Takdir Cinta Preman Sholeh
''Assalamualaikun Mang Ustad" sapa seorang santri,yang datang tiba-tiba.
"Wa'alaikumsalaama,ada apa Mang?"jawab Zain singkat.
(Mamang/mang adalah panggilan untuk para santri laki-laki baik muda ataupun yang lebih tua)
"Mang Ustad di panggil Abah Yai, katanya ada telepon dari Pamannya Mang Usttad.'' ujar Mang santri.
"Oh, ya sudah nanti saya menemui Abah sebentar lagi.'' jawab Zain lagi.
Mang santri itupun kembali ke rumah Abah Yai setelah pamit kepada Zain.
Sementera,ia sendiri menutup pengajian itu dan lekas pamit kepada santri juniornya untuk menemui Abah Yai.
"Assalamualaikum Abah.'' ucap Zain sambil berdiri di depan pintu yang terbuka.
"Wa'alaikumsalam warohmatullah.'' jawab seorang lelaki sepuh dengan tampilan berkharisma,duduk di ruang tamu.
"Masuklah." sambung Abah Yai.
Zain pun masuk sambil membungkukan badannya menyalami tangan Sang guru kemudian mencium punggung tangannya dengan takjim, lalu dia pun duduk di bangku berhadapan dengan Gurunya di antara meja.
"Ini, ada telpon dari Pamanmu, katanya ada sesuatu yang penting yang ingin pamanmu bicarakan." kata Abah Yai sambil menyerahkan handphonnya.
Zain pun menerima hp itu dari tangan Gurunya.
"Assalamualaikum Paman, bagaimana kabar Paman?" Zain memulai pembicaraan.
"Wa'alaikumsalam warohmatullah. Alhamdulillah Paman baik-baik saja, kamu sendiri bagaimana kabarnya di pondok?" ujar sang Paman di sebrang sana.
"Alhamdulillah saya juga baik-baik saja Paman, oh ya, ada apa Paman tiba-tiba menelepon, ada sesuatu yang penting kah?"kata Zain to the point.
"Begini Zain, besok Paman harap kamu bisa pulang dulu, ada sesuatu yang ingin Paman amanahkan ke kamu, Paman juga sudah minta ijin ke Gurumu dan sepertinya Beliau mengijinkan." jawab Sang Paman di sebrang sana.
"Amanah apa Paman, apakah ada kaitannya dengan Ibuku, bukankah ibu baik-baik saja?" tanya Zain menghawatirkan kondisi Ibunda 'nya.
"Jangan khawatirkan ibumu, Ibu 'mu baik - baik saja. Ini masalah Paman sendiri. Ya sudah kalu begitu Paman tunggu besok kepulanganmu, dan salam untuk Abah Yai, paman sedang banyak urusan. Assalamualaikum." tut tut tut!!! sang Paman mengahiri panggilan sepihak di seberang sana.
"Wa'alaikumsalam.'' Zain pun menurunkan telpon dari teling kananya, dengan berbagi macam pertanyaan di benaknya.
"Abah bagimana ini?saya di suruh pulah oleh Paman, katanya ada amanah yang akan beliau sampaikan." katanya setelah mengakhiri telpon dengan Pamannya.
"Ya sudah,pulanglah dulu,mungkin Pamanmu ada sesuatu yang penting denganmu, paman 'mu juga sudah izin ke Abah jadi ya terserah kamu. Abah izinkan ko, tapi jangan lama-lama ya." ujar Abah Yai memberikan izin.
"Baiklah Abah, karena ini baru jam dua siang, saya langsung pulang sekarang saja Bah.'' lanjut Zain.
"Ya sudah, nanti Abah suruh salah satu santri untuk mengantarkanmu pulang. Bagimana?" tanya Abah Yai.
"Tidak perlu Bah, saya naik angkot saja, bukankah setelah ini ada pengajian kitab kuning, kasian nanti santri yang mengantarkan saya tidak bisa ikut pengajian Abah." kata Zain merasa tidak enak hati.
"Ya sudah hati-hati di jalan, sampaikan salam dari Abah untuk Pamanmu." lanjut Abah Yai.
"Insha Allah Bah. Oh iya, tadi juga Paman menghaturkan salam pada Abah Yai sebelum beliau menutup telponnya." smbung Zain lagi.
"Ya sudah kalau begitu salamkan balik pula dari Abah." ucap Sang Kiyai.
Zain pun segera menyambut tangan Sang Kiyai, ketika Kiyai mengulurkan tangan kanannya terlebih dulu kemudian mencium punggung tangan Kiayai deng takzim.
"Kalau bgitu saya pamit Abah. Assalamuaalaikum." ujar Zain sambil membalikan badannya menju kearah pintu.
"Wa'alaikumsalam.'' ya sudah hati-hati, jangan lupa pula haturkan salam untuk Ibumu." kata Abah Yai lagi.
"baik Bah." sambut Zain.
Zain pun bergegas menuju pondoknya untuk mengambil beberapa baju untuk di bawanya pulang.
Setelah itu, Zain pun berpamitan kepada beberapa santri yg bertemu dengannya ketika akan menuju pintu gerban Pondok untuk menunggu mobil angkot.
Sepuluh menit kemudian sebuah angkot pun berhenti di depan Zain stelah melambaikan tangan sambil mengucapkan kata "kiri".
"Ke mana Mang?"ucap si sopir angkot.
"Langsung terminal ya bang." ujar Zain.
"Siaap Mang." kata supir dengan semangat.
Kurang lebih stengah jam perjalanan mobil angkot pun sudah tiba di terminal, kemudian Zain pun turun dari angkot lalu memberikan ongkosnya kepada si supir, ia pun lekas berpindah ke mobil Bus jurusan kota yang sedang menunggu penumpang penuh, setelah penumpang penuh mobi bus pun berjalan menuju kota.
Setelah kurang lebih dua jam perjalanan,bus pun tiba di sebuah lampu merah, entah lampu merah yg ke berapa yang sudah di lewati mobil bus itu. Zain pun turun setelah memberikan uang ongkos kepada kondektur.
Kemudian pemuda berusia dua puluh lima tahun itu berpindah ke jalur jalan sisi sebelah kiri, untuk menunggu angkot jurusan kampung halamannya.
Lima menit kemudian, sebuah mobil angkot berwarn biru berhenti di depannya.
Zain pun mebuka pintu sebelah kiri angkot itu, lalu duduk berdampingan dengan si sopir, sedangkan bangku di belakang sudah ada beberapa penumpang.
"Mau kemana Sep?" ujar sang sopir yang diperkira berusia empatpuluh lima tahunan, sambil menjalankan mobil angkotnya.
(Asep atau Ujang,adalah sapa'an untuk lelaki yang lebih muda).
"Simpang tiga Dukuh ya pak." jawab Zain singkat.
"Kayak 'nya Asep baru pulang dari pondok ya?" tanya Pak sopir karena melihat penampilan Zain yang memakai peci, kemeja serta sarung kotak-kotak yang ia kenakan sejak ia berangkat pulang dari pondok.
"Betul Pak saya baru pulang dari pondok." jawab 'nya singkat.
"Mondok di mana, dan sudah berapa lama kamu mondok?" ujar Pak supir sudah mulai keppo.
"Di Banten Pak, tepatnya di Pandeglang, sejak lulus SD dan Ayah saya meninggal, Paman saya mengantarkan saya mondok di sana, paling satu tahun sekali saya pulang ketika Hari Raraya Idul Fitri atau lebaran pak." jawab Zain panjang lebar.
"Lalu sekarang umurmu berapa?" tanya Pak supir lagi.
"Umur saya sekarang dua puluh lima tahun, ini juga saya pulang karena di telpon Paman di suruh pulang dulu." jawab 'nya kembali.
"Jangan-jangan kamu anaknya Almarhum Haji Abdullah. Guru ngaji yang di kampung Dukuh." ujar Pak supir menduga-duga.
"Betul pak." jawab Maher singkat. Namun...
CHEEET!!!.
Tiba-tiba mobil berhenti mendadak, membuat penumpang yang di belakang terkejut, tak terkecyali Zain, bahkan salah satu penumpang di belakang kepalanya kejedot jok bagian belakang Pak sopir.
"Pak Sopir, hati-hati dong bawa mobil, di kiranya kita barang apa, kita kan orang Pak. Mana lagi buru-buru lagi." kata salah satu penumpang dari arah belakang.
"Iya nih pak supir, kalu ngobrol sambil bawa mibil, jangan ngerem mendadak juga, kita semua kaget nih." ujar penumpang di belakang supir yang kejedot jok, sambil tangan kananya mengusap-usap kepalanya.
"Ya sudah, Pak sopir lanjutin lagi aja jalannya." ujar Maher merasa kurang enak hati pada para penumpang di belakang.
Kemudian sang sopirpun melanjukan kembali mobil angkotnya dengan perlahan.
''Jangan ngerem mendadak lagi Pak sopir.'' ujar seorang Ibu dari belakang.
''Iya iya. Bawel banget sih.'' jawab supir sedikit kesal.
Next,,, part 2.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments