NovelToon NovelToon

The Revengers

Eps. Prolog

Pintar""mencari bacaan. Akan banyak tindak kekerasan, kalimat-kalimat kotor yang di tulis.

.

.

Hujan deras mengguyur kota Seoul. Pagi hari sampai menjelang malam. Sepertinya langit pun ikut bersedih melihat kehancuran pemuda ini. Setelah keluar dari kamar jenazah tadi, semenjak tadi pemuda ini hanya terduduk termenung di lobi rumah sakit seorang diri memperhatikan luar gedung yang terguyur hujan dari balik kaca besar yang menjulang tinggi di depan nya.

"Sudah selesai, kalian telah merakit kebencian yang sangat indah. Akan ku bantai mereka semua. Dasar manusia sialann".Gejolak dalam batinnya. Membuat kedua tangannya mengepal kuat. Tatapan tajam memerah berair,"Akan ku ajari kalian kehancuran sebenarnya, dan akan ku tunjukkan pada kalian arti dari setumpuk kertas sampah yang telah kalian curi".Ucap batinnya. Masih bergulat dengan isi pikiran nya.

Hati kecil pemuda ini terus berteriak-teriak tanpa mengeluarkan suara lisan dari mulut nya. Hanya terdengar suara gemuruh petir di luar yang menyambar-nyambar sejak tadi. Mengiringi kesedihan malam dalam kegelapan yang di

kedinginan. Tanpa rangkulan kehangatan dari siapapun yang ada di sini.

+

+

+

+

Cerita ku di mulai dari tiga tahun setelah malam kebencian ku terbentuk sempurna.

Sabtu

18, Maret 2045

Hujan rintik-rintik sepanjang pagi sampai menjelang sore hari menguyur Kota Seoul. Membasahi seluruh kota sepanjang hari. Tapi ini bukan tentang perkenalan suasana Kota!.

Tidak jauh dari pusat Kota terdapat komplek perumahan elit mewah. Dari banyaknya rumah mewah yang berdiri di sana. Terdapat satu rumah yang paling mencolok dari yang lain.

Rumah megah bak istana modern, nuansa warna dominan abu-abu dan putih. Lampu halaman rumah yang tetap menyalah terang di bawah guyuran hujan. Kediaman rumah Narendra. Pemilik sah kediaman rumah istana megah modern ini.

Dari salah satu jendela balkon kediaman rumah. Atensi tajam dingin tengah tersorot melihat keluar gorden tebal kediaman rumah nya. Melihat betapa derasnya hujan turun sampai menjalang sore tidak kunjung reda. Membuat pemuda ini tersenyum tipis.

"Jih."Umpat pemuda lain yang tidak sengaja melihat momen senyum tipis itu,"Lu tersenyum karena hujan, sungguh aneh."

"Dan langkah."Sambung nya.

Aku berpaling tanpa merubah ekspresi wajah datar ku setelah mendengar perkataan tidak penting itu. Akhirnya aku berlalu pergi dari sana tanpa mengucapkan sepatah katapun.

"Oi, mama gue suruh turun makan malam."Katanya.

"Hmm."Aku berdehem tanpa berpaling melihat ke arah sumber suara.

Next.....

Di ruangan makan kediaman rumah Narendra. Aku, kakek ku, dan satu keluarga ini menikmati menu makan malam dalam hening. Salah satu tata kerma yang di terapkan saat sudah ada di meja makan.

Selepas makan. Tante Kalisa yang di bantu oleh beberapa pembantu mulai membereskan meja makan. Aku hendak beranjak pergi dari sana. Akan tetapi ucapan kakek menghentikan langkah ku,"Tunggu dulu Yohan."Ucap kakek Mamoto.

Aku kembali duduk dengan benar.

"Apa rencana mu setelah ini?Kamu sudah lulus sekolah dan kuliah lebih cepat dari yang lain. Kakek ingin mendengar rencana mu kedepannya."

"Melanjutkan bisnis keluarga."Balas ku singkat,"Besok aku akan pergi ke Indonesia, berkunjung ke makam. Mungkin aku akan menetap di sana 3 Sampek 2 tahun".Sambung ku .

"Ajak Ian bersama mu."

"Hmm."Beranjak dari tempat duduk,"Permisi."Pamit ku sebelum berlalu pergi meninggalkan ruang makan.

Entah kenapa sejak hari itu. Rasanya malas sekali untuk ku basa basi terlalu panjang lebar. Dengan orang lain ataupun keluarga dekat sekalipun. Hanya buang-buang energi.

"Bagaimana dengan kuliah ku, ingat kakek, ayah."Ian melihat berganti dua orang ini,"Aku bukan Yohan. Kapasitas otak ku berbeda dengan genius itu."

Manik mata yang terfokus pada lawan bicara,"Apa hubungannya dengan kuliah mu dengan ikut dengannya ke Indonesia."Kata Kenji ayah Ian.

"Kamu bisa ambil kuliah online."Timpal kakek Mamoto.

Membuang nafas kasar,"Ya Sudahlah sudah terbiasa juga aku melakukan apapun online."

++++++

Keesokan paginya. Yohan dan Ian dalam perjalanan terbang ke Indonesia menggunakan pesawat pribadi Narendra.

Next prolog....

Yohan Narendra adalah nama ku. Reynara Ian adalah sepupu jauh ku yang tinggal di kediaman rumah ku atas kemauan atau kurang lebih wasiat om ku.

Kisah ku menceritakan pembalasan dendam kesumat ku.

Misteri mereka semua yang tidak pernah tahu, jika.....

Singkat saja perkenalan tentang ku. Aku tidak suka terlalu basa basi, kelanjutannya kalian bisa baca sendiri. Mungkin kalian bisa membaca dan membayangkan bagaimana aksiku membantai satu persatu target.

Next....

Akhirnya setelah menempuh perjalanan 6 jam penerbangan. Pesawat pribadi ku telah mendarat dengan baik di bandara internasional Indonesia.

Aku dan Ian langsung di jemput oleh supir pribadi kediaman rumah ku di Indonesia. Selepas menyerahkan barang-barang nya kepada dua supir pribadi rumah. Aku dan Ian langsung tancap gas mengunakan mobil lain meninggalkan landasan penerbangan pesawat.

Pergi duluan dari bandara. Aku mengembalikan mobil dengan kecepatan sedang menyusuri jalanan kota S yang tidak terlalu ramai ini.

"Apa rencana mu?".Ian seakan-akan sudah mengetahui apa yang akan ku lakukan,"Terakhir kali rencana mu hampir membuat kita hampir mati muda."

Aku hanya terdiam fokus mengemudi mobil. Sampai akhir ku hentikan mobil ku di depan toko bunga. Aku memarkirkan mobil ku di tepi jalan, sebelum aku beranjak turun untuk membeli beberapa bunga mawar putih dan Kamelia putih.

Ian masih tetap di dalam mobil fokus pada game online. Mungkin ia terdiam dan memainkan game online untuk mendinginkan amarah membaranya karena ku abadikan. Karena emosional Ian sangat tipis.

Aku kembali ke dalam mobil, duduk dengan benar dan melanjutkan perjalannya ke tujuan sebenarnya.

Next.....

Selesai kirim doa. Aku beranjak dari tengah-tengah pusaran pemakaman keluarga ku. Aku terdiam di depan lima makam ini. Sementara Ian masih ada di sana melanjutkan doanya yang belum usai.

"Sudah waktunya membasahi iblis-iblis baji***ngan".Batin ku membara kedua tangan ku kepalkan kuat.

Tanpa ku sadari Ian sudah berdiri di depan ku,"Sudah usai, kau harus melanjutkan hidup mu."

Tatapan ku yang tetap lurus ke depan,"Belum, semua akan berakhir saat mereka berakhir."

"Lu kembali saja ke Korsel duluan. Gue masih ada urusan di sini."Kata ku berjalan meninggalkan pemakaman.

Menyusul langkahku,"Tidak, tidak, gue tetep di sini."

"Kuliah lu, gue tidak sebentar di sini?".

"Online."Balas Ian,"Emang lu mau ngapain, apa rencana lu?".

Tidak memperdulikan celotehan Ian. Aku terdiam tetap melanjutkan perjalanan.

Menarik dan mencengkeram kerah pakaian ku kuat sampai tubuh ku sedikit terangkat,"Jawab be***go!?".

Aku hanya terdiam menatap datar sepasang manik mata membara ini.

"Yohan!?".

Tetap tenang walaupun sudah leher dicengkeram,"Gue jelaskan nanti."Nada santai ku.

"Cik percuma juga cari gara-gara dengan gelagat pemalas seperti lu."Gumam Ian berlalu masuk ke dalam mobil mendahului ku.

+++++++

++++++++++++

Keesokan paginya. Di ruang tamu kediaman rumah ini. Yohan yang duduk di Sova sibuk mengenakan sepatu di kaki nya.

"Bagaimana kita sekolah?Lu sudah lulus empat tahun yang lalu, dan gue baru akan lulus. Kita sudah tua!!."

"Berisik!".Ucap ku dingin rasanya sangat lelah pagi-pagi mendengarkan celoteh Ian.

"Okay, gue akan mengikuti, asal jangan lupa dengan perjanjian kemarin."Kata Ian fokus melihat ku.

"Hmm."Aku beranjak dari tempat duduk ku. Berlalu pergi keluar rumah yang di ikuti oleh Ian.

Di luar rumah.

Aku menatap datar Ian yang duduk di bonceng motor Vario ku,"Turun."Tegas ku.

"Gue naik apa."

"Urusan lu."Aku tancap gas meninggalkan pekarangan rumah ku.

Aku akhirnya mengatakan rencana ku pada Ian yang akan berlangsung beberapa bulan ini di sini. Dan selama itu aku dan Ian akan menjadi anak sekolah SMA biasa untuk menutupi identitas kami. Agar mereka tidak ada yang mengetahui keberadaan kami yang telah berkunjung ke Indonesia.

Next....

SMA Negeri 12 Garuda. Adalah target pertama permainan ku. Dan di hari ini adalah hari pertama kalinya aku masuk sekolah. Aku dan Ian akan menjadi siswa kelas dua SMA Negeri 12 Garuda. Jurusan Bahasa.

Aku melangkah masuk ke dalam sekolah, di ikuti oleh Ian yang tiba-tiba muncul di belakang ku.

Cengengesan tidak jelas,"Heheh sampai bro."

"Naik apa lu?".

"Bugatti Divo, yang warna abu-abu di gudang."

"Gudang mata mu."Umpat ku sebelum berlanjut pergi dari sana untuk pergi ke ruang guru.

"Eh speaks Indonesia kurang baik tunggu gue."Ian berlari kecil menyusul ku.

Selesai melakukan beberapa pendaftaran kecil di ruang kepala sekolah. Kini aku dan Ian di antar ke ruang kelas yang akan kami berdua tempati.

Semua perempuan di kelas ini langsung heboh, tidak terkecuali dengan teman sebangku Nana,"Eh."Menyenggol lengan Nana sampai tubuh terdorong kasar,"Na, Na, cakep Na, lu pilih yang mana?".

Menghela nafas kasar Nana berpaling ke arah sumber keributan,"Biasa."Ucapku malas melanjutkan sleep morning.

"Perkenalan nama kalian lalu duduk di meja yang masih kosong."Kata pak Guru.

"Aku Yohan Kurniawan."

"Eh Na nama belakang cowok itu sama kayak nama bokap lu."Ucap teman sebangku Nana.

Kedua tangan yang masih tersilang menutupi wajahnya,"Gantengan juga bokap gue."Ucap Nana acuh.

"Ian Cakrawala."Kata Ian,"Cik nama apaan ini."Batin Ian kesal nama belakang bagus-bagus di ganti burik.

"Kalian bisa duduk."Kata pak Guru ini,"Tunggu."

"Rara."Panggil teman sebangku Nana,"Kau pindah ke bangku belakang duduk bersama mas Ian. Yohan kamu duduk sama Nana."

"Loh pak kenapa?".Tanya Rara menunjukan penolakan.

"Agar Nana tidak malas dan tergantung dengan mu."Beret langsung membangun Nana dari tidur. Nana langsung duduk dengan benar,"Maaf pak, aku dan Rara masih pintaran aku, kenapa bapak malah bandingkan aku dengan Rara."

"Weew."Rara yang ikut gegas,"Jangan terlalu jujur be***go."

"Rara Nana."Tegas Pak guru ini membuat semua siswa siswi yang awalnya ricuh terdiam,"Kalian boleh duduk."

"Aduh besti."Rara menunjukan ekspresi wajah merajut.

"Bye, bye."Brugk....Yohan menaruh tasnya di atas meja kosong,"Loh pak tikus ini kenapa ada di sini. Saya kan seharusnya duduk sendiri."

"Lekas duduk Yohan pelajaran akan segera di mulai."Pak guru ini mengabaikan ucapan Nana.

Nana yang sangat kesal mood rusak, sementara Rara yang melyot-melyot dekat dengan cowok tampan. Tidak hanya dekat akan tetapi sebangku. Jatuh berbanding terbalik dengan Nana, yang ganteng ataupun tidak semua sama saja di matanya.

Eps.1

Aku memutar tubuh 180 derajat. Mendaratkan kaki ku lebih dulu tepat di pipi mulus pria ini. Brukk....Tubuh pria ini langsung tersungkur tidak berdaya.

Tidak sampai di situ aku terus menyerang yang lain dengan brutal. Tanpa ampun tidak terkecuali dengan target terakhir ku. Aku menghajar habis-habisan target ku.

"Cukup Yohan, Cukup."Ian menarik tubuhku agar menjauh dari pria yang sudah kehilangan kesadaran nya.

"Cukup!!".Ian yang berhasil menarik tubuh ku langsung memberiku bogem mentah brukk,"CK bukan ini rencananya bang***sat. Jika kau membunuh pria itu di sini bagaimana kita mendapatkan informasi."

"Tenangