Pasangan Serasi

Tita berdiri di halte bus. Seperti biasa, dia selalu berangkat ke tempat kerja lebih pagi. Selain agar tidak telat, dia juga tidak mau berdesak - desakan di dalam bus apalagi kalau sampai terjebak macet. Tidak butuh waktu lama, Tita sudah sampai di tempat kerja. Setelah melakukan absensi, dia segera berganti baju dengan seragam dinasnya.

Bukan seragam dinas pegawai pemerintahan yang dia kenakan. Tetapi seragam sebagai seorang OB. Ya walaupun bekerja hanya sebagai seorang OB, tetapi gaji yang dia dapatkan cukup besar. Sayangnya walau sudah bekerja dan mendapatkan gaji yang cukup besar, gajinya akan habis bahkan tidak sampai akhir bulan. Karena dia harus membagi gajinya untuk bayar kontrakan, menyicil hutang, dan untuk kebutuhan sehari - hari.

" Ta, kamu tahu gak. Katanya mau ada rolling area."

Tita yang sedang mengelap kaca, menoleh ke arah teman satu profesinya yang bernama Arum.

" Masak sih, kok aku baru tahu?" Tanya Tita pada Arum.

" Kamu mah orange terlalu cuek, ada berita penting juga gak bakalan tahu." Cibir Arum. Tita hanya mengedikkan bahunya, dan kembali melanjutkan mengelap kaca.

" Misalnya nanti aku kena rolling, aku ingin ditempatin di lantai atas." Ucap Arum penuh harap. Arum senyum - senyum sendiri sudah membayangkan bila di tempatkan di lantai atas.

" Ngarep." Tita mengusap kain untuk mengelap kaca ke wajah Arum.

" TITA!!!" Arum mengusap wajahnya dengan lengan bajunya. " Wajah glowing aku." Lanjut Arum menatap Tita dengan kesal.

Tita hanya tertawa dan menjulurkan lidahnya. Tita segera pergi menghindari amukan Arum. Dia masuk ke ruangan HRD, berniat membersihkan ruangan itu. Setelah menyelesaikan semua pekerjaan, dia segera berkumpul di ruangan OB. Saat dia masuk, di sana sudah ada teman - temannya. Dia langsung berjalan mendekati Arum, dan berdiri di sampingnya.

" Ada pengumuman apa?" Tanya Tita dengan berbisik pada Arum.

" Kamu dari mana saja sih, tuh benarkan ada rollingan." Arum menunjuk ke arah kepala OB yang sedang menempel kertas.

Begitu kertas di tempel, teman - teman Tita langsung berebutan untuk melihat. Berbagai macam ekspresi bisa Tita lihat di wajah teman - temannya setelah melihat kertas pengumuman itu. Tita maju ketika tangannya ditarik Arum. Belum sampai dia melihat, dia kaget ketika Arum tiba - tiba memeluknya erat. Tidak lupa juga terdengar teriakan bahagia Arum.

" Kita dipindah di lantai atas Ta." Ucap Arum menggoyang - goyangkan tangan Tita. " Akhirnya." Lanjut Arum tidak bisa menyembunyikan kebahagiannya.

" Senang?" Tanya Tita.

" Heem, banget. Akhirnya keinginanku terwujud. Aku lagi gak mimpikan Ta?" Arum memegang kedua pipinya.

Tak berapa lama Arum memekik ketika mendapat cubitan dari Tita.

" Tita, apa - apaan sih. Sakit tau." Arum mengusap lengannya.

" Cuma bantu kamu mastiin kalau lagi gak mimpi." Jawab Tita santai lalu melenggang pergi. Arum mengerucutkan bibirnya, tapi dia langsung mengikuti Tita keluar.

" Kamu kenapa sih, gak senang apa bisa ditempatin di lantai atas? Gak sembarang OB bisa megang area itu." Ucap Arum sambil merangkul Tita.

Tita menghela nafas dan melepaskan rangkulan Arum. " Tapi tanggung jawabnya juga besar. Kamu tahu sendiri di situ ada ruangan ceo, orang yang terkenal perfeksionis dan gak mau ada kesalahan sekecil apapun. Salah sedikit bisa - bisa..Kekk." Tita memperagakan seolah - olah memotong lehernya.

Arum memegang lehernya bergidik ngeri.

" Kamu gak usah nakut - nakutin gitu." Kata Arum dengan wajah khawatir.

" Lihat saja nanti." Tita memasang wajah serius. Dia berjalan meninggalkan Arum yang masih termangu, saat itu terbitlah senyum jahil dari wajah Tita.

*******

Di sebuah ruangan dengan desain modern, terlihat Rey sedang fokus dengan berkas - berkas di depannya. Dia begitu fokus dengan pekerjaan, sampai tidak menyadari ada yang masuk ke ruangannya. Dia baru menghentikan pekerjaannya saat ada yang menyentuh pundaknya dari belakang.

Dia melihat sepasang tangan dengan jari - jari yang lentik bergerak dari bahu lalu turun ke dadanya. Rey tahu benar siapa pemilik tangan itu. Dengan cepat dia memegang kedua tangan itu dan menariknya ke depan. Kini pemilik tangan itu sudah duduk di pangkuan Rey. Senyum Rey langsung terkembang melihat kekasihnya.

" Kenapa tidak ngasih kabar kalau datang?" Rey mencubit hidung di depannya.

" Kejutan sayang." Ucap Grace dengan nada manjanya.

" Kamu sudah makan siang?" Tanya Rey lembut.

Grace menggeleng cepat. " Aku ke sini mau ngajak kamu makan siang bareng."

" Tunggu sebentar. Aku selesain ini dulu." Grace segera turun dari pangkuan Rey dan duduk di sofa. Grace mengeluarkan ponselnya sembari menunggu Rey.

Setelah menunggu cukup lama, akhirnya Rey bisa menyelesaikan pekerjaannya. Dia segera beranjak dan mendekati Grace.

"Ayo kita makan siang." Ajak Rey pada Grace. Rey bisa melihat wajah Grace yang cemberut. Tentu kekasihnya itu kesal mesti menunggu lama.

Rey yang melihat itu hanya mengulas senyum, dia tidak khawatir kekasihnya itu akan marah. Sebab dia tahu cara meredakan amarah Grace.

" Apa sehabis makan siang kamu mau jalan - jalan ke mall?"

" Mau. Ada tas yang pengen banget aku beli. Temenin aku ya?" Senyum merekah tercetak di wajah Grace.

" Aku gak bisa Grace, nanti ada meting penting. Kamu pergi sama teman kamu. Beli apapun sesuka kamu." Rey menyerahkan kredit card ke tangan Grace.

" Oke. Jangan salahin aku kalau tagihan kartu kredit kamu membengkak." Grace tersenyum dan memasukkan kartu itu di tasnya.

" No problem." Rey meraih tangan Grace dan menggandengnya keluar ruangan.

Saat keluar kantor, Grace selalu bergelayut manja di lengan Rey. Mereka tentu saja menjadi pusat perhatian, karena terkenal sebagai pasangan serasi baik dari segi status sosial maupun dari segi penampilan.

Tita yang baru kembali dari kantin, menghampiri teman - temannya yang sedang bergerombol. Entah apa yang teman - teman Tita gosipkan kali ini.

" Kalian sedang apa?" Tanya Tita. Arum segera menarik Tita untuk duduk di sebelahnya, Tita yang tipe anak cuek dan tidak update hanya mendengarkan pembicaraan mereka.

" Aku bingung pak presdir sudah pacaran bertahun - tahun, tapi gak ada tanda - tanda mau nikah sama ceweknya juga. Kalau aku yang jadi ceweknya, sudah aku kejar buat nikah terus." Ujar salah satu teman Tita.

" Setahu aku ya, ceweknya yang belum siap nikah. Ceweknya kan seorang model, karirnya sedang menanjak tentu sudah terikat banyak kontrak jadi gak bisa nikah untuk sekarang." Jawab perempuan yang usianya bisa tergolong dewasa.

" Benar juga, tapi beruntung ceweknya. Kayanya walaupun pak presdir orangnya dingin, tapi dia tipe cowok yang bucin." Kata Arum dengan mata yang berbinar.

" Sudah gak usah gosip melulu, kalau Bu Irma tahu bisa diceramahi kalian." Ucap Tita lalu beranjak pergi. Mendengar kata - kata Tita, mereka saling pandang dan kompak membubarkan diri. Arum sendiri langsung berlari mengejar Tita.

" Ta, kayanya kamu gak tertarik dengan berita tentang presdir." Tanya Arum.

" Buat apa? Tahu tentang kehidupan pribadi presdir gak bakal bikin aku kaya." Jawab Tita santai.

" Tapikan mulai besok kita kerja di lantai ruangan presdir."

" Terus apa hubungannya? Kita di sanakan nanti kerja, gak ngurusin kehidupan presdir. Memang kamu mau dipecat gara - gara suka kepo? Aku sih ogah, hutang aku masih banyak."

" Bukan gitu.." Tita meletakkan telunjuknya di bibir Arum agar gadis itu diam.

"Ssseett, sekarang kita kerja lagi oke. Gak usah gosipin soal presdir lagi. Kita juga mesti siap - siap buat pindah ke lantai idaman kamu." Setelah mengucapkan itu, Tita bergegas untuk melanjutkan pekerjaannya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!