Bab. 3

Pagi yang cerah dan juga hari yang akan membuat para siswa sibuk. Ya, memang di beberapa kelas terlihat sangat sibuk sekali. Karena minggu lalu, ada beberapa kelas yang di beri tugas dari guru seni rupa mereka. Salah satunya termasuk di kelas Mala. Para siswa sibuk memamerkan hasil karya mereka. Berbagai macam gambar yang para siswa buat. Dan itu sangatlah unik. Ada yang membuat gambar kucing, kelinci, Ayam jago, dan masih banyak yang lainnya.

Jadi, seminggu yang lalu mereka di beri tugas oleh pak Subroto. Beliau adalah guru mata pelajaran seni rupa. Beliau menugaskan para siswa membuat gambar yang nantinya di atas gambar tersebut akan ditempeli biji-bijian dan juga kacang di sebuah kertas tebal yang luasnya sekitar setengah meter. Kacang yang dipakai adalah kacang hijau, kacang merah, kacang kedelai, biji saga dan lain-lain. Cara menempelkannya menggunakan lem yang biasa dipakai untuk merekatkan kayu.

Mala melihat Edo yang baru datang ke kelas. Ia berniat menyapanya tapi, ia tidak seperti biasanya. Edo yang selalu memandangnya kini malah tidak melihatnya sama sekali. Wajahnya tampak cemberut. Padahal semalam mereka baik-baik saja. Lalu, Mala pun tiba-tiba teringat sesuatu.

“Edo, sombong banget sih!” bentak Mala. “Kamu marah ya? Gara-gara semalam kamu yang bayar?”

“Bukan itu aja. Mana? Katanya mau nganterin kacangnya ke rumahku!” jawab Edo jengkel.

Pasalnya, karena menunggu Mala alhasil Edo baru menyelesaikan sebagian karya seninya. Ia pun sudah pasrah dan berniat untuk mengemis pada temannya yang lain untuk memberikan sisa-sisa kacang dan biji-bijian kepada dirinya. Agar tugasnya selesai sebelum di kumpul oleh Pak Subroto.

“Oh, iya aku lupa”, jawab mala sambil memukul keningnya. “Maaf", lanjut Mala dengan wajah menyesalnya.

Edo semakin terlihat kesal. Tapi, sebenarnya itu cuma akal-akalan Edo saja untuk mengerjai Mala. Mana mungkin Edo bisa marah pada Mala. Sedangkan Mala adalah pujaan hatinya. Dalam hati Edo tertawa karena ia menyangka akan berhasil mengerjai Mala dan pasti Mala akan terlihat lucu dan menggemaskan.

Edo terlihat sangat acuh pada Mala. Walau Mala sudah minta maaf berkali-kali. Mala jadi tidak enak hati pada Edo. Bukannya Mala sengaja. Dirinya benar-benar lupa karena keasikan mengerjakan karya seni miliknya.

“Ya udah deh, ntar aku ganti traktir kamu”, bujuk Mala.

Edo masih tidak memperdulikannya. Edo pura-pura buang muka agar aktingnya terlihat seperti beneran. Wajah Edo pun terlihat semakin sedih. Lalu ia meletakkan karya seninya yang belum selesai itu di atas meja. Ia memandanginya dengan berpura-pura bersedih.

“Edo”, panggil Mala dengan lembut.

“Mala, ini bukan soal ganti-mengganti!” kata Edo sambil meletakkan tasnya dan menatap Mala kembali. “Tapi, ini soal…”

Mala tidak mendengarkan Edo. Karena, ia melihat salah satu temannya yang bernama Genta, tidak sengaja menumpahkan lem ke bangku yang akan di duduki Edo. Genta juga tidak sadar bahwa Edo hendak duduk. Ia malah berlari keluar kelas tanpa memberitahukan dahulu keadaan bangku yang akan di duduki Edo.

“Mal, kamu nggak dengerin aku ngomong ya? udah ah, capek ngomong sama kamu”, kata Edo berpura-pura kesal lagi.

Edo pun meletakkan tasnya di atas meja. Lalu, ia pun mulai duduk di bangku yang biasa ia duduki.

“Edo, tunggu!” teriak Mala sambil mengangkat tangannya ke depan seperti tanda berhenti.

“Apa lagi?” kata Edo sok tidak perduli sambil melipat tangan di dadanya.

Lalu, Edo malah duduk dengan santai. Mala ternganga lalu langsung menutup mulutnya. Ia kelihatan bingung dan panik. Ia tidak sanggup untuk mengatakan yang sebenarnya. Ada rasa kasihan pada Edo yang sedang tertimpa musibah itu.

“Ha…ha…ha…”, Edo tertawa. “Lucu deh, liat kamu panik kayak gitu. Aku cuma bercanda kok", celoteh Edo yang telah mengira dirinya berhasil membuat Mala merasa sangat bersalah padanya.

“Oh, jadi kamu cuma mau ngerjain aku?” kata Mala kesal.

Mala langsung buang muka dan kembali ke tempat duduknya. Sambil pura-pura memperhatikan karya seninya. Mala senyum sendiri mengingat hal yang menimpa Edo saat ini.

“Do, kamu kok duduk disitu?” tanya Genta yang baru kembali dari kantin untuk meminjam kain lap.

“Kenapa emangnya?", kata Edo bingung melihat wajah panik Genta serta kain lap yang sedang di bawanya. "Kok, perasaanku jadi nggak enak gini ya?” kata Edo cemas.

“Tadi, si Genta nambahin lem di bangku kamu!” jawab Mala tapi tidak melihat Edo.

Mendengar perkataan Mala, semua mata tertuju pada Edo. Tidak lama kemudian semua orang yang di kelas menertawakan Edo.

Edo menatap Genta dengan tajam. Ia merapatkan giginya. Ia mencoba untuk berdiri tapi, tidak bisa. Ia mencoba sekuat tenaga namun, sia-sia. Genta tidak kuasa menahan tawanya lagi. Dan itu membuat Edo semakin kesal. Genta pun berinisiatif menolong Edo. Beberapa temannya yang lain juga menolong Edo.

“Susah nih Do, terhalang meja”, kata Genta yang berusaha menarik Edo.

Segala cara pun mereka lakukan  untuk mengeluarkan Edo dari jeratan itu. Sebagian teman-temannya hanya tertawa melihatnya. Tiba-tiba, kreeek! Edo pun terlepas. Ia pun terlihat sangat lega. Tapi, teman-temannya malah tertawa semakin kuat. Ia baru menyadari ternyata celananya sobek di bagian belakang. Ia pun langsung berlari ke sudut dinding untuk menutupi bagian belakangnya yang sobek.

“Nih, pakai jaketku aja”, kata Mala sambil memberikan jaket yang biasa ia kenakan.

Edo menatap Mala sambil tersenyum. Ia tidak menyangka Mala akan begitu perhatian kepadanya. Rasanya jantung berdegup kencang ketika melihat Mala memberikan jaket itu. Edo mengambil jaket tersebut dan menutupi bagian yang sobek.

“Cie, ada yang perhatian nih”, kata Ita dari belakang Mala.

Semua pun ikut menyoraki Mala dan Edo. Tapi, Mala mencoba bersikap biasa saja. Mereka sudah sering di ejek seperti itu. Karena memang Edo terang-terangan menyatakan kalau dirinya menyukai Mala. Edo yang juga teman Mala dari kecil sudah sangat dekat dengan Mala dan keluarganya. Edo adalah anak dari sahabat ayah Mala. Dan Edo mempunyai kepribadian yang sangat baik. Makanya semua anggota keluarga Mala menyukai Edo.

“Aku cuma kasihan aja kok. Lagian, itu untuk ganti yang semalam", jawab Mala lalu kembali ke tempat duduknya.

“Eh, emang semalam kalian ngapain?” tanya Ita lagi yang ingin tahu.

Tapi, Mala melototi Ita dan menarik tangannya untuk kembali ke bangku mereka.

“Makasih ya Mal”, kata Edo sambil tersenyum.

Mala melihat Edo kembali dan tersenyum kepadanya. Mala tidak tahu betapa senangnya Edo mendapat perhatian dari Mala. Edo hanya bisa menyimpan perasaan bahagia itu dalam hatinya saja.

***

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!