Tom Salah Paham

Rey masuk ke ruangannya yang sudah dibersihkan. Dia langsung duduk di kursinya dan memeriksa berkas yang diserahkan oleh Tom. Rey menoleh ke arah Tom yang berdiri di depannya, dan menatapnya cukup lama. Tom yang ditatap oleh bosnya tentu saja merasa salah tingkah.

" Apa ada yang salah tuan?" Tanya Tom.

" Apa agendaku hari ini?" Tanya Rey tidak menjawab pertanyaan Rey.

" Hari ini anda tidak ada jadwal keluar, cuma ada beberapa berkas yang mesti anda cek dan juga tanda tangani." Jawab Tom setelah melihat tabletnya.

" Apa kamu bisa menyerahkan data ob yang bertugas di lantai ini?" Tanya Rey.

" Untuk apa tuan?" Tanya balik Tom. " Ba..baik tuan akan saya minta datanya ke kepala ob. Saya permisi." Jawab Tom setelah mendapat tatapan tajam dari Rey. Setelah Tom keluar, Rey melanjutkan memeriksa berkas di mejanya.

Tom segera masuk ke ruangannya yang berada di samping ruangan Rey. Dia merasa aneh dengan bosnya itu, karena tidak biasanya dia meminta data ob. Setahu Tom, ob yang dikenal oleh Rey cuma pak Asep. Itu juga karena pak Asep sudah bekerja di perusahaan ini sangat lama saat papa Rey masih menjadi presdir. Tak butuh waktu lama Tom sudah mendapat data ob yang bertugas dari bu Irma. Bu Irma tentu sama dengan Tom, dia juga penasaran kenapa sang pemilik perusahaan sampai minta data ob. Bu Irma sampai menanyai ob satu persatu, dia takut ada yang membuat kesalahan pada presdir dan pasti itu akan berdampak pada kinerjanya sebagai kepala ob.

Tom segera masuk ke ruangan Rey setelah mengetuk pintu terlebih dahulu. Tom menyerahkan data itu pada Rey.

" Ini data yang anda minta. Kalau boleh saya tahu, kenapa anda meminta data ini?" Tanya Tom yang tidak bisa menyembunyikan penasarannya.

Rey tidak menjawab, dia membuka kertas yang dia pegang. Setelah beberapa kali membuka kertas, akhirnya terbit senyum di sudut bibir Rey. Dia segera meletakkan kertas itu di depan Tom.

" Panggil dia ke sini." Perintah Rey.

Tom mengambil kertas itu dan membacanya. Terlihat Tom mengernyitkan dahinya. Dia melihat cukup lama foto yang tertera di data itu. Keruta di dahi Tom semakin terlihat, sepertinya dia sedang berpikir keras mengenali wajah di foto. Tetapi sayangnya dia tidak kenal sama sekali dengan orang itu.

" Kenapa kamu masih di sini?" Tanya Rey dingin tanpa melepaskan pandangan dari berkas di depannya.

Tom terkejut dan segera menyahut, " Baik tuan segera saya panggil." Tom bergegas keluar.

Setelah beberapa lama, terdengar pintu di buka dan masuk Tom beserta Tita di belakangnya. Mereka berdua berdiri di depan meja Rey.

" Tuan Rey, ini orang yang anda panggil sudah di sini." Ucap Tom memecah keheningan. Tapi tidak ada jawaban sama sekali dari orang di depan mereka. Tita menoleh ke arah Tom yang ada di depannya, tapi Tom terlihat acuh dan menatap lurus ke depan. Rey langsung menoleh ketika mendengar helaan nafas Tita, dan menatap dengan tajan ke arah gadis yang ada di depannya. Tita yang menyadari kesalahannya, segera menundukkan kepalanya.

" Tom, kembali ke ruanganmu." Perintah Rey tetap menatap tajam Tita. Mendapat perintah itu, Tom menundukkan kepalanya dan segera berlalu pergi.

Setelah Tom pergi, kini di ruangan itu hanya tinggal Tita dan Rey. Tita tentu saja tidak berani mengangkat kepalanya, dia berdiri tegak dan menautkan kedua tangan di depan. Beberapa kali Rey melihat Tita memainkan jarinya tanda bahwa gadis itu sedang gugup. Tidak perlu ditanya bagaimana perasaan Tita sekarang. Keheningan di ruangan itu, membuat dia seperti bisa mendengar suara detak jantungnya sendiri.

" Sudah berapa lama bekerja di sini?" Tanya Rey dengan nada datarnya.

