Siang hari yang terik, terlihat seorang gadis muda berlari dengan kencang. Dia tampak sedang menghindari kejaran dua orang bertubuh besar dengan wajah yang terlihat seperti preman. Dia berhenti berlari ketika memasukiarea parkir di sebuah pusat perbelanjaan. Dia berjalan mengendap – endap sambil bersembunyi diantara mobil – mobil yang terparkir. Dia mencoba peruntungan dengan membuka beberapa pintu mobil, barangkali ada yang tidak terkunci dan dia bisa bersembunyi di dalamnya. Mungkin hari ini adalah hari keberuntungannya, salah satu pintu mobil yang coba dia buka ternyata dia di kunci. Gadis itu menengok ke kanan dan ke kiri, saat itu dia melihat dua orang yang mengejarnya semakin mendekat. Tanpa pikir panjang, dia langsung masuk ke dalam mobil itu. Setelah
masuk dia menutup pintu mobil secara perlahan. Dia mengintip keluar, dan melihat dua orang pengejarnya sudah berdiri di samping mobil yang dia naiki.
Gadis itu terkejut karena tiba – tiba salah satu orang itu mengintip ke dalam mobil. Dia refleks menunduk dan bersembunyi. Gadis itu tercekat ketika melihat ternyata mobil yang dia naiki ada pemiliknya. Pemilik mobil itu menatap tajam gadis yang ada di depannya. Terlihat kalau pria itu memandang tidak suka pada gadis yang dengan lancang masuk ke mobilnya tanpa ijin.
Sang gadis memandang bergantian ke arah pemilik mobil dan ke arah luar. Pria itu mengikuti arah pandangan sang gadis, dan dia melihat ada dua orang pria yang berdiri di samping mobilnya. Pria itu membuka mobilnya dan keluar, dia berjalan mengitari mobilnya melewati pria pengejar dan langsung membuka pintu. Para pria pengejar kaget dan sekaligus senang ketika menemukan gadis yang mereka cari.
Pemilik mobil menyuruh gadis itu keluar dengan dagunya. Gadis itu keluar tapi menatap sang pria dengan tatapan marah. Kedua orang itu langsung memegang tangan gadis itu dengan erat.
“ Terima kasih tuan. Kami pergi dulu.” Kata salah satu pria tapi tidak mendapat jawaban dari pria di depannya.
“ Kamu sudah tidak bisa lari lagi Tita.” Kata salah satunya. Gadis yang bernama Tita mendengus kesal. Dia sudah tidak punya pilihan lagi selain ikut kemana dua orang itu membawanya.
Begitu mereka bertiga pergi, pemilik mobil membuka pintu. Dia urung masuk mobil ketika mendengar suara teriakan seorang wanita.
“ HAI TUAN!!!” Teriak Tita. Ketika pria itu menoleh, Tita mengacungkan jari tengahnya. Lalu dia melangkah pergi bersama dua orang yang mengejarnya tadi.
Pria pemilik mobil tidak percaya dengan apa yang barusan terjadi. Dia mengepalkan tangannya marah, karena baru kali ini ada yang melakukan itu padanya apalagi itu dilakukan oleh seorang gadis. Tak berapa lama ada seorang pria memakai setelan jas berlari mendekatinya.
“ Maaf Tuan Rey, nona Grace sepertinya masih ingin di sini. Nona menyuruh tuan kembali ke kantor karena dia akan berbelanja dengan teman – temannya.”
“ Merepotkan saja. Kita kembali ke kantor Tom.” Sahut pria bernama Rey dengan wajah kesal.
“ Apa ada yang terjadi Tuan?” Tanya Tom penasaran melihat wajah tuannya yang terlihat kesal.
“ Ada kucing gila.” Jawab Rey lalu masuk ke mobilnya. Tom bingung dengan perkataan Rey, dia sampai melihat sekitar mencari kucing gila yang dimaksud oleh tuannya itu. Saat Tom sedang mencari, terdengar suara Rey memanggilnya.
“TOM!!!” Teriak Rey.
“ Iya Tuan.” Tom buru – buru masuk ke mobil. Dia langsung menyalakan mobil dan pergi meninggalkan tempat itu. Dia berpikir kalau suasana hati tuannya itu sedang tidak baik, jadi dia tidak ingin membuatnya semakin buruk.
*****
Tita memasuki sebuah rumah besarbersama dua orang pria itu. Mereka terus memegangi kedua tangan Tita, takut kalau gadis itu akan melarikan diri. Tita di bawa ke bagian belakang rumah yang terdapat taman. Di taman itu sudah menunggu seorang pria yang duduk sambil menikmati secangkir kopi. Pria itu tersenyum begitu melihat Tita yang datang mendekat. Dia mempersilahkan Tita duduk dan menyuruh dua orang yang membawa Tita untuk pergi.
Pria yang bernama Pak Prabu itu memandangi Tita dengan tatapan mesum membuat Tita merasa risih.
“ Kamu mau minum apa?” Tanya Pak Prabu.
“ Tidak perlu pak. Saya tidak haus.” Jawab Tita menolak tawaran pria itu.
“ Baiklah. Saya langsung ke intinya saja. Kapan kamu akan melunasi semua hutang orang tuamu?”
Tita terdiam sejenak. Dia bingung harus memberi alasan apalagi pada pak Prabu, karena sekarang uangnya belum cukup untuk melunasi hutang orang tuanya. Seandainya hutang orang tuanya tidak sebanyak itu, tentu dia tidak akan bingung seperti sekarang.
“ Tolong kasih saya waktu, saya akan berusaha melunasinya segera.” Jawab Tita.
Pak Prabu tertawa mendengar jawaban Tita. Dia mengambil cangkir di depannya dan menghabiskan kopi di dalamnya.
“ Dengan apa kamu akan melunasinya. Apa kamu punya uang untuk melunasi semua hutang orang tuamu termasuk dengan bunganya. Kamu bisa saja mencicilnya, tapi akan butuh waktu puluhan tahun dan kamu tahu tentu saja bunganya akan terus bertambah.” Kata Pak Prabu santai. Tita menundukkan kepalanya dan memainkan jari – jarinya tanda dia sedang berpikir.
“ Bagaimana kalau kamu terima tawaran saya yang waktu itu. Kalaukamu terima tawaran saya, saya akan anggap lunas semua hutang orang tuamu dan tentu saja hidup kamu akan terjamin.”
Tita tidak mungkin menerima tawaran pak Prabu. Dia tentusaja tidak mau dijadikan istri ke empat walau hutangnya akan lunas. Tita berpikir bagaimana bisa dia menikah dengan orang yang usianya sama dengan ayahnya.
“ Saya akan lunasi hutang orang tua saya. Bapak bisa pegang janji saya.” Kata Tita tegas.
“ Baiklah saya beri kamu waktu 3 bulan, kalau kamu tidak bisa melunasinya kamu harus terima tawaran saya.” Pak Prabu tersenyum lebar. Dia merasa yakin kalau Tita tidak akan bisa melunasi semua hutang orang tuanya dalam waktu 3 bulan.
“ Kalau begitu saya permisi.” Tita bangun dan berjalan meninggalkan pak Prabu.
Tita keluar melewati gerbang tinggi yang dijaga oleh dua orang sekuriti. Setelah keluar Tita berbalik dan memandang rumah besar itu. Dia lalu melangkah meninggalkan rumah pak Prabu. Di jalan sesekali Tita memukul – mukul kepalanya.
“ Bodoh bodoh. Di mana aku harus mencari uang sebanyak itu dalam waktu 3 bulan. Menjual ginjalpun rasanya masih kurang. Masak aku harus menjual kedua ginjalku, bisa mati dong.”
Orang – orang memandang Tita aneh, karena berbicara sendiri di jalan. Tita tidak memperdulikan itu dan terus berjalan sampai rumahnya. Tita memandang rumah kecil itu, dia sedih teringat kedua orang tuanya.
“ Ayah, ibu. Kenapa kalian memberikanku warisan hutang yang begitu banyak. Kenapa kalian tidak membawaku pergi bersama kalian saja.” Tita menitikkan air matanya.
Orang tua Tita meninggal dalam kecelakaan beberapa tahun lalu. Ayahnya meminjam uang pada pak Prabu untuk pengobatan ibunya. Ayah Titayang hanya bekerja sebagai karyawan biasa membutuhkan uang yang banyak untuk berobat istrinya. Ayahnya memilih menjual rumah dan tinggal di kontrakan, tapi hasil dari penjualan rumah kecil mereka tentu saja tidak cukup untuk melunasi hutangnya.
Tita menangis sesenggukan. Dia merasa bersalah pada kedua orang tuanya. Tidak seharusnya dia menyalahkan mereka. Dia tahu rasa cinta ayahnya yang besar pada ibunya, yang membuat ayahnya akan melakukan apa saja
untuk kesembuhan ibunya.
Tita berdiri di halte bus. Seperti biasa, dia selalu berangkat ke tempat kerja lebih pagi. Selain agar tidak telat, dia juga tidak mau berdesak - desakan di dalam bus apalagi kalau sampai terjebak macet. Tidak butuh waktu lama, Tita sudah sampai di tempat kerja. Setelah melakukan absensi, dia segera berganti baju dengan seragam dinasnya.
Bukan seragam dinas pegawai pemerintahan yang dia kenakan. Tetapi seragam sebagai seorang OB. Ya walaupun bekerja hanya sebagai seorang OB, tetapi gaji yang dia dapatkan cukup besar. Sayangnya walau sudah bekerja dan mendapatkan gaji yang cukup besar, gajinya akan habis bahkan tidak sampai akhir bulan. Karena dia harus membagi gajinya untuk bayar kontrakan, menyicil hutang, dan untuk kebutuhan sehari - hari.
" Ta, kamu tahu gak. Katanya mau ada rolling area."
Tita yang sedang mengelap kaca, menoleh ke arah teman satu profesinya yang bernama Arum.
" Masak sih, kok aku baru tahu?" Tanya Tita pada Arum.
" Kamu mah orange terlalu cuek, ada berita penting juga gak bakalan tahu." Cibir Arum. Tita hanya mengedikkan bahunya, dan kembali melanjutkan mengelap kaca.
" Misalnya nanti aku kena rolling, aku ingin ditempatin di lantai atas." Ucap Arum penuh harap. Arum senyum - senyum sendiri sudah membayangkan bila di tempatkan di lantai atas.
" Ngarep." Tita mengusap kain untuk mengelap kaca ke wajah Arum.
" TITA!!!" Arum mengusap wajahnya dengan lengan bajunya. " Wajah glowing aku." Lanjut Arum menatap Tita dengan kesal.
Tita hanya tertawa dan menjulurkan lidahnya. Tita segera pergi menghindari amukan Arum. Dia masuk ke ruangan HRD, berniat membersihkan ruangan itu. Setelah menyelesaikan semua pekerjaan, dia segera berkumpul di ruangan OB. Saat dia masuk, di sana sudah ada teman - temannya. Dia langsung berjalan mendekati Arum, dan berdiri di sampingnya.
" Ada pengumuman apa?" Tanya Tita dengan berbisik pada Arum.
" Kamu dari mana saja sih, tuh benarkan ada rollingan." Arum menunjuk ke arah kepala OB yang sedang menempel kertas.
Begitu kertas di tempel, teman - teman Tita langsung berebutan untuk melihat. Berbagai macam ekspresi bisa Tita lihat di wajah teman - temannya setelah melihat kertas pengumuman itu. Tita maju ketika tangannya ditarik Arum. Belum sampai dia melihat, dia kaget ketika Arum tiba - tiba memeluknya erat. Tidak lupa juga terdengar teriakan bahagia Arum.
" Kita dipindah di lantai atas Ta." Ucap Arum menggoyang - goyangkan tangan Tita. " Akhirnya." Lanjut Arum tidak bisa menyembunyikan kebahagiannya.
" Senang?" Tanya Tita.
" Heem, banget. Akhirnya keinginanku terwujud. Aku lagi gak mimpikan Ta?" Arum memegang kedua pipinya.
Tak berapa lama Arum memekik ketika mendapat cubitan dari Tita.
" Tita, apa - apaan sih. Sakit tau." Arum mengusap lengannya.
" Cuma bantu kamu mastiin kalau lagi gak mimpi." Jawab Tita santai lalu melenggang pergi. Arum mengerucutkan bibirnya, tapi dia langsung mengikuti Tita keluar.
" Kamu kenapa sih, gak senang apa bisa ditempatin di lantai atas? Gak sembarang OB bisa megang area itu." Ucap Arum sambil merangkul Tita.
Tita menghela nafas dan melepaskan rangkulan Arum. " Tapi tanggung jawabnya juga besar. Kamu tahu sendiri di situ ada ruangan ceo, orang yang terkenal perfeksionis dan gak mau ada kesalahan sekecil apapun. Salah sedikit bisa - bisa..Kekk." Tita memperagakan seolah - olah memotong lehernya.
Arum memegang lehernya bergidik ngeri.
" Kamu gak usah nakut - nakutin gitu." Kata Arum dengan wajah khawatir.
" Lihat saja nanti." Tita memasang wajah serius. Dia berjalan meninggalkan Arum yang masih termangu, saat itu terbitlah senyum jahil dari wajah Tita.
*******
Di sebuah ruangan dengan desain modern, terlihat Rey sedang fokus dengan berkas - berkas di depannya. Dia begitu fokus dengan pekerjaan, sampai tidak menyadari ada yang masuk ke ruangannya. Dia baru menghentikan pekerjaannya saat ada yang menyentuh pundaknya dari belakang.
Dia melihat sepasang tangan dengan jari - jari yang lentik bergerak dari bahu lalu turun ke dadanya. Rey tahu benar siapa pemilik tangan itu. Dengan cepat dia memegang kedua tangan itu dan menariknya ke depan. Kini pemilik tangan itu sudah duduk di pangkuan Rey. Senyum Rey langsung terkembang melihat kekasihnya.
" Kenapa tidak ngasih kabar kalau datang?" Rey mencubit hidung di depannya.
" Kejutan sayang." Ucap Grace dengan nada manjanya.
" Kamu sudah makan siang?" Tanya Rey lembut.
Grace menggeleng cepat. " Aku ke sini mau ngajak kamu makan siang bareng."
" Tunggu sebentar. Aku selesain ini dulu." Grace segera turun dari pangkuan Rey dan duduk di sofa. Grace mengeluarkan ponselnya sembari menunggu Rey.
Setelah menunggu cukup lama, akhirnya Rey bisa menyelesaikan pekerjaannya. Dia segera beranjak dan mendekati Grace.
"Ayo kita makan siang." Ajak Rey pada Grace. Rey bisa melihat wajah Grace yang cemberut. Tentu kekasihnya itu kesal mesti menunggu lama.
Rey yang melihat itu hanya mengulas senyum, dia tidak khawatir kekasihnya itu akan marah. Sebab dia tahu cara meredakan amarah Grace.
" Apa sehabis makan siang kamu mau jalan - jalan ke mall?"
" Mau. Ada tas yang pengen banget aku beli. Temenin aku ya?" Senyum merekah tercetak di wajah Grace.
" Aku gak bisa Grace, nanti ada meting penting. Kamu pergi sama teman kamu. Beli apapun sesuka kamu." Rey menyerahkan kredit card ke tangan Grace.
" Oke. Jangan salahin aku kalau tagihan kartu kredit kamu membengkak." Grace tersenyum dan memasukkan kartu itu di tasnya.
" No problem." Rey meraih tangan Grace dan menggandengnya keluar ruangan.
Saat keluar kantor, Grace selalu bergelayut manja di lengan Rey. Mereka tentu saja menjadi pusat perhatian, karena terkenal sebagai pasangan serasi baik dari segi status sosial maupun dari segi penampilan.
Tita yang baru kembali dari kantin, menghampiri teman - temannya yang sedang bergerombol. Entah apa yang teman - teman Tita gosipkan kali ini.
" Kalian sedang apa?" Tanya Tita. Arum segera menarik Tita untuk duduk di sebelahnya, Tita yang tipe anak cuek dan tidak update hanya mendengarkan pembicaraan mereka.
" Aku bingung pak presdir sudah pacaran bertahun - tahun, tapi gak ada tanda - tanda mau nikah sama ceweknya juga. Kalau aku yang jadi ceweknya, sudah aku kejar buat nikah terus." Ujar salah satu teman Tita.
" Setahu aku ya, ceweknya yang belum siap nikah. Ceweknya kan seorang model, karirnya sedang menanjak tentu sudah terikat banyak kontrak jadi gak bisa nikah untuk sekarang." Jawab perempuan yang usianya bisa tergolong dewasa.
" Benar juga, tapi beruntung ceweknya. Kayanya walaupun pak presdir orangnya dingin, tapi dia tipe cowok yang bucin." Kata Arum dengan mata yang berbinar.
" Sudah gak usah gosip melulu, kalau Bu Irma tahu bisa diceramahi kalian." Ucap Tita lalu beranjak pergi. Mendengar kata - kata Tita, mereka saling pandang dan kompak membubarkan diri. Arum sendiri langsung berlari mengejar Tita.
" Ta, kayanya kamu gak tertarik dengan berita tentang presdir." Tanya Arum.
" Buat apa? Tahu tentang kehidupan pribadi presdir gak bakal bikin aku kaya." Jawab Tita santai.
" Tapikan mulai besok kita kerja di lantai ruangan presdir."
" Terus apa hubungannya? Kita di sanakan nanti kerja, gak ngurusin kehidupan presdir. Memang kamu mau dipecat gara - gara suka kepo? Aku sih ogah, hutang aku masih banyak."
" Bukan gitu.." Tita meletakkan telunjuknya di bibir Arum agar gadis itu diam.
"Ssseett, sekarang kita kerja lagi oke. Gak usah gosipin soal presdir lagi. Kita juga mesti siap - siap buat pindah ke lantai idaman kamu." Setelah mengucapkan itu, Tita bergegas untuk melanjutkan pekerjaannya.
Akhirnya hari yang ditunggu Arum datang juga. Hari ini Arum begitu semangat, bagaimana Arum tidak semangat kalau mulai hari ini akan mulai kerja di lantai atas. Sedangkan Tita malah terlihat biasa saja, karena bagi Tita mau ditempatkan di lantai mana saja tetap sama. Bagi Tita yang penting, dia tidak melayani orang yang rewel dan ribet.
" Ta, aku udah gak sabar banget." Ucap Arum dengan wajah yang terlihat senang.
" Aku penasaran deh Rum, kamu kok bisa senang banget bisa di tempatin di sini?" Tanya Arum.
" Siapa yang gak senang Ta, di sini selain kerja kita juga bisa sekalian cuci mata. Bayangin tiap hari bisa lihat wajah pak Presdir? Kerja gak dibayar juga aku mau." Arum memegang alat pel sambil senyum - senyum.
" Itu namanya bego Arum, mau - maunya kerja gak dibayar. Emang lihat wajah presdir bisa bikin kenyang, yang ada malah asam lambung." Cibir Tita.
" Ihh Tita, kamu tuh ya gak bisa lihat orang senang dikit." Arum memajukan bibirnya kesal pada Tita.
" Hehehe,,sorry - sorry. Emang seganteng apa sih pak presdir?" Tanya Tita.
" Ya ampun Tita.." Arum memukul lengan Tita. Sedangkan Tita meringis dan mengelus lengannya, karena pukulan Arum cukup kencang di lengannya.
" Masak kamu belum pernah lihat wajah presdir? Padahal kamu sudah kerja di sini hampir 1 tahun, kamu gak pernah lihat sama sekali?" Arum terkejut sampai matanya melotot.
" Akukan kerjanya di lantai HRD sama pemasaran Rum." Jawab Tita.
Arum menggeleng - gelengkan kepalanya, " Tapi kamukan punya hp Ta, bisa browsing dan lihat wajah presdir yang bertebaran di internet."
" Rum, apa kamu lupa? Aku gak pernah punya kuota internet."
" Oh ya aku lupa. Jangankan kuota, punya pulsa saja sudah keajaiban buat kamu. Aku yang sering tekor mesti telefon kamu terus. Dasar." Sindir Arum.
Tita hanya tertawa mendengar kata - kata Arum. Dia tidak marah sama sekali, karena itu benar adanya. Bagi Tita dari pada uang buat beli kuota, lebih baik uang itu dia gunakan untuk beli makanan. Lagipula dia juga tidak terlalu suka berselancar di dunia maya. Melihat kehidupan di dunia maya, kadang membuat Tita membandingkan dengan kehidupannya yang cukup miris.
" Sudah yuk ah, kerja lagi. Sebentar lagi presdir datang, kamu gak maukan kena tegur saat presdir datang ruangannya masih kotor." Ajak Tita.
" Benar juga. Tapi sayangnya kamu yang dapat jatah bersihin ruangannya presdir." Kata Arum dengan nada kecewa.
Tita tersenyum dan merangkul pundak Arum, " Sudah gak usah kecewa gitu. Kapan - kapan kita tukeran gimana?"
" Beneran? Tapi kalau ketahuan Bu Irma gimana?"
" Ya jangan sampai ketahuan dong." Jawab Tita santai. Seketika mata Arum berbinar, dia senang mendengar ide Tita. " Tapi kamu mesti traktir aku makan siang selama 1 minggu. Gimana setuju?" Lanjut Tita.
" Kok gitu sih?" Ucap Arum sewot.
" Di dunia ini tuh gak ada yang gratis. Ke toilet saja bayar, apalagi bisa lihat orang yang kata kamu ganteng. Tapi kalau kamu gak mau gak apa - apa sih. Kayanya si Desi mau." Kata Tita. Setelah berkata seperti itu Tita segera beranjak meninggalkan Arum. Tapi sebelum dia benar - benar pergi, Arum segera menjabat tangannya erat.
" Oke deal. Jadi mulai kapan kita tukeran?" Kata Arum tidak mau membuang kesempatan.
Tita tersenyum penuh kemenangan, " Satu minggu lagi gimana? Kalau kita langsung tukeran nanti ketahuan Bu Irma."
" Oke, tapi janji jangan kasih sama si Desi. Diakan juga fans berat pak presdir." Pinta Arum.
" Tenang saja, tapi ingat traktir 1 minggu." Ucap Tita lalu berlalu pergi.
" Iya - iya."
...****************...
Setelah mengetuk Tita segera membuka pintu dan masuk. Walaupun Tita tahu kalau sekarang ruangan itu kosong, tapi itu adalah salah satu aturan yang diberitahukan oleh Bu Irma. Karena menurut Bu Irma, kadang presdir lembur dan menginap di kantor dan presdir tidak suka ada yang masuk ruangannya tanpa mengetuk pintu lebih dahulu.
Saat masuk ruangan, Tita tentu takjub sebab ruangan itu tentu berbeda dengan ruangan lain yang sering dia bersihkan. Tita bisa tahu kalau pemilik ruangan itu adalah orang yang perfeksionis. Setiap sudut ruangan di tata sedemikian rupa, sehingga menimbulkan kesan elegan dan juga nyaman.
" Sepertinya aku mesti hati - hati bersihin tempat ini. Semua barang - barang di sini terlihat mahal." Batin Tita.
Tita segera membersihkan ruangan itu. Setelah menyapu, dia mengelap kaca dan juga meja. Saat mengelap meja presdir, dia melihat foto yang ada di meja. Tita mengambil foto itu dan mengamati foto itu cukup lama.
" Oh ini presdirnya ya, pantas Arum sampai klepek - klepek. Pacarnya juga cantik banget, cocok sama - sama ganteng dan cantik." Puji Tita.
Tita mengerutkan dahinya saat melihat foto presdir, " Sepertinya aku pernah melihat wajah presdir, tapi dimana ya?" Kata Tita sambil mencoba mengingat - ingat. Tapi bagaimanapun Tita berusaha, tapi dia tidak ingat dimana pernah melihat wajah itu.
Tak mau ambil pusing, Tita memilih melanjutkan pekerjaannya. Setelah selesai tugas mengelap, kini dia juga mengepel ruangan itu sampai 2 kali dengan sabun lantai khusus.
" Kenapa sih mesti di pel 2 kali segala. Kecoa juga mesti kepeleset kalau lewat saking kinclongnya. Ini sabunnya kayanya juga mahal, wangi banget lagi." Ucap Tita mencium wangi dari lantai yang sudah di pel.
" Akhirnya selesai juga." Tita melihat seisi ruangan dan puas dengan hasil kerjanya. Setelah membereskan peralatan tempurnya, dia segera keluar dari ruangan itu.
Tak berapa lama setelah Tita keluar, Rey masuk diikuti Rey di belakangnya. Begitu masuk Rey langsung melihat seluruh ruangan. Dia senang melihat ruangannya sudah bersih dan juga rapi. Rey segera duduk dan menyandarkan punggungnya di kursi.
" Apa agenda hari ini Tom?" Tanya Rey sambil memainkan pulpen ditangan.
Tom dengan sigap membuka tablet dan mengecek jadwal Rey.
" Hari ini anda ada meeting dengan PT. Agung Sentosa. Setelah itu meninjau proyek, anda juga ada janji makan siang dengan pak Alan."
Rey menghela nafas, dia menerima berkas yang diserahkan Tom dan mengeceknya.
" Kenapa belum ada minuman di meja ini." Tanya Rey tanpa mengalihkan pandangan dari berkas di depannya.
" Sebentar saya tanyakan pada bagian pantry." Ucap Tom. " Maaf Tuan, hari ini pak Asep tidak datang jadi tidak ada yang membuatkan minuman untuk anda." Lanjut Tom setelah menanyakan pada bagian pantry.
" Apa hanya pak Asep yang bisa membuatkan minuman untuk aku? Cepat suruh siapa saja untuk membuatkan minuman." Ucap Rey datar.
" Tapi Tuan Rey, biasanya anda hanya mau minuman buatan pak Asep saat di kantor." Jawab Tom.
" TOM." Rey menatap tajam pada Tom.
Tanpa menjawab lagi, Tom segera memerintahkan siapapun untuk membuatkan minuman untuk Rey. Walaupun Tom tahu, Rey pasti tidak akan meminumnya. Karena selama beberapa tahun, hanya pak Asep yang bisa membuatkan minuman sesuai dengan keinginan Rey.
Setelah beberapa saat, terdengar pintu di ketuk. Setelah mempersilahkan masuk, terlihat seorang OB masuk sambil membawa nampan berisi minuman. Begitu OB itu keluar, Rey segera meminum minuman di mejanya. Melihat Rey yang sedang minum, Tom sudah bersiap untuk menekan nomor pantry. Karena biasanya Rey akan marah - marah karena minumannya tidak sesuai keinginannya seperti buatan pak Asep. Tapi ternyata Rey meminum tanpa banyak protes, bahkan dia meminum sampai tersisa setengah.
" Tom, besok begitu datang aku ingin ada kopi ini di meja." Perintah Rey.
" Baik Tuan." Ucap Tom sambil menghela nafas lega.
Tom penasaran siapa OB yang bisa membuat kopi seperti keinginan Rey. Karena menurut Tom, bosnya ini sangat pemilih. Buktinya untuk urusan minuman saja, yang bisa membuat hanya pak Asep.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!