The Revengers

The Revengers

Eps. Prolog

Pintar""mencari bacaan. Akan banyak tindak kekerasan, kalimat-kalimat kotor yang di tulis.

.

.

Hujan deras mengguyur kota Seoul. Pagi hari sampai menjelang malam. Sepertinya langit pun ikut bersedih melihat kehancuran pemuda ini. Setelah keluar dari kamar jenazah tadi, semenjak tadi pemuda ini hanya terduduk termenung di lobi rumah sakit seorang diri memperhatikan luar gedung yang terguyur hujan dari balik kaca besar yang menjulang tinggi di depan nya.

"Sudah selesai, kalian telah merakit kebencian yang sangat indah. Akan ku bantai mereka semua. Dasar manusia sialann".Gejolak dalam batinnya. Membuat kedua tangannya mengepal kuat. Tatapan tajam memerah berair,"Akan ku ajari kalian kehancuran sebenarnya, dan akan ku tunjukkan pada kalian arti dari setumpuk kertas sampah yang telah kalian curi".Ucap batinnya. Masih bergulat dengan isi pikiran nya.

Hati kecil pemuda ini terus berteriak-teriak tanpa mengeluarkan suara lisan dari mulut nya. Hanya terdengar suara gemuruh petir di luar yang menyambar-nyambar sejak tadi. Mengiringi kesedihan malam dalam kegelapan yang di

kedinginan. Tanpa rangkulan kehangatan dari siapapun yang ada di sini.

+

+

+

+

Cerita ku di mulai dari tiga tahun setelah malam kebencian ku terbentuk sempurna.

Sabtu

18, Maret 2045

Hujan rintik-rintik sepanjang pagi sampai menjelang sore hari menguyur Kota Seoul. Membasahi seluruh kota sepanjang hari. Tapi ini bukan tentang perkenalan suasana Kota!.

Tidak jauh dari pusat Kota terdapat komplek perumahan elit mewah. Dari banyaknya rumah mewah yang berdiri di sana. Terdapat satu rumah yang paling mencolok dari yang lain.

Rumah megah bak istana modern, nuansa warna dominan abu-abu dan putih. Lampu halaman rumah yang tetap menyalah terang di bawah guyuran hujan. Kediaman rumah Narendra. Pemilik sah kediaman rumah istana megah modern ini.

Dari salah satu jendela balkon kediaman rumah. Atensi tajam dingin tengah tersorot melihat keluar gorden tebal kediaman rumah nya. Melihat betapa derasnya hujan turun sampai menjalang sore tidak kunjung reda. Membuat pemuda ini tersenyum tipis.

"Jih."Umpat pemuda lain yang tidak sengaja melihat momen senyum tipis itu,"Lu tersenyum karena hujan, sungguh aneh."

"Dan langkah."Sambung nya.

Aku berpaling tanpa merubah ekspresi wajah datar ku setelah mendengar perkataan tidak penting itu. Akhirnya aku berlalu pergi dari sana tanpa mengucapkan sepatah katapun.

"Oi, mama gue suruh turun makan malam."Katanya.

"Hmm."Aku berdehem tanpa berpaling melihat ke arah sumber suara.

Next.....

Di ruangan makan kediaman rumah Narendra. Aku, kakek ku, dan satu keluarga ini menikmati menu makan malam dalam hening. Salah satu tata kerma yang di terapkan saat sudah ada di meja makan.

Selepas makan. Tante Kalisa yang di bantu oleh beberapa pembantu mulai membereskan meja makan. Aku hendak beranjak pergi dari sana. Akan tetapi ucapan kakek menghentikan langkah ku,"Tunggu dulu Yohan."Ucap kakek Mamoto.

Aku kembali duduk dengan benar.

"Apa rencana mu setelah ini?Kamu sudah lulus sekolah dan kuliah lebih cepat dari yang lain. Kakek ingin mendengar rencana mu kedepannya."

"Melanjutkan bisnis keluarga."Balas ku singkat,"Besok aku akan pergi ke Indonesia, berkunjung ke makam. Mungkin aku akan menetap di sana 3 Sampek 2 tahun".Sambung ku .

"Ajak Ian bersama mu."

"Hmm."Beranjak dari tempat duduk,"Permisi."Pamit ku sebelum berlalu pergi meninggalkan ruang makan.

Entah kenapa sejak hari itu. Rasanya malas sekali untuk ku basa basi terlalu panjang lebar. Dengan orang lain ataupun keluarga dekat sekalipun. Hanya buang-buang energi.

"Bagaimana dengan kuliah ku, ingat kakek, ayah."Ian melihat berganti dua orang ini,"Aku bukan Yohan. Kapasitas otak ku berbeda dengan genius itu."

Manik mata yang terfokus pada lawan bicara,"Apa hubungannya dengan kuliah mu dengan ikut dengannya ke Indonesia."Kata Kenji ayah Ian.

"Kamu bisa ambil kuliah online."Timpal kakek Mamoto.

Membuang nafas kasar,"Ya Sudahlah sudah terbiasa juga aku melakukan apapun online."

++++++

Keesokan paginya. Yohan dan Ian dalam perjalanan terbang ke Indonesia menggunakan pesawat pribadi Narendra.

Next prolog....

Yohan Narendra adalah nama ku. Reynara Ian adalah sepupu jauh ku yang tinggal di kediaman rumah ku atas kemauan atau kurang lebih wasiat om ku.

Kisah ku menceritakan pembalasan dendam kesumat ku.

Misteri mereka semua yang tidak pernah tahu, jika.....

Singkat saja perkenalan tentang ku. Aku tidak suka terlalu basa basi, kelanjutannya kalian bisa baca sendiri. Mungkin kalian bisa membaca dan membayangkan bagaimana aksiku membantai satu persatu target.

Next....

Akhirnya setelah menempuh perjalanan 6 jam penerbangan. Pesawat pribadi ku telah mendarat dengan baik di bandara internasional Indonesia.

Aku dan Ian langsung di jemput oleh supir pribadi kediaman rumah ku di Indonesia. Selepas menyerahkan barang-barang nya kepada dua supir pribadi rumah. Aku dan Ian langsung tancap gas mengunakan mobil lain meninggalkan landasan penerbangan pesawat.

Pergi duluan dari bandara. Aku mengembalikan mobil dengan kecepatan sedang menyusuri jalanan kota S yang tidak terlalu ramai ini.

"Apa rencana mu?".Ian seakan-akan sudah mengetahui apa yang akan ku lakukan,"Terakhir kali rencana mu hampir membuat kita hampir mati muda."

Aku hanya terdiam fokus mengemudi mobil. Sampai akhir ku hentikan mobil ku di depan toko bunga. Aku memarkirkan mobil ku di tepi jalan, sebelum aku beranjak turun untuk membeli beberapa bunga mawar putih dan Kamelia putih.

Ian masih tetap di dalam mobil fokus pada game online. Mungkin ia terdiam dan memainkan game online untuk mendinginkan amarah membaranya karena ku abadikan. Karena emosional Ian sangat tipis.

Aku kembali ke dalam mobil, duduk dengan benar dan melanjutkan perjalannya ke tujuan sebenarnya.

Next.....

Selesai kirim doa. Aku beranjak dari tengah-tengah pusaran pemakaman keluarga ku. Aku terdiam di depan lima makam ini. Sementara Ian masih ada di sana melanjutkan doanya yang belum usai.

"Sudah waktunya membasahi iblis-iblis baji***ngan".Batin ku membara kedua tangan ku kepalkan kuat.

Tanpa ku sadari Ian sudah berdiri di depan ku,"Sudah usai, kau harus melanjutkan hidup mu."

Tatapan ku yang tetap lurus ke depan,"Belum, semua akan berakhir saat mereka berakhir."

"Lu kembali saja ke Korsel duluan. Gue masih ada urusan di sini."Kata ku berjalan meninggalkan pemakaman.

Menyusul langkahku,"Tidak, tidak, gue tetep di sini."

"Kuliah lu, gue tidak sebentar di sini?".

"Online."Balas Ian,"Emang lu mau ngapain, apa rencana lu?".

Tidak memperdulikan celotehan Ian. Aku terdiam tetap melanjutkan perjalanan.

Menarik dan mencengkeram kerah pakaian ku kuat sampai tubuh ku sedikit terangkat,"Jawab be***go!?".

Aku hanya terdiam menatap datar sepasang manik mata membara ini.

"Yohan!?".

Tetap tenang walaupun sudah leher dicengkeram,"Gue jelaskan nanti."Nada santai ku.

"Cik percuma juga cari gara-gara dengan gelagat pemalas seperti lu."Gumam Ian berlalu masuk ke dalam mobil mendahului ku.

+++++++

++++++++++++

Keesokan paginya. Di ruang tamu kediaman rumah ini. Yohan yang duduk di Sova sibuk mengenakan sepatu di kaki nya.

"Bagaimana kita sekolah?Lu sudah lulus empat tahun yang lalu, dan gue baru akan lulus. Kita sudah tua!!."

"Berisik!".Ucap ku dingin rasanya sangat lelah pagi-pagi mendengarkan celoteh Ian.

"Okay, gue akan mengikuti, asal jangan lupa dengan perjanjian kemarin."Kata Ian fokus melihat ku.

"Hmm."Aku beranjak dari tempat duduk ku. Berlalu pergi keluar rumah yang di ikuti oleh Ian.

Di luar rumah.

Aku menatap datar Ian yang duduk di bonceng motor Vario ku,"Turun."Tegas ku.

"Gue naik apa."

"Urusan lu."Aku tancap gas meninggalkan pekarangan rumah ku.

Aku akhirnya mengatakan rencana ku pada Ian yang akan berlangsung beberapa bulan ini di sini. Dan selama itu aku dan Ian akan menjadi anak sekolah SMA biasa untuk menutupi identitas kami. Agar mereka tidak ada yang mengetahui keberadaan kami yang telah berkunjung ke Indonesia.

Next....

SMA Negeri 12 Garuda. Adalah target pertama permainan ku. Dan di hari ini adalah hari pertama kalinya aku masuk sekolah. Aku dan Ian akan menjadi siswa kelas dua SMA Negeri 12 Garuda. Jurusan Bahasa.

Aku melangkah masuk ke dalam sekolah, di ikuti oleh Ian yang tiba-tiba muncul di belakang ku.

Cengengesan tidak jelas,"Heheh sampai bro."

"Naik apa lu?".

"Bugatti Divo, yang warna abu-abu di gudang."

"Gudang mata mu."Umpat ku sebelum berlanjut pergi dari sana untuk pergi ke ruang guru.

"Eh speaks Indonesia kurang baik tunggu gue."Ian berlari kecil menyusul ku.

Selesai melakukan beberapa pendaftaran kecil di ruang kepala sekolah. Kini aku dan Ian di antar ke ruang kelas yang akan kami berdua tempati.

Semua perempuan di kelas ini langsung heboh, tidak terkecuali dengan teman sebangku Nana,"Eh."Menyenggol lengan Nana sampai tubuh terdorong kasar,"Na, Na, cakep Na, lu pilih yang mana?".

Menghela nafas kasar Nana berpaling ke arah sumber keributan,"Biasa."Ucapku malas melanjutkan sleep morning.

"Perkenalan nama kalian lalu duduk di meja yang masih kosong."Kata pak Guru.

"Aku Yohan Kurniawan."

"Eh Na nama belakang cowok itu sama kayak nama bokap lu."Ucap teman sebangku Nana.

Kedua tangan yang masih tersilang menutupi wajahnya,"Gantengan juga bokap gue."Ucap Nana acuh.

"Ian Cakrawala."Kata Ian,"Cik nama apaan ini."Batin Ian kesal nama belakang bagus-bagus di ganti burik.

"Kalian bisa duduk."Kata pak Guru ini,"Tunggu."

"Rara."Panggil teman sebangku Nana,"Kau pindah ke bangku belakang duduk bersama mas Ian. Yohan kamu duduk sama Nana."

"Loh pak kenapa?".Tanya Rara menunjukan penolakan.

"Agar Nana tidak malas dan tergantung dengan mu."Beret langsung membangun Nana dari tidur. Nana langsung duduk dengan benar,"Maaf pak, aku dan Rara masih pintaran aku, kenapa bapak malah bandingkan aku dengan Rara."

"Weew."Rara yang ikut gegas,"Jangan terlalu jujur be***go."

"Rara Nana."Tegas Pak guru ini membuat semua siswa siswi yang awalnya ricuh terdiam,"Kalian boleh duduk."

"Aduh besti."Rara menunjukan ekspresi wajah merajut.

"Bye, bye."Brugk....Yohan menaruh tasnya di atas meja kosong,"Loh pak tikus ini kenapa ada di sini. Saya kan seharusnya duduk sendiri."

"Lekas duduk Yohan pelajaran akan segera di mulai."Pak guru ini mengabaikan ucapan Nana.

Nana yang sangat kesal mood rusak, sementara Rara yang melyot-melyot dekat dengan cowok tampan. Tidak hanya dekat akan tetapi sebangku. Jatuh berbanding terbalik dengan Nana, yang ganteng ataupun tidak semua sama saja di matanya.

Terpopuler

Comments

rakarayi

rakarayi

nyatanya, bukan hanya mata cowok yang jelalatan lihat cewek cantik cewek juga yaa.. 🤭 apalagi kalau Lihat oppa begini..😍

2022-11-22

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!