Bintang Di Hatiku

Bintang Di Hatiku

Bab 1

Bila tiba waktunya kamu pasti akan mengerti. Terkadang ketika seseorang sedang menghadapi sebuah masalah, mereka seakan-akan merasa hidup sendirian di dunia ini. Karena mereka akan berfikir hanya diri sendiri yang dapat mengerti dan mengetahui bagaimana keadaan hati yang sesungguhnya. Maka dari itu, banyak dari mereka mengambil jalan singkat untuk menyelesaikan masalah dengan mengakhiri hidupnya. Tapi, tidak sedikit juga dari mereka yang bersyukur atas kedatangan masalah itu di kehidupan mereka. Dengan perlahan tapi pasti, memecahkan setiap masalah yang dihadapinya. Dan tidak sedikit pula yang mendapatkan kebahagiaan lebih dari apa yang diharapkan setelahnya.

“Mal, nggak capek emangnya tiap pagi dayung sepeda?” tanya Ita yang tidak tega melihat Mala.

Bukan tanpa alasan Ita menanyakan hal tersebut. Karena memang Mala bukan seorang gadis miskin. Malah melainkan ia terlahir dari keluarga yang terlanjur kaya. Hanya saja ada beberapa alasan yang mesti ia patuhi di rumahnya.

“Terus, kalau nggak naik sepeda aku naik apa? Semuanya pada nggak mau nganterin aku”, jawab Mala sambil merangkul Ita setelah ia memarkirkan sepedanya.

Ita pun menarik napas mendengar jawaban Mala. Mala melihat Ita yang tidak bisa berkata-kata lagi. Ia pun mencubit pipi Ita karena gemes. Mala heran, selalu saja Ita mempersoalkan dirinya yang berangkat ke sekolah dengan mengendarai sebuah sepeda.

Lucu rasanya melihat orang lain khawatir kepada diri kita. Itulah yang dirasakan Mala. Ia tersenyum melihat wajah cemas itu. Kadang ia berpikir siapa sih Ita? Hanya seorang teman baginya. Tapi, kenapa seseorang yang bukan siapa-siapa itu bisa mempunyai rasa cemas seperti yang biasa ibunya rasakan kepadanya.   

“Eh, Tiwi? Tumben datang cepat?” tanya Mala yang baru masuk ke kelas bersama Ita.

“Pasti belum mengerjakan PR, yak an?” jawab Ita asal sambil menunjuk Tiwi.

Mala dan Ita sangat heran melihat Tiwi yang biasanya ia selalu hampir telat datang ke sekolah tapi, pagi ini ia orang pertama yang ada di dalam kelas.

“Ah, emangnya kalian aja yang bisa datang cepat? Lagian kalian berdua itu, hobi banget sih datang cepat?” tanya Tiwi penasaran.

Bukan hanya Mala dan Ita yang heran dengan Tiwi. Ternyata Tiwi dari dulu juga heran melihat Mala dan Ita yang sangat rajin datang ke sekolah lebih awal.

“Lah, kamu tau itu hobi kita, ya kan?” jawab Ita sambil duduk di bangkunya.

“Ha? Maksud kamu apa Ta?” tanya Tiwi yang tidak mengerti dengan ucapan Ita.

“Kamu nggak ngerti Wi? Sama aku juga. Hahaha…”,  canda Mala yang duduk di sebelah Ita.

Tiwi ikut tertawa mendengar candaan dari Mala. Pasalnya ia yang mau membuat Tiwi kesal, eh malah dirinya sendiri sekarang yang kesal. Apalagi tau Mala juga ikutan mengejeknya.

“Ih, pada nggak nyambung deh!” jawab Ita kesal.

“Oh ya, nomor tiga jawabannya yang mana sih?” tanya Tiwi sambil menopangkan dagu di tangan kirinya.

Ita langsung pindah tempat ke sebelah Tiwi. Ia membolak-balikan lembaran kertas di buku paket Bahasa Indonesia milik Tiwi.

“Coba deh kamu baca yang ini? Kalau aku sih, jawabannya yang ini,” kata Ita sambil menunjukkan tulisan yang ia maksud.

“Kayaknya, jawabanku juga itu deh”, sambung Mala yang ikut ke meja Tiwi sambil memperhatikan tulisan yang ditunjuk oleh Ita tadi.

“Perasaan dari tadi aku udah baca halaman yang ini deh. Tapi nggak ketemu juga jawabannya”, kata Tiwi bingung.

“Ah, mungkin cuma perasaanmu aja kali? Hahaha…”, ledek Mala.

Kali ini Ita yang ikut tertawa mendengar candaan Mala. Ia senang akhirnya bisa membalas menertawakan Tiwi.

“Beneran loh!” rengek Tiwi.

“Hai Alan”, sapa Mala ketika melihat Alan masuk ke kelas.

Alan hanya tersenyum kecil kepada Mala. Lalu ia berjalan terus ke tempat duduknya yang paling belakang itu. Lalu, Tiwi terus memperhatikan Alan sampai ia duduk di bangkunya.

“Wi, gitu banget sih ngelihatin si Alan? Naksir kamu ya?” tanya Mala yang heran melihat Tiwi dengan suara yang sangat pelan karena takut terdengar oleh Alan.

“Ih, siapa juga yang naksir sama dia. Aku tuh nggak suka aja ngelihatnya sok cool banget jadi orang. Kamu lihatkan, dia nggak balas sapaan kamu tadi”, kata Tiwi menjelaskan dengan ikut berbisik.

“Nggak suka ngelihatnya tapi, dilihati terus”, kata Ita sambil berjalan hendak keluar kelas sekaligus menggoda Tiwi.

Tiwi kesal dengan ejekan Ita makanya ia langsung menjulurkan lidahnya kearah Ita. Mana suaranya sangat kuat. Ada rasa malu di hati Tiwi pada Alan.

Alan adalah murid baru. Tapi, dari hari pertama masuk sekolah Alan sama sekali tidak mau berteman dengan yang lain. Ia hanya dekat dengan Edo teman sebangkunya. Makanya banyak yang tidak begitu menyukai Alan terlebih dengan sikap acuhnya.

“Sebenarnya aku juga penasaran sama dia. Aku dengar dia nggak naik kelas tiga kali”, bisik Mala pada Tiwi yang merapatkan duduknya pada Tiwi agar tidak terdengar oleh Alan. Sebenarnya Ada rasa takut juga jika Alan tahu dia menjadi bahan perbincangan dan dia akan marah pada mereka.

“Serius? Tau dari mana kamu?” tanya Tiwi tidak percaya. Lalu, Tiwi lagi-lagi menoleh kearah belakang tepatnya pada Alan. Dia lihat Alan sedang tertidur dengan menaruh kepalanya di atas meja. Selalu saja begitu, pikir Tiwi.

“Aku sempat dengar dia dan Edo ngobrol tentang itu waktu di kantin”, jelas Mala lagi.

“Oh, iya. Aku juga pernah dengar kalau dia udah tiga kali pindah sekolah. Gila, Aku benar-benar penasaran sama tuh anak!” kata Tiwi sambil memukul meja dengan pelan.

Mala dan Tiwi begitu penasaran dengan kehidupan yang di jalani Alan. Mereka ingin mengetahui segala sesuatunya. Tapi, tentu tidak ada yang tahu tentang Alan selain Edo. Tiwi mencoba bernegosiasi dengan Mala agar mau berbicara dengan Edo tentang masalah Alan. Karena Selain Alan, Mala juga sangat dekat dengan Edo. Dan kabarnya lagi Edo menyukai Mala. Jadi, Tiwi beranggapan bahwa tidaklah sulit untuk menggali informasi mengenai Alan pada Edo.

Mala sedikit kesal pada Tiwi yang ingin memanfaatkannya demi kepuasan belaka. Awalnya Mala menolak karena menurut Mala itu tidaklah sopan. Tapi, Tiwi malah berkilah bahwa Mala lebih tidak sopan karena telah menguping pembicaraan Edo dan Alan. Makanya Tiwi menyuruh Mala agar terang-terangan meminta Edo menceritakannya.

Memang, sebenarnya Mala juga sangat ingin tahu apa yang sebenarnya dialami oleh Alan. Mungkin Tiwi benar. Tidak ada salahnyakan bertanya. Lagi pula dari pada mengobrol yang tidak kita ketahui lebih baik tanya langsung pada yang mengetahui beritanya. Dan akhirnya Mala menyetujui permintaan Tiwi.

***

Terpopuler

Comments

Rini Antika

Rini Antika

Semangat terus Kak..💪💪

2022-12-05

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!