" Eh apa pak?" Tita mengangkat kepalanya. Dia yang sedang gugup menjadi tidak fokus dan tidak mendengarkan pertanyaan Rey. Dia yang tadinya mengangkat kepala, kembali menundukkan kepala saat matanya tidak sengaja bertatapan dengan mata Rey.

" Apa kamu tidak mendengar pertanyaan saya? Sudah berapa lama kamu bekerja di sini?" Ulang Rey menaikkan volume suaranya.

Tita yang mendengar suara Rey yang sedikit keras sampai terkejut dan mengelus dadanya, " 1 tahun lebih pak." Jawab Tita. " Ini orang gak bisa santai dikit apa?" Batin Tita.

" Apa kamu tidak ingat saya?" Tanya Rey tiba - tiba.

Mendengar pertanyaan Rey, Tita mengangkat kepalanya dan menatap Rey cukup lama. Dia mengernyitkan dahinya mencoba mengingat, setelah beberapa menit Tita membelalakkan matanya dan langsung menunduk.

" Mati aku, ternyata dia orang yang waktu itu." Ucap Tita dalam hati. " Gimana ini, kalau dia marah dan mecat aku. Bodoh bodoh bodoh. Dari jutaan orang kenapa mesti dia sih?" Rutuk Tita dalam hati.

Melihat ekspresi Tita, Rey tahu kalau gadis itu ingat padanya.

" Apa ada yang mau kamu katakan?" Rey menopang dagu dengan tangannya.

" Ap..Apa maksud bapak. Saya tidak mengerti." Ucap Tita gagap. Tita sudah berkeringat dingin, padahal ac di ruangan itu distel cukup dingin.

" Oh jadi tidak ada yang mau kamu katakan. Oke silakan keluar, dan ambil pesangon kamu." Ucap Rey sinis.

Tita sontak terkejut mendengar kata pesangon. Tanpa pikir panjang dia langsung berlari ke samping Rey, dia langsung berlutut di samping Rey dan memeluk kakinya. Rey tentu saja kaget melihat ulah Tita.

" Saya minta maaf pak, tolong jangan pecat saya." Ucap Tita dengan memelas.

" Lepaskan kaki saya." Rey menggerakkan kakinya agar Tita melepas kakinya. Tapi Tita malah makin mempererat pelukannya di kaki Rey.

" Saya tidak akan melepas sebelum bapak memaafkan saya. Saya tidak tahu kalau bapak presdir di perusahaan ini. Waktu itu juga saya sedang dalam keadaan terdesak. Jadi tolong maafkan saya. Saya janji tidak akan melakukan itu lagi." Jelas Tita panjang lebar.

Rey tidak menjawab, dia masih berusaha melepaskan kakinya. Dia membuka jari Tita satu persatu dari kakinya. Mereka berdua kompak menoleh saat ada yang membuka pintu. Terlihat Tom yang mematung tak jauh dari meja Rey. Tom yang melihat posisi Rey yang duduk berjongkok dan Tita di bawahnya tentu sudah berpikiran macam - macam.

" Maaf mengganggu, tadi saya sudah mengetuk pintu. Saya cuma mau menyerahkan berkas ini tuan. Kalau begitu saya permisi." Tom segera keluar tanpa berani menatap kedua orang di depannya.

Melihat Tom yang keluar membuat Rey semakin kesal, dia segera berdiri dan menarik telinga Tita. Mau tidak mau Tita akhirnya melepaskan kaki Rey, dan memegang tangan Rey yang sedang menarik telinganya.

" Aduh..duh. Sakit pak." Ringis Tita.

" Ini gara - gara kamu. Tom pasti berpikiran macam - macam sama saya." Rey kesal dan semakin menarik telinga Tita.

" Aduh sakit. Lepasin pak, nanti telinga saya putus." Mohon Tita.

" Tidak. Kucing gila seperti kamu perlu diberi pelajaran."

" Baik. Kalau bapak tidak mau lepasin, saya akan teriak. Biar semua karyawan tahu kalau bapak menyiksa saya." Ancam Tita.

Mendengar ancaman Tita, Rey pun melepaskan tangannya. Sedangkan Tita segera menjauh dan memegang telinganya yang sudah memerah. Rey menepuk celananya dan menatap Tita dengan tatapan membunuh.

" Keluar. Mulai besok saat membersihkan ruangan saya, kamu ulangi sampai 3x. Kalau saya lihat masih kotor, siap - siap dapat hukuman dari saya." Perintah Rey.

" Baik pak. Saya permisi." Jawab Tita. Tita segera keluar dan menutup pintu. Saat di depan pintu dia berbalik dan mengepalkan tinjunya.

" Dasar Serigala jadi - jadian."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!