Bukan Cinta Pertama

Bukan Cinta Pertama

Warisan

Siang hari yang terik, terlihat seorang gadis muda berlari dengan kencang. Dia tampak sedang menghindari kejaran dua orang bertubuh besar dengan wajah yang terlihat seperti preman. Dia berhenti berlari ketika memasukiarea parkir di sebuah pusat perbelanjaan. Dia berjalan mengendap – endap sambil bersembunyi diantara mobil – mobil yang terparkir. Dia mencoba peruntungan dengan membuka beberapa pintu mobil, barangkali ada yang tidak terkunci dan dia bisa bersembunyi di dalamnya. Mungkin hari ini adalah hari keberuntungannya, salah satu pintu mobil yang coba dia buka ternyata dia di kunci. Gadis itu menengok ke kanan dan ke kiri, saat itu dia melihat dua orang yang mengejarnya semakin mendekat. Tanpa pikir panjang, dia langsung masuk ke dalam mobil itu. Setelah

masuk dia menutup pintu mobil secara perlahan. Dia mengintip keluar, dan melihat dua orang pengejarnya sudah berdiri di samping mobil yang dia naiki.

Gadis itu terkejut karena tiba – tiba salah satu orang itu mengintip ke dalam mobil. Dia refleks menunduk dan bersembunyi. Gadis itu tercekat ketika melihat ternyata mobil yang dia naiki ada pemiliknya. Pemilik mobil itu menatap tajam gadis yang ada di depannya. Terlihat kalau pria itu memandang tidak suka pada gadis yang dengan lancang masuk ke mobilnya tanpa ijin.

Sang gadis memandang bergantian ke arah pemilik mobil dan ke arah luar. Pria itu mengikuti arah pandangan sang gadis, dan dia melihat ada dua orang pria yang berdiri di samping mobilnya. Pria itu membuka mobilnya dan keluar, dia berjalan mengitari mobilnya melewati pria pengejar dan langsung membuka pintu. Para pria pengejar kaget dan sekaligus senang ketika menemukan gadis yang mereka cari.

Pemilik mobil menyuruh gadis itu keluar dengan dagunya. Gadis itu keluar tapi menatap sang pria dengan tatapan marah. Kedua orang itu langsung memegang tangan gadis itu dengan erat.

“ Terima kasih tuan. Kami pergi dulu.” Kata salah satu pria tapi tidak mendapat jawaban dari pria di depannya.

“ Kamu sudah tidak bisa lari lagi Tita.” Kata salah satunya. Gadis yang bernama Tita mendengus kesal. Dia sudah tidak punya pilihan lagi selain ikut kemana dua orang itu membawanya.

Begitu mereka bertiga pergi, pemilik mobil membuka pintu. Dia urung masuk mobil ketika mendengar suara teriakan seorang wanita.

“ HAI TUAN!!!” Teriak Tita. Ketika pria itu menoleh, Tita mengacungkan jari tengahnya. Lalu dia melangkah pergi bersama dua orang yang mengejarnya tadi.

Pria pemilik mobil tidak percaya dengan apa yang barusan terjadi. Dia mengepalkan tangannya marah, karena baru kali ini ada yang melakukan itu padanya apalagi itu dilakukan oleh seorang gadis. Tak berapa lama ada seorang pria memakai setelan jas berlari mendekatinya.

“ Maaf Tuan Rey, nona Grace sepertinya masih ingin di sini. Nona menyuruh tuan kembali ke kantor  karena dia akan berbelanja dengan teman – temannya.”

“ Merepotkan saja. Kita kembali ke kantor Tom.” Sahut pria bernama Rey dengan wajah kesal.

“ Apa ada yang terjadi Tuan?” Tanya Tom penasaran melihat wajah tuannya yang terlihat kesal.

“ Ada kucing gila.” Jawab Rey lalu masuk ke mobilnya. Tom bingung dengan perkataan Rey, dia sampai melihat sekitar mencari kucing gila yang dimaksud oleh tuannya itu. Saat Tom sedang mencari, terdengar suara Rey memanggilnya.

“TOM!!!” Teriak Rey.

“ Iya Tuan.” Tom buru – buru masuk ke mobil. Dia langsung menyalakan mobil dan pergi meninggalkan tempat itu. Dia berpikir kalau suasana hati tuannya itu sedang tidak baik, jadi dia tidak ingin membuatnya semakin buruk.

*****

Tita memasuki sebuah rumah besarbersama dua orang pria itu. Mereka terus memegangi kedua tangan Tita, takut kalau gadis itu akan melarikan diri. Tita di bawa ke bagian belakang rumah yang terdapat taman. Di taman itu sudah menunggu seorang pria yang duduk sambil menikmati secangkir kopi. Pria itu tersenyum begitu melihat Tita yang datang mendekat. Dia mempersilahkan Tita duduk dan menyuruh dua orang yang membawa Tita untuk pergi.

Pria yang bernama Pak Prabu itu memandangi Tita dengan tatapan mesum membuat Tita merasa risih.

“ Kamu mau minum apa?” Tanya Pak Prabu.

“ Tidak perlu pak. Saya tidak haus.” Jawab Tita menolak tawaran pria itu.

“ Baiklah. Saya langsung ke intinya saja. Kapan kamu akan melunasi semua hutang orang tuamu?”

Tita terdiam sejenak. Dia bingung harus memberi alasan apalagi pada pak Prabu, karena sekarang uangnya belum cukup untuk melunasi hutang orang tuanya. Seandainya hutang orang tuanya tidak sebanyak itu, tentu dia tidak akan bingung seperti sekarang.

“ Tolong kasih saya waktu, saya akan berusaha melunasinya segera.” Jawab Tita.

Pak Prabu tertawa mendengar jawaban Tita. Dia mengambil cangkir di depannya dan menghabiskan kopi di dalamnya.

“ Dengan apa kamu akan melunasinya. Apa kamu punya uang untuk melunasi semua hutang orang tuamu termasuk dengan bunganya. Kamu bisa saja mencicilnya, tapi akan butuh waktu puluhan tahun dan kamu tahu tentu saja bunganya akan terus bertambah.” Kata Pak Prabu santai. Tita menundukkan kepalanya dan memainkan jari – jarinya tanda dia sedang berpikir.

“ Bagaimana kalau kamu terima tawaran saya yang waktu itu. Kalaukamu terima tawaran saya, saya akan anggap  lunas semua hutang orang tuamu dan tentu saja hidup kamu akan terjamin.”

Tita tidak mungkin menerima tawaran pak Prabu. Dia tentusaja tidak mau dijadikan istri ke empat walau hutangnya  akan lunas. Tita berpikir bagaimana bisa dia menikah dengan orang yang usianya sama dengan ayahnya.

“ Saya akan lunasi hutang orang tua saya. Bapak bisa pegang janji saya.” Kata Tita tegas.

“ Baiklah saya beri kamu waktu 3 bulan, kalau kamu tidak bisa melunasinya kamu harus terima tawaran saya.” Pak Prabu tersenyum lebar. Dia  merasa yakin kalau Tita tidak akan bisa melunasi semua hutang orang tuanya dalam waktu 3 bulan.

“ Kalau begitu saya permisi.” Tita bangun dan berjalan meninggalkan pak Prabu.

Tita keluar melewati gerbang tinggi yang dijaga oleh dua orang sekuriti. Setelah keluar Tita berbalik dan memandang rumah besar itu. Dia lalu melangkah meninggalkan rumah pak Prabu. Di jalan sesekali Tita memukul – mukul kepalanya.

“ Bodoh bodoh. Di mana aku harus mencari uang sebanyak itu dalam waktu 3 bulan. Menjual ginjalpun rasanya masih kurang. Masak aku harus menjual kedua ginjalku, bisa mati dong.”

Orang – orang memandang Tita aneh, karena berbicara sendiri di jalan. Tita tidak memperdulikan itu dan terus berjalan sampai rumahnya. Tita memandang rumah kecil itu, dia sedih teringat kedua orang tuanya.

“ Ayah, ibu. Kenapa kalian memberikanku warisan hutang yang begitu banyak. Kenapa kalian tidak membawaku pergi bersama kalian saja.” Tita menitikkan air matanya.

Orang tua Tita meninggal dalam kecelakaan beberapa tahun lalu. Ayahnya meminjam uang pada pak Prabu untuk pengobatan ibunya. Ayah Titayang hanya bekerja sebagai karyawan biasa membutuhkan uang yang banyak untuk berobat istrinya. Ayahnya memilih menjual rumah dan tinggal di kontrakan, tapi hasil dari penjualan rumah kecil mereka tentu saja tidak cukup untuk melunasi hutangnya.

Tita menangis sesenggukan. Dia merasa bersalah pada kedua orang tuanya. Tidak seharusnya dia menyalahkan mereka. Dia tahu rasa cinta ayahnya yang besar pada ibunya, yang membuat ayahnya akan melakukan apa saja

untuk kesembuhan ibunya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!