah kental, Jae kecil terpekik melihat nyawa ibunya melayang sia-sia seperti ini.

Sayang sekali telinga ketua kelompok itu sangat tajam, dirinya bisa dengar dengan jelas pekikan Jae kecil.

Terukir seringai kejam di wajahnya,

"Cari dia, dia ada di sekitar sini!" perintah ketua.

"lihat Nona, aku bahkan dengan mudah bisa menemukan putramu. Tenanglah, kau berangkat ke langit tidak sendiri!" kekeh ketua tersebut.

Melihat putranya dalam situasi tidak aman, Yuen mengumpulkan sisa-sisa tenaganya untuk merai batu di dekatnya.

Saat semua prajurit berbalik tak melihatnya, Yuen melempar batu tersebut ke arah yang berlawanan dari tempat persembunyian putranya.

"Dia disana!" para prajurit berlarian mengikuti arah dimana asal suara tersebut.

Yuen menatap Jae kecil dari kejauhan dan memamerkan senyum termanisnya, melambaikan tangannya. Tampak bibirnya mengucap tanpa bersuara.

Jae Sung kau hebat

klekk ...

kepala Yuen tergeletak lemas ..

Ibu ....

Terpopuler

Comments

❤Follow IG aisyah_az124 ❤

❤Follow IG aisyah_az124 ❤

Semangat mom💪🏻💪🏻💪🏻❤

2023-02-13

0

ᴄᷤʜͦɪͮᴄͥʜͣɪᷡᴋͣ

ᴄᷤʜͦɪͮᴄͥʜͣɪᷡᴋͣ

weeech prajurid keji kurang ajar dan biadap seenaknya aja ngilangin nyawa manusia karna takut tahta terancam

2022-12-29

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!