Bab 5 Restu Abah Guru

''Katakan, berapa hari kamu di skorsing oleh pihak kampusmu?" tanya sang Ayah langsung ke inti persoala, dengan raut wajah sedatar mungkin, bukan kilatan kemarahan yang terlihat dari rona sang Ayah, matanya begitu sayu, seolah menampakan kelelahan yang amat sangat. Ya ia lelah karena hatinya selalu berperang antara benci dan sayang, akibat ulah putri tercintanya yang sudah terlalu sering melakukan kesalahan.

"Mmm, anu Pi, Papi dapat surat itu dari mana?" Ross malah balik bertanya, menuduk sesekali matanya melirik Dev. Sementara jemari kedua tangannya *******-***** bagian bawah bajunya.

"Tidak penting kamu tau Papi dapat surat itu dari mana. Papi sudah lelah Ross, Papi sudah cape. Mau sampai kapan kamu seperti ini?, dan kenapa kamu pukuli gadis itu sampai babak belur bgitu?. Dan kamu tau anak siapa yang kamu pukuli itu?" jedanya sebentar, lantas melanjutkan kalimatnya.

"Dia anak relasi bisnis Papi Ross. Untung orang tua mereka tidak memperkarakan 'mu ke jalur hukum, karena Ayah 'nya sahabat baik Papi. Kamu ini cewek Ross, Rosdiana Putri Devindra." ucap 'nya menambah tekanan volume suarnya beberapa oktaf. Lalu melanjutkan, sembari berjalan perlahan memutari tubuh sang putri yang berdiri mematung.

"Kamu ini prempuan Ross, tapi knapa sifatmu bar-bar begini?" ujar Dev lalu kembali duduk di sofa dekat dinding pembatas.

"Ross kesel Pih sama dia, habis 'nya dia sering ngebully temen deket Ross Pih, puncaknya Ross gak bisa nahan sabar sewaktu dia menyiram temen Ross itu dengan air comberan, Ross gak bisa diem kalau ngeliat kedzoliman di depan mata Ross. Apalagi orang yang di dzolimi itu kenal dan deket sama Ross Pih.'' jawab Ross masih dengan kepala menunduk mnjelaskan.

Deg!!!

Hati sanjaya benar-benar tersentuh dg ucapan Putrinya. Ternyata di balik sifat ber - barnya lebih besar sifat kepeduliannya terhadap sesama, bangga tentu saja hati Dev mersa bangga.

"Tapi bukan dengan cara lebih kejam dari dia juga Nak, samapi-sampai anak gadis orang di opnam di rumah sakit. Banyak cara yg lebih elegan dan efisien untuk menegur sifat buruknya gadis itu." ujar Devindra lagi.

Lalu Ross mulai mendekat pada sang Ayah serta ikut duduk di sofa.

"Pokoknya Papi sudah buat keputusan." lanjut sang Ayah.

"Hah, keputusan, keputusan apa Pih?" tanya Ross dengan raut muka khawatir, namun tetap tak meninggalkan kesan cantik dan imut.

"Papi akan menikahkanmu dengan lelaki pilihan Papi." sambung Dev lagi.

JDERRRR!!!.

Bak mimpi di sing bolong, hati Ross benar - benar shock. Bagimana ia akan menikah, lalu dengang sispa?, ganteng kah?, tajir atau enggak?,cinta atau enggak?, itulah isi hati Ross saat ini.

"Apa Pi?, nikah?. Aku kan masih kuliah dan belum kepikiran sama sekali Pi." protes Ross sambil menggoyang - goyangkan tangan sang Ayah.

"Aku juga pengen berkarir dulu sebelum aku nikah, dan ini yang paling penting aku juga pengen bahagiain Mami sama Papi." cicit Ross berharap sang Ayah membatalkan keputusannya.

"Dengan apa kamu ingin membahagiakan Mami sama Papi?"

Deg,,.

Pernyataan 'nya benar-benar membut diri 'nya terpojok, akhirnnya Ross hanya mampu menggelengkan kepalanya lalu berucap.

"Gak tau Pi." ucap Ross dengan nada manjanya.

"Ok!!, kalau kamu pengen liat Papi sama Mami bahagia, kamu harus nikah dan cepat kasih kami cucu. Gimana??" tanya Dev kembali.

"Tapi Pi??" sela Ross lagi.

"Gak ada tapi - tapian kalau kamu menolak keputusan papi, segala fasilitas, baik mobil, kartu kredi dan semuanya akan Papi sita. Gimana?" ucap Devindra menegaskan.

Bukan 'nya menjawab malah Ross tiba-tiba berdiri den menghentakan kedua kakinya, kemudian berjalan hendak menuju pintu keluar,l. Setelah pintu di bukanya, ia pun menoleh ke belakang dan berkata.

"Aku kesel sama Papih." rutuknya dengan nada menekan.

Brugh!!, pintu pun di tutup dengan keras.

Sementara Dev Sang Ayah hanya menggelenng - gelengkan kepalanya, seakan bingung dengan kelakuan putrinya.

Di hari yang sama di lain tempat, sebuah mobil Pajero Sport telah memasuki pondok pesanter yang cukup luas. Seorang pria dengan muka garangnya, namun tak menghilangkan kharismanya sebai seorang pemimpin para preman pasar, ya dialah Bang Junet atau Junaidi pamannya Zain Al Ghifari, ia turun dari mobil 'nya yang sebelum 'nya telah di bukakan oleh sopir pribadinya. Di susul Maher dan Ibunda 'nya, sedang di depan rumah yang sungguh asri dan sederhan, telah berdiri Abah Yai dan Umy Aminah istri Abah Yai Komarudin serta Ning Zhainab anak gadisnya Abah Yai, kebetulan Zhainab baru pulang dari Mesir setelah menyelesaikan setudy 'nya.

"Assalamualikm." ucap para tamu serempak.

"Wa'alaikumsalaam." jawab tuan Rumah serentak pula.

Usai Junaidi bersalaman dan saling merangkul Pundak Abah Yai, di susul Zain dan Ibu 'nya bersalaman dengan ketiga tuan rumah tersebut. Terakhir Zain dan Zhainab bersalaman dengan hanya isarat menempelkan kedua telapak tangannya, dan menempelkannya ke dada,mereka 'pun sepintas saling betatap mata kemudian keduanya menunduk bersamaan.

"A - apa kabarnya Bang Zain." sapa Zhainab gugup, jantungnya berdebar tak karuan. Ya, Zhainab sudah jatuh cinta sejak dulu kepada Zain, karena mereka di besarkan di lingkungan yang sama, yaitu Pon-pes Raudatul Ilmi milik Abah Yai Komarudin.

"Alhamdullah sehat. Adek sendiri gimana kabar 'nya sehat 'kah?" jawab Zain, tanya balik.

"Alhamdulillah baik dan sehat pula Bang." ucap Zhainab yang pipi 'nya semakin memerah. Seterus 'nya Zain pun ikut menyusul ke dalam dan duduk bersama dengan yang lainnya di ruang tamu. Sedang Zhainab ikut masuk ke dalam namun langsung menuju dapur.

Zain berdampingan duduk dengan sang Bunda di sofa panjang, sedang Abah yai duduk berdampingan dengan istrinya, sedang Junaidi duduk di sisi kanan Kh Komarudin.

"Ada angin apa ini samapai berjama,ah begini datang ke Pndok kami?" tanya Abah Yai, namun kedua matanya mengarah pada wajah Junaidi.

"Sebenarnya saya sudah lama ingin berkunjung ke sini hanya saja baru kali ini bisa bisa terwujud." ujar Jubaidi, lantas tangannya begerak ke saku baju koko 'nya, meraih sebuah amplop berwarna coklat yang cukup tebal.

"Dan ini ada rizki sedikit untuk kebutuhan pondok, dan kebetulan tadi saya liat di depan sedang ada pembangunan pagar, semoga ini bisa membatu." ujar Junaidi lagi.

"Syukur Alhamdulillah, semoga Amal ibadah panjenengan bisa menambah fahala di akhirat kelak." timpal Abah Yai.

Tak lama datang seorang gadis cantik berhijab ungu, membawa sebuah nampan yag di atasnya ada beberapa minuman dan aneka makanan ringan, bibir 'nya menyungingkan senyum ramahnya seakan menambah kecantikannya.

Melihat itu Bunda 'nya Zain sangat terpikat dengan gadis itu.

"Masya Allah, cantik sekali kamu Nak, siapa namamu?'' tanya Fatimah kemudian.

''Saya Zhainab Bu.'' sambutnya.

"Masya Allah, ternyata kamu sudah besar ya, dulu kamu masih kecil sekali sewaktu ibu mengunjungi Zain ke sini." ucap Ibunda Fatimah lagi.

"Maaf semuanya, kalau begitu saya pamit dulu, karena ada pengajian untuk para santriwati. Abah, Ummi, Ibu dan Bang Zain saya mohon pamit, Assalamualaikum." pamit Zhainab, lalu bergegas keluar untuk menuju aula untuk mengajar kitab kuning bagi para santriwati.

Seberlalu 'nya Zhainab merekapun menikamti hidangan sederhana yag tersaji di atas meja.

"Begini Kiyai." kata Junaidi pamannya Zain.

"Ggomong-ngomong akhirat tadi, kebetulan saya kesini ingin membahas itu." lanjutnya.

"Apa maksudnya Paman kesini membahas akhirat?, bukankah kesini ingin membahas tentang penyerhan Ketua preman pasar." gumam Zain membatin.

"Maksud panjenengan?" tanya Kiyai, menanggapi perkataan Junaidi.

"Saya sudah tua Kiyai, tidak terasa usia sudah hampir kepala enam, jadi saya ingin fokus ibadah. Oleh karena itu saya memohon izin pada Pak Kiyai, agar Zain mau menggantikan saya menjadi Ketua Keamanan Pasar." ujar Junaidi panjang lebar.

"Saya tidak bisa memberi izin ataupun tidak Pak, karena yang punya keputusan di sini adalah Zain sendiri, tapi seandainya Zain mau menerima Amanah itu, saya sangat merestui dan meridhoi, karena saya yakin kehadiran Zain di pasar kelak akan memberikan pengaruh positif untuk para preman di sana." timpal Kiyai, lalu wajahnya berpaling ke arah Zain.

"Dan untuk kamu Za, Abah berharap kamu mau menerima permintaan Pamanmu, karena Abah Yakin kamu bisa mengamalkan Ilmu 'mu untuk kebaikan para Preman - preman pasar di situ." ucap Kiyai.

"Kalau memang Abah sudah mengizinkan tentu saya tidak bisa meolak Bah." jawab Zain dengan nada lembut.

next,,, part 6.

Episodes
1 Bab 1 Di minta pulang
2 Bab 2 Pulang ke rumah
3 Bab 3 Pemintaan Paman
4 Bab 4 Ross kena skorsing
5 Bab 5 Restu Abah Guru
6 Bab 6 Markas Keamanan Pasar
7 Bab 7 Penyerahan jabatan
8 Bab 8 Zain dan Rossdiana
9 Bab 9 Marahnya Derry
10 Bab 10 Pertarungan Derry dan Zain
11 Bab 11 Kembali bertemu
12 Bab 12 Pembalasan Siska
13 Bab 13 Tidak memandang bukan tak mau
14 Bab 14 Derry dan Junaidi
15 Bab 15 Perjodohan
16 Bab 16 Pembalasan Siska 2
17 Bab 17 You My Herro
18 Bab 18 Permintaan Paman Yang Kedua
19 Bab 19 Ucup Si Bocah Pemikir
20 Bab 20 Dilemanya Zhain
21 Bab 21 Di Goda Janda Pasar
22 Bab 22 Keceriaan Rosdiana
23 Bab 23 Sambutan Calon Ibu Mertua
24 Bab 24 Syoknya Fatimah
25 Bab 25 Ma'afkan aku
26 Bab 25 Do'a Yang Menyentuh Hati
27 Bab 26 Maaf Yang Bersyarat
28 Bab 27 Ma'af yang bersyarat part 2
29 Bab 28 Ma'af Yang Bersyarat Part 3 Benih Cinta Nattaly dan Rudi
30 Bab 29 Hijabmu Ma'afku Untukmu
31 Bab 31 Derry Kena Mental
32 Bab 32 Derry dan Hidayah
33 Bab 33 Ajari Aku Sholat
34 Bab 34 Kekesalan Rossdiana
35 Bab 35 Renca Pertemuan
36 Bab 36 Ross dan Zhain
37 Bab 37 Kedunya salah tingkah
38 Bab 38 Taman Yang Romantis
39 Bab 39 Kena Prank Kekasih Hati
40 Bab 40 Syarat Cinta Dari Fatimah
41 Bab 41 Rossdiana dan Zhainab
42 Bab 42 Ross Bertemu Gurunya Zhain
43 Bab 43 Tato di lengan pelaku
44 Bab 44 Musuh Lama Bang Junet
45 Bab 45 Pria Berkaca Mata Hitam
46 Bab 46 Ancaman Jamess
47 Bab 47 Ross dalam Bahaya
Episodes

Updated 47 Episodes

1
Bab 1 Di minta pulang
2
Bab 2 Pulang ke rumah
3
Bab 3 Pemintaan Paman
4
Bab 4 Ross kena skorsing
5
Bab 5 Restu Abah Guru
6
Bab 6 Markas Keamanan Pasar
7
Bab 7 Penyerahan jabatan
8
Bab 8 Zain dan Rossdiana
9
Bab 9 Marahnya Derry
10
Bab 10 Pertarungan Derry dan Zain
11
Bab 11 Kembali bertemu
12
Bab 12 Pembalasan Siska
13
Bab 13 Tidak memandang bukan tak mau
14
Bab 14 Derry dan Junaidi
15
Bab 15 Perjodohan
16
Bab 16 Pembalasan Siska 2
17
Bab 17 You My Herro
18
Bab 18 Permintaan Paman Yang Kedua
19
Bab 19 Ucup Si Bocah Pemikir
20
Bab 20 Dilemanya Zhain
21
Bab 21 Di Goda Janda Pasar
22
Bab 22 Keceriaan Rosdiana
23
Bab 23 Sambutan Calon Ibu Mertua
24
Bab 24 Syoknya Fatimah
25
Bab 25 Ma'afkan aku
26
Bab 25 Do'a Yang Menyentuh Hati
27
Bab 26 Maaf Yang Bersyarat
28
Bab 27 Ma'af yang bersyarat part 2
29
Bab 28 Ma'af Yang Bersyarat Part 3 Benih Cinta Nattaly dan Rudi
30
Bab 29 Hijabmu Ma'afku Untukmu
31
Bab 31 Derry Kena Mental
32
Bab 32 Derry dan Hidayah
33
Bab 33 Ajari Aku Sholat
34
Bab 34 Kekesalan Rossdiana
35
Bab 35 Renca Pertemuan
36
Bab 36 Ross dan Zhain
37
Bab 37 Kedunya salah tingkah
38
Bab 38 Taman Yang Romantis
39
Bab 39 Kena Prank Kekasih Hati
40
Bab 40 Syarat Cinta Dari Fatimah
41
Bab 41 Rossdiana dan Zhainab
42
Bab 42 Ross Bertemu Gurunya Zhain
43
Bab 43 Tato di lengan pelaku
44
Bab 44 Musuh Lama Bang Junet
45
Bab 45 Pria Berkaca Mata Hitam
46
Bab 46 Ancaman Jamess
47
Bab 47 Ross dalam Bahaya

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!