bab 3

Yu sedang melangkahkan kakinya menuju kamar, karena dia adalah pelayan rendahan, jadi kamarnya berada jauh dari lingkungan kerajaan.

Butuh sekitar limaratus kilo meter hanya untuk menuju kamarnya, dia memperlambat langkah kakinya hanya untuk menikmati malam yang indah ini.

Seharian ini dia sangatlah lelah, pekerjaannya cukup banyak. Terlebih Nona Miyong akan bermalam di kediaman Perdana Mentri Yang So.

Jadi semua barang tidur Nonanya di pindah ke kediaman Perdana Mentri. Mengingat teman baiknya di landa musibah membuat Yu amatlah sedih.

Kenapa semua orang merebutkan tahta kerajaan? bahkan untuk mengurus lima orang saja susah, apalagi harus mengurus rakyat yang begitu banyak.

Langkah Yu semakin dekat menuju kamarnya, sebelum masuk di area pelayan kelas bawah dirinya harus melewati halaman luas yang terdapat beberapa batu besar dan pepohonan di sana.

Dia memutuskan untuk duduk sejenak sambil menikmati suasana malam yang indah, Yu merebahkan tubuh lelahnya di atas batu besar.

Bibirnya tak henti mengagumi keindahan malam ini, ratusan bintang yang tersebar di langit berwarna gelap membuat langit nampak lebih indah dari malam-malam sebelumnya.

Rembulan yang melingkar utuh membuat cahaya indahnya terpancar menyinari suasana dingin malam ini.

Melihat keindahan malam ini membuat Yu teringat akan keluarganya, tak terasa air mata menetes di pipi halusnya.

"Ayah, Ibu ... Yu disini baik baik saja,"

"Apakah kalian di sana baik baik saja?"

"Aku mohon jaga diri kalian, Aku tak tau kapan Aku harus berakhir disini."

"Yang aku ingin hanyalah melihat kalian bahagia, sebelum Aku menutup mata selama lamanya"

Dia berdialog sendiri sembari menatap bulan yang bersinar terang, melihat kejadian tadi siang membuat Yu yakin bahwa kerajaan ini sekarang tidak baik baik saja.

Terutama kabar dari Bangsa Jepang yang akan datang. Kabar masih simpang siur akan tetapi mendengar kabar kalau Bangsa Jepang adalah bangsa yang keji membuat Yu ketakutan.

Meskipun dia di landa ketakutan, tapi saat ini dia tak bisa berbuat apa apa. Dia masih terkurung di sini sampai entah kapan.

Merasakan angin yang berhembus lirih membuat bulu halus Yu berdiri, entah mengapa cuaca begitu dingin. Bahkan belum waktunya untuk musim dingin tiba.

Tubuh lelahnya segera bangkit dan melanjutkan langkah, Mata yang terbelalak ketika melihat sosok hitam yang melangkah mendekatinya.

Sosok itu melangkah dengan gontai menuju ke arahnya, langakah Yu mundur teratur di sertai langkah sosok hitam itu yang semakin maju.

Ketika langkahnya semakin mendekati Yu yang sedang ketakutan, sinar rembulan menyinari sosok hitam itu sehingga terlihat siapa sosok tersebut.

Di lihat dari pakaian yang dia kenakan seperti seorang perajurit yang telah selesai berperang, tubuhnya compang-camping di sertai luka yang menganga pada tubuhnya.

Di pinggangnya tergantung pedang dengan banyak bercak merah, Yu tidak bisa melihat wajah prajurit itu karena sebagian wajahnya tertutup kain hitam.

Saat ini Yu sangat ketakutan, dia sangat takut kalau sosok ini adalah sosok musuh yang sedang kalah berperang.

Dia sangat kasihan melihat kondisi prajurit ini, akan tetapi dirinya juga sangat takut kalau dia seorang pemberontak.

Apalagi saat ini situasi sedang genting karena penyerangan tersembunyi yang membuat Perdana Mentri menjadi korban.

Bruk ...

Prajurit itu tersungkur di atas tanah dengan keadaan tak bergerak, membuat Yu reflek berlari menjauhinya.

Tak berapa jauh, langakah Yu terhenti. Perlahan dia membalikkan badan dan sekali lagi menatap sosok prajurit yang tak bergerak itu.

Dengan segenap keberaniannya Yu berusaha mendekati prajurit yang tergerak tersebut, berulang kali Yu menelan liurnya untuk membasahi kerongkongan yang mendadak kering.

Kaki Yu menggoyang-goyangkan tubuh lemas itu, akan tetapi tidak ada perlawanan, sehingga dengan sekuat tenaga Yu membalikan tubuh Prajurit tersebut.

Terpampang lah goresan goresan luka yang cukup dalam, serta pakaian yang sudah penuh cairan merah dengan bau anyir.

Saat ini Yu benar-benar tidak bisa berfikir jernih, yang dia tau hanyalah membantu seorang yang hampir sekarat ini.

Selebihnya Yu akan menerima konsekuensinya, Toh setiap pelayan rendahan sepertinya pasti akan mati dengan cepat, tinggal caranya saja yang berbeda.

Dengan sekuat tenaga dirinya memapah prajurit tersebut, langkah mereka tertatih karena memang tubuh Yu hanya sepundak prajurit itu.

"Ahh, capek sekali! Yu mengusap bulir-bulir keringat yang menghiasi kening Yu.

Terpaksa Yu merebahkan prajurit malang itu di ruangannya, untung saja satu kamar ini hanya berisikan dia saja. Karena biasanya satu kamar di tempati beberapa orang.

Mungkin karena tempat ini sangat jauh dari istana dan tempatnya yang cukup menyeramkan saat malam hari membuat para pelayan enggan memilih kamar ini.

Dengan jantung Yu berdegup kencang ketika dia mendekati prajurit tersebut.

"Siapapun kamu, Aku hanya ingin menolongmu tidak lebih." ucap Yu lirih karena takut terdengar oleh seseorang di luar.

Perlahan Yu membuka satu persatu pakaiannya, terlihat sudah beberapa luka dalam yang membuat hatinya teriris.

Jemari lentik Yu saat ini sedang mencoba membuka lilitan kain hitam yang menutupi hidung dan mulut prajurit tersebut.

Akan tetapi Yu terkejut saat jemarinya di genggam erat dengan prajurit, matanya mulai mengeryit menahan sakit.

Melihat prajurit tak mau area wajahnya di bersihkan, Yu lebih memilih bagian yang lain.

Dengan hati-hati Yu membersihkan debu di sekitar luka itu, selesai dengan kegiatan bersih-bersih.

Yu segera mengambil obat yang sudah dia siapkan tadi, perlahan Yu mengoleskan obat balur ke area luka.

"Arrgghhh ..." suara prajurit itu mengerang kesakitan.

Seketika Yu menutup mulut prajurit itu, dan menatap matanya tajam. Yu mengisyaratkan untuk tidak bersuara terlalu keras.

"Sttss ..., kita bisa mati sama-sama kalau kau berteriak" suara Yu lirih.

"Kenapa?, Aku ...!" prajurit tidak jadi melanjutkan kalimatnya.

"Kau cukup diam dan tidurlah, besok pagi-pagi buta kau harus segera pergi. Aku tak mau terlibat masalah besar." ucap Yu sambil sibuk membaluri obat di seluruh tubuh prajurit.

"Aku juga tak menyuruhmu mengobatinya." jawab prajurit santai.

"Hah!, kau bilang apa?" Yu menekan luka yang tidak terlalu dalam.

"Arghh ..." jeritan kembali terdengar.

"Urus sendiri lukamu, dasar tak tau terimakasih!" Yu beranjak dan melangkahkan kakinya menuju pintu.

"Berhenti ..." ucap prajurit itu dingin.

"Tuhkan, kau saja tak bisa mengurusi lukamu." Yu tersenyum simpul.

"Sringg ..." suara pedang pedang menembus pintu yang di tutupi kertas yang hampir saja mengenai wajah Yu.

Seketika Prajurit itu segera beranjak dan mengambil pedang di sampingnya, pertarungan tak dapat di hindari.

Prajurit Itu dengan mudah menendang pintu yang membuat pintu melayang, Tampak seorang dengan pakaian yang sama persis ada di depannya saat ini.

"Apa ini?" bukankah semua atribut mereka sama!" Yu berbisik dan menutup mulutnya.

Saat ini tubuh Yu bergetar hebat, dirinya sangat ketakutan malam ini. Matanya tetap lekat terjaga menyapu di sekelilingnya takut kalau ada lawan yang menyerangnya.

Sedangkan Si Prajurit sedang berlari menaiki pagar tembok yang tinggi dan di ikuti beberapa orang yang mengejarnya.

"sringg ... sringg ..."

Suara pedang yang saling bergesek membuat suara yang sangat ngeri di dengarkan. Pertarungan malam kali ini sangatlah sengit.

Kedua pedang saling berayun dan menangkis satu sama lain hingga ...

Tringg ...

Jlebb ...

satu orang tumbang dengan cairan merah berbau anyir menggenang di sekitar tubuhnya ...

Terpopuler

Comments

ᴄᷤʜͦɪͮᴄͥʜͣɪᷡᴋͣ

ᴄᷤʜͦɪͮᴄͥʜͣɪᷡᴋͣ

nah loh jangan" dy nolong musuh

2022-12-29

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!