Eps.1

Aku memutar tubuh 180 derajat. Mendaratkan kaki ku lebih dulu tepat di pipi mulus pria ini. Brukk....Tubuh pria ini langsung tersungkur tidak berdaya.

Tidak sampai di situ aku terus menyerang yang lain dengan brutal. Tanpa ampun tidak terkecuali dengan target terakhir ku. Aku menghajar habis-habisan target ku.

"Cukup Yohan, Cukup."Ian menarik tubuhku agar menjauh dari pria yang sudah kehilangan kesadaran nya.

"Cukup!!".Ian yang berhasil menarik tubuh ku langsung memberiku bogem mentah brukk,"CK bukan ini rencananya bang***sat. Jika kau membunuh pria itu di sini bagaimana kita mendapatkan informasi."

"Tenangkan emosi mu, selesaikan dengan kepala dingin."Tutur kata Ian pada ku.

Aku usap sudut bibir yang mengeluarkan darah,"Cik."

"Biar gue yang cari informasi."Ian berlalu mendekati pria tadi. Sayangnya baru beberapa langkah dari tubuh pria tadi, tiba-tiba brugk....Bomm......Tubuh pria ini meledak hancur berkeping-keping. Merah pekat berbau amis semburat kemana-mana.

Ian yang berhasil ku selamatkan terduduk terpaku dalam rangkulan ku,"Jangan remehkan hal yang kecil, si kecil itu baru saja akan meledakkan diri mu".Kata ku beranjak dari sana.

Ian mengatur nafasnya yang tengah. Mencengkeram dada kirinya sembaring beranjak dari sana. Ian dekap mulut dan lari menjauh dari sana.

Mengobrol dari balik kegelapan,"Maaf tuan, kami gagal mendapatkan informasi."Kata seorang pria suruhan Yohan.

"Tetap awasi pergerakan mereka, segera hubungi aku walaupun informasi kecil."

"Baik tuan, permisi."Bayangan pria ini menghilang ke dalam kegelapan.

Bersamaan dengan Ian yang berjalan mendekati ku. Ian yang masih meremas jaketnya,"Aduh, I'm not fine."Ian yang merasakan mual luar biasa pada perutnya.

Aku yang tidak terlalu perduli dengan itu, berlalu pergi dari sana.

"Yohan, bagaimana dengan mereka?".

"Biar mereka yang urus."Ucapkan ku sudah berjalan jauh dari sana.

++++++

Kejadian semalam adalah kejadian yang tak akan pernah Ian lupakan dengan mudah. Karena terlalu terbayang-bayang. Pagi harinya Ian sampai tidak nafsu untuk sarapan.

"Yohan."Aku berpaling ke arah sumber suara yang memanggil nama ku. Merasa iba dengan ekspresi wajah jelek itu,"Untuk hari ini lu....".Tanpa menunggu aku menyelesaikan perkataan ku. Ian langsung meloncat naik ke atas boncengan motor ku.

Aku menghela nafas panjang, sebelum akhirnya menyalahkan mesin motor dan tancap gas meninggalkan pekarangan rumah.

"Lu serius anak-anak sekolah tidak ada yang mengenal kita?".

"Hmm."

"Gue takut mereka kenal gue, terus tau identitas asli gue. Wah gagal sudah gue embat cewek-cewek satu sekolah di sana."

"Yohan."Seru Ian, berisik sepanjang perjalanan.

Stt....Aku memarkirkan motor ku dengan baik di parkiran sekolah. Di susul melepaskan helm ini.

"Nanti tunggu gue."

"Bonceng gue."

"Gue tidak bisa naik motor gini."Yang ku balas dengan tatapan dingin.

Slapp.....Salah satu jok motor di gebrak kuat membuat Ian terkejut.

Ian langsung berpaling ke arah sumber suara,"Aduh, attitude tipis kedatangan orang gila."Gumam Ian.

"Gue duluan."Aku hendak pergi dari sana. Namun tiba-tiba tas ku tertarik membuat tubuh ku tertarik kembali ke tempat.

"Enak aja main pergi-pergi. Bayar dulu."Kata pemuda ini menyodorkan tangannya,"AYO BAYAR."

Aku hanya terdiam menatap pemilik tangan ini cukup lama. Lalu tiba-tiba kedua lengan ku di genggaman dan di tarik menjauh dari sana.

"Ada guru, ada guru."Ian yang menarik ku menjauh dari sana.

"Cari mati bos."

"Urus langsung."

Next....

Sudah jauh dari tempat keributan pagi. Ian langsung menghela nafas panjang,"Gue kasihan sama mereka."

"Nanti ikut gue."

"Kemana?".Tanya Ian yang belum mendapatkan balasan dari ku yang sudah nyelonong masuk ke dalam kelas lebih dulu.

+++++++

Menarik surai rambut nya frustasi,"Waduhh kenapa tidak ada jam kos, gue belum mengerjakan tugas matematika."Gumam merajut asa Nana.

Menyodorkan buku tulis,"Salin."

"Tidak, tidak mungkin gratis."

"Terserah lu."Kata ku cuek kembali melanjutkan tidur pagi sembaring menunggu guru berikut datang.

Berbanding terbalik kembali.

"Sudah selesai?".Tanya Ian pada Rara.

"Cuma separuh."Nada merajut.

"Coba lihat."Rara memberikan bukunya tugas matematika nya.

Baru membuka satu soal tugas. Alis kiri Ian langsung terangkat, dan kerutan di dahinya terlihat.

Melihat itu, Rara langsung menarik bukunya kembali,"CK mau bantu apa menghina."

"Bukan gitu, tapi semua jawaban kamu salah."

"Sudah ku duga."

"Salin saja jawaban ku."

"Apa jaminannya jawaban lu benar semua."

Loading sesaat,"Kalau lu dapat seratus lu traktir gue kuliner besok Sabtu, tapi kalau lu tidak dapat seratus gue akan datang ke rumah lu."

"Hmmm, Oky."Entah sadar atau tidak tapi Rara menyetujuinya.

Next......

"Bagaimana?".

Kembali duduk di bangku nya dengan benar,"Seratus."

Menyungging senyum hangat,"Gue tunggu besok di alun-alun kota."

"Gue Selok aja. Mana nomer lu."

++++++++

Sepulang sekolah. Tidak jauh dari sekolah. Aku beranjak turun dari atas motor ku.

"Maju be**go."

"Gue beneran tidak bisa naik motor gini."

"Kalau lu bisa gue belikan motor baru."

"Serius!?".

"Hmm."

Ian berganti mengambil alih menyetir motor. Setelah ku beri sedikit penjelasan. Motor ini mulai melaju berlahan di jalanan beraspal yang ramai.

Sampai di gang perumahan sepi,"Wah gue hebat juga baru belajar udah jago."

Aku tidak terlalu memperdulikan ocehan Ian. Sampai fokus ku yang sibuk pada gawai sejak tadi, harus buyar karena gerombolan bermotor yang menghalangi jalan kami.

Seru Ian,"Yohan."

Aku yang merasa motor berhenti, menyingkirkan tubuh Ian dengan memiringkan tubuhnya untuk melihat ke depan,"Hmm."Respon singkat ku kembali fokus pada gawai ku.

Mematikan ponsel sebelum ku simpan kembali. Aku hendak beranjak menyelesaikan. Akan tetapi Ian menghentikan bergerak ku.

"Gue mau pemanasan."Ian yang beranjak dari tempat duduk, berdiri di depan motor.

Aku yang terlanjur malas berdebat atau tidak memiliki niat untuk berkelahi. Memilih terdiam tetap duduk di jok motor menonton Ian.

Melonggar otot-otot lengannya terlebih dahulu. Ian mengambil ancang-ancang menyerang,"Kita selesaikan sekarang."Berlari mendekat secepat kilat.

Melompat mendahulukan kakinya untuk menjejak Slepp.....Brukk......Sangat hebat sekali gerakan lincah Ian.

Ian sangat fokus pada lawan-lawannya. Ia terlalu bersemangat berkelahi.

Aku menangkis balok kayu yang akan memukul belakang kepala Ian Telapp......Ian yang baru menyadari berpaling melihat ke belakang. Di mana aku menahan balok kayu itu dan menarik nya agar lebih mendekat lalu ku tinju dada pemuda ini dengan lutut ku brekk....."Uhkk.....".Pemuda ini langsung pingsan di tempat.

Kembali berdiri, aku kembali fokus pada Ian,"Cerobong."

"Cuma kebetulan."kata Ian.

Aku berlalu kembali naik ke atas motor. Melajukan motor mendekati Ian, aku melempar helm dan tas ransel milik Ian.

"Ayo."Ajak ku menunggu Ian mengenakan helm,"Ayo sebelum polisi datang."

"Oky, Oky."Langsung melompat duduk di bonceng jok motor.

Aku langsung tancap gas meninggalkan tempat ini sebelum aku dan Ian terlibat ke jalan yang lebih rumit lagi dengan pihak berwajib. Hanya karena terlihat keributan tidak jelas dengan para remaja brandalan

Next....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!