"Yohan Narendra."Ucap seseorang misterius yang berhasil menyekap diri ku di dalam gudang kosong.
Di lain sisi di jam yang sama. Ian yang baru saja usai dengan urusan di kantor guru. Berjalan keluar sekolah. Ia yang tidak menemukan keberadaan ku. Lantas bertanya kepada Rara dan Nana yang hendak mengambil motor milik mereka yang terparkir.
"Lihat Yohan?".Tanya Ian pada mereka.
"Tidak."Jawab Nana.
"Aku ingat."Ujar Rara tiba-tiba,"Tadi gue lihat Yohan buru-buru keluar sekolah. Mungkin saat ini dia nunggu lu di luar."
Ian lekas mengenakan helm miliknya. Mendorong keluar motor nya buru-buru."Gue duluan."Pamit Ian tancap gas meninggalkan pekarangan sekolahan terlebih dahulu.
"Na."Seru Rara.
"Hmm?".
"Lu merasa kan sesuatu tidak?".
"Apaan sih anjing tidak jelas be**go."Nana yang lekas mengenakan helm miliknya.
"Mereka berdua tuh kayak udah dewasa dari kita, lu merasa kan tidak gak sih dari sikap perilaku mereka yang kayak lebih tua dari kita."
"Maksud lu apaan anjing, yang lu maksud itu siapa?".
"Ian dan Yohan."
"Oh."Respon Nana singkat enggan iku mencampuri rasa penasaran Rara terlalu dalam,"Gue bonceng iya antar gue pulang dulu, males nebeng sama abang-abang gue."
"Okay. Asal ada uang bensin."
Next.....
Kesadaran ku sudah hampir hilang, aku melihat sekeliling ku yang mulai penuh dengan preman-preman yang siap untuk membunuh ku dengan sekali keroyok.
Tubuh juga melemah karena minuman tadi. Minuman apa? Minum beralkohol yang di paksakan untuk ku habiskan langsung tiga botol. Minuman itu tidak mengambil kesadaran ku, akan tetapi minum itu mengambil kelemahan ku tubuh. Minuman itu membuat tubuh ku sangat lemah. Padahal aku tau betul kalau ikatan tali yang melilit tubuh cukup kendor dan sangat mudah untuk di lepaskan.
Tiba-tiba jambakan kuat dari belakang menarik kasar surai rambut ku sampai pandangan ku mendongak paksa melihat si pelaku.
"Hallo Tuan muda."Pria tuan setengah paru baya.
"Mari kita sedikit bersenang-senang tuan muda. Uhhh...atau tuan muda langsung transfer kami uang. Kami akan langsung membebaskan tuan muda."
Mendorong kasar kepala ku sampai tertunduk kasar. Pria setengah paru baya mulai berjalan mengelilingi ku.
Memainkan kumisnya,"Tapi sepertinya tidak begitu. Karena tuan muda tidak mungkin akan merasa takut dengan mudah dengan kita. Kita harus memiliki sesuatu untuk memojokkan mu."
Mencengkeram kuat dagu ku,"Benar kan Tuan muda?".Gramnya menaikan nada bicara mengerikan.
"Lucuti."Suruh Pria setengah baru baya ini.
Tangan-tangan mereka mulai mengacak-acak pakai ku. Dengan sedikit tenang yang sedikit kembali. Aku berusaha melawan. Ku tendang salah satu dari mereka dengan kaki ku.
Aku berdiri dengan kursi yang masih melekat pada tubuh ku. Aku putuskan tali yang melilit tubuh ku dengan kedua lengan. Menyisakan bekas luka goresan di sana.
Namun aku yang belum sepenuhnya sadar. Hanya terdiam tanpa merasakan sakit apapun saat berhasil lepas dari lilitan itu. Atensi tajam ku langsung tertuju kepada si ketua kerusuhan ini.
Sayangnya tidak semudah itu untuk ku langsung mendekat dan menghajar si ketua. Karena belum selangkah berjalan tubuh ku tersungkur kehilangan keseimbangan.
"Sialan lemah sekali."Batin ku merajut kesal.
Aku merasakan ada tangan yang menarik kemeja belakang ku. Spontan aku langsung menarik tangan itu. Memelintir tangan itu menarik tubuh itu sebelum kaki ku menendang kepala si pemilik sampai tidak sadarkan diri.
Di sini, aku yang berhasil menindih tubuh pria ini berusaha beranjak bangkit kembali. Dengan susah payah aku berhasil berdiri, lumayan baik.
Sayup-sayup aku melihat entah ada berapa banyak lawan. Karena penglihatan ku benar-benar kabur. Aku memasang kuda-kuda untuk melayani serangan berikutnya.
"Kenapa kalian diam saja!?Tangkap dan ikat ATM kita lagi."Suruh si ketua sedikit berteriak tegas.
"Aaaa.....".Mereka menyerang ku bersamaan.
Slemp.....Tap....Tap....Brukk...Bruk....Serangan, kuncian, sliding tubuh lawan, tendang memutar, dalam, melayang. Aku lakukan dengan keadaan tubuh yang masih terpengaruh alkohol. Sadar ataupun tidak tapi gerakan ku lebih lincah seakan-akan aku tidak memiliki tulang. Lemah seperti bergerak tanpa nyawa.
Brakk......Ku banting punggung lawan ku sekuat mungkin ke ubin lantai ini. Brakk.....Aku merasakan benda keras memukul belakang kepala ku cukup kuat. Bahkan darah seger mengalir deras keluar dari sela-sela surai rambut ku, membasahi kening ku.
Di sini aku benar-benar sudah tidak bisa memaksa diri ku untuk tetap sadar. Karena berlahan-lahan pandangan ku semakin kabur bersamaan dengan tubuh goyang. Aku berlahan-lahan tersungkur ke atas ubin kotor ini, pingsan.
Indra pendengar ku yang masih dapat mendengar samar-samar aku mendengar sesuatu memangil-manggil nama ku. Namun kedua kelopak mata ku sangat berat untuk di buka.
Next....
"Yohan."Seru Ian yang atensi kedua matanya terfokus pada ku. Kedua tangan yang menggenggam tangan ku. Seketika itu aku langsung menepis kasar tangan yang menggenggam tangan ku.
Melotot mata mendapatkan perilaku kasar itu."Wuw.....masih untung gue nemuin lu tepat pada waktunya coba saja tidak."
"Gue tidak meminta lu datang."
"Dah stop pedes banget mulut lu, padahal masih sakit juga."Ucap Ian, kembali ke suasana serius,"Sebenarnya apa yang tejadi?".
Hening beberapa saat memberikan waktu untuk mengingat-ingat kejadian awal,"Gue tidak terlalu ingat."Balas ku cuek,"Waktu itu ada orang tiba-tiba membungkam mulut ku menarik paksa tubuh ku ke dalam mobil."
"CK lu pingsan hanya karena di kasih obat bius."Ian menjinjing sebelas alisnya.
"Bukan hanya obat bius, tapi ada sesuatu yang mereka tusuk ke dalam tubuh ku."
"Apa?".
"Mana gue tau."
"Tapi yasudah syukurlah lu baik-baik saja. Coba sampai tidak entah bagaimana cara gue mencari topik untuk berbohong pada ayah dan mama ku, apa lagi sama kakek lu."
"Lu bawa kemana penjahat itu?".
"CK lu masih ngurus itu."
Aku tidak merespon apapun selain dengan ekspresi wajah datar menatap Ian.
"Okay, Okay biasa aja kali lihatnya. Gue tau gue ganteng."Kata Ian yang hanya ku respon dengan ekspresi wajah datar.
Terdengar helaan nafas kasar dari Ian,"Gue pikirkan dengan matang, gue memutuskan membawa mereka ke pihak berwajib. Karena dari catatan kriminal, mereka hanyalah komplotan kriminal yang suka menculik anak-anak orang kaya untuk meminta tebusan."
Mendapatkan penjelasan itu, hanya masih tetap terdiam. Mengalihkan perhatian ku melihat langit-langit membosankan kamar rumah sakit ini.
"Gue harus keluar dari rumah sakit, cepat urus kepulangan gue."Kata Ku.
"Kenapa?".
"Kau tidak sadar. Aku sudah memblokir semua indentitas kita, tidak ada yang mengetahui identitas kita selain orang tertentu."
"Etss tenang, gue tidak sebodoh itu sampai harus mengunakan nama asli kita."Ian segera bangkit dari tempat nya duduk,"Gue tinggal dulu."
Next......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments