Miyong menarik nafas dalam dan menghembuskannya perlahan, mencoba menguatkan hati atas semua kemungkinan kabar yang akan dia dengar.
Dia sangat yakin kabar yang dia terima pasti tidaklah baik. Melihat pelayan yang tampak begitu sedih dan ketakutan.
"Ada Apa dengan Ayah?" Miyong bertanya dengan kepala mendongak. Menahan air yang membuat matanya terasa panas.
"Tu-Tuan Yang ..."
"Nona, Tolong segera ke paviliun segera." ucap prajurit yang menerobos masuk ke dalam ruangan Miyong.
"Baik, Ayo ...!" jawab Miyong segera beranjak.
Dia melangkahkan kakinya menuju paviliun, tempat di mana kedua orang tuanya tinggal. Dengan mempercepat langkah kakinya di susul oleh para prajurit di belakang.
Hatinya sudah sangat kacau saat ini, entah mengapa perasaan mengatakan kalau akan terjadi hal buruk.
Akan tetapi Miyong tetap memasang wajah tenang, dia tak mau ada seseorang tau kalau ada kabar buruk tentang Ayahnya.
Belakangan ini ada banyak sekali orang yang ingin mencelakai dirinya dan keluarganya. Belum lama ini Miyong sudah berhasil selamat dari serangan yang tiba-tiba datang pada saat tengah malam.
Dan saat di cari, orang itu tidak di temukan. padahal banyak penjaga yang menjaga sekitar kamarnya.
Sudah sangat di pastikan penyelinap itu pasti orang dalam, atau mungkin dia punya teman di dalam istana.
Kabar kalau dirinya akan di nobatkan sebagai permaisuri Sang Putra Mahkota membuat dirinya secara tidak langsung berhadapan dengan maut tiap harinya.
Berbagai ancaman silih berganti mendatanginya, akan tetapi anehnya seorang penyelinap itu tidak benar-benar mengincar dan ingin membunuhnya.
Dan ... saat ini Ayahnya yang menjadi korban. semoga tidak terjadi suatu hal yang serius pada Ayahnya.
Matanya semakin terbelalak saat melihat paviliun sudah di penuhi banyak orang. Termasuk Sang Raja.
Para pengawal Raja sudah berjejer di depan pintu paviliun, hanya orang orang tertentu yang boleh memasuki kawasan itu.
Hatinya semakin bergemuruh melihat ini semua, dengan mempercepat langkahnya melewati Para pengawal yang sedang berjaga.
"Ayah ...!"
Miyong masuk ke kamar Sang Ayah, matanya menyapu seluruh ruangan. ada banyak orang penting berdiri mengelilingi Ayahnya.
Karena suasana hati yang sangat kalut membuat Miyong tak peduli dengan siapa dia berhadapan saat ini, dengan mudahnya Dia mendorong Raja yang sedang berdiri di dekat tempat tidur Ayahnya.
Raja sempat terayun dan hampir jatuh, melihat itu para pengawal melakukan pergerakan, akan tetapi segera di hadang oleh Raja.
Dia sangat tau bagaimana perasaan Anak itu saat ini. Tidak ada seorang pun yang kuat melihat orang yang di cintainya terkapar lemah.
Kini pipi Miyong berubah menjadi aliran sungai deras yang banjir, matanya tak henti-henti mengeluarkan sumber air bening.
Melihat kondisi Ayahnya yang menyedihkan membuat hatinya lebih hancur lagi. Terdengar tangisan Ibunya yang meraung-raung membuat keadaan semakin terasa pilu.
"Katakan Baginda, saya harus lanjut atau berhenti disini?" Miyong menahan isaknya.
"Orang-orang terbaikku sedang mengusut ini semua, Tuan Yang So pasti akan mendapatkan keadilan." ucap Raja tegas.
"Lalu, apakah keadilan itu bisa membuat Ayahku kembali pulih?, atau bahkan menentramkan keluarga dari teror-teror yang mengerikan?" pertanyaan Miyong begitu pilu.
Raja sangat tau apa yang di pikirkan Miyong saat ini, karena memang dirinya tidak pernah tertarik dengan pernikahan ini.
Begitu banyak resiko yang akan dia dapatkan dan pastinya nyawa yang akan jadi taruhannya. Akan tetapi, Raja tidak ada pilihan lain.
Calon Raja baru sangat membutuhkan gadis yang patuh seperti Miyong, demi kemajuan kerajaan yang dia pimpin.
perlahan Miyong duduk di samping Ayahnya yang terbaring lemah, wajahnya tampak pucat. Matanya hanya terpejam rapat.
"Aku tidak bisa melanjutkan ini semua Baginda, maafkan aku." bibir Miyong bergetar mengucapkan kata yang tak sepantasnya.
Apapun yang terjadi perintah Raja harus di laksanakan. Bila ada penolakan tanpa adanya alasan yang tepat, maka itu di anggap pengkhianatan.
Dan seseorang yang berkhianat, akan langsung berhadapan dengan sanksi kerajaan yang kejam.
"Hukum saja aku Baginda, bahkan aku bersedia meminum racun kalau memang ini bisa melepaskan tanggung jawab Ayahku." Miyong memohon dengan pilu.
"Perintah Raja tidak dapat di ubah Nona, kau harus tau itu, pihak kerajaan akan menangani kasus ini dengan cepat" ucap Raja menatap Tuan Yang dengan tatapan prihatin.
"KAU ..." Miyong mencengkram jubah Raja.
Melihat pergerakan Miyong yang melewati batas, semua pengawal Raja mengayunkan pedang panjangnya ke arah Miyong.
"Miyong ..." teriak Ibunya dan berlutut di hadapan Raja.
Raja mengayunkan tangannya, mengisyaratkan agar pedang-pedang itu disingkirkan.
Dengan lembut Raja meraih pundak Ibu Miyong dan menyuruhnya berdiri.
"Jangan seperti ini, kau sudah aku anggap seperti kakakku." ucap Raja lembut.
"Aku tau, kalian tidak saling cinta. Meskipun begitu, kita adalah abdi negara dan masalah pribadi harus di kesampingkan." ucap Raja tegas.
"Kau pasti tau, bagaimana perjuanganku selama ini bukan?" Raja menatap lekat wajah cantik Miyong.
Perlahan dia melepaskan cengkeramannya, dirinya tertunduk lemas. Kakinya tak mampu menahan berat badannya sehingga tubuhnya terjatuh di lantai.
Semua orang di sana menatap miris Miyong dan keluarganya. Tak ada yang mampu membantunya kecuali para pengawal terbaik Raja.
Seorang Tabib datang tergopoh-gopoh masuk kedalam paviliun.
"Semoga Yang Mulia sejahtera." sapa Tabib lantang.
"Jadi, apa yang membuat Tuan Yang seperti ini?" Raja menatap lekat tabib istana.
"Ada racun yang masuk di tubuh Tuan Yang So, dan itu tidak terdeteksi dengan alat makan kerajaan." Tabib itu menjelaskan dengan terperinci.
"Jadi ... Siapa kemungkinan pelakunya?
"Maaf Baginda, Kami masih belum dapat menemukan jawaban yang tepat" jawab salah satu prajurit menundukkan kepalanya.
"Pergi dan cari tau kembali, dan beri obat penawar racun untuk Tuan Yang" perintah Raja.
"Maaf Baginda, racun ini sangat sulit di netralisir" Taibib itu masih tak mengangkat kepalanya.
Mendengar ucapan Tabib membuat telinga Miyong sangat panas, bukankah Tabib kerajaan adalah Tabib terbaik. Mengapa hanya menetralisir racun saja tidak bisa.
"Apa?, aku tidak mau tau. Bawa segera penawarnya kemari dan cepat temukan siapa orang yang membuat racun ini"
"Baik Baginda" Tabib melangkahkan kakinya keluar ruangan.
Wajah Raja sudah sangat frustasi, dia tidak tau seorang misterius itu akan melakukan hal yang nekat seperti ini.
"Tambah pengawal untuk menjaga perdana Mentri Yang, aku tidak mau ada kejadian buruk menimpanya" perintah Raja.
"percepat pernikahan putra mahkota, aku tidak mau ada kejadian buruk lagi"
"Baik Baginda" ucap salah satu pengawal setia Raja.
Putra Mahkota Ha Joon dan Miyong hanya terdiam membeku, tidak ada wajah bahagia terpancar dari kedua wajah mereka.
"Coba pikirkan, bagaimana Rakyat akan sengsara bila kita tidak memperkuat kerajaan ini, kesampingkan perasaan kalian"
"Ayahmu sudah berjuang banyak demi kerajaan ini dan aku sangat berharap kau tidak mengecewakannya"
"Kami akan kembali membawa kabar baik untukmu, sementara itu. Akan ada satu Tabib untuk menjaga Tuan Yang disini"
Sang Raja di ikuti oleh para pengawal dan putranya meninggalkan paviliun di ikuti oleh puluhan prajurit di belakangnya.
Saat ini tinggal satu Tabib dan kedua wanita yang sedang di rundung kesedihan. Hanya Isak tangis yang terdengar menyesakkan.
"Siapapun orangnya pasti akan aku habisi dia, tunggu saja pembalasan ku." ucap Miyong dengan tangan mengepal erat.
Di sisi lain ada seseorang yang mengawasi hasil kerjanya dengan senyum simpul ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
🏘⃝AⁿᵘPrisKa🕊️⃝ᥴͨᏼᷛE𝆯⃟🚀
lagi lagi menikah krn hrs menyelamatkan kepentingan byk org..
2022-12-30
0
ᴄᷤʜͦɪͮᴄͥʜͣɪᷡᴋͣ
ya ampun pernikahan karna paksaan dan keluarga jadi korban akan keserakahan jabatan
2022-12-29
0
🌸Santi Suki🌸
Bab ke-2 semakin menarik, Kak👍👍👍
2022-12-29
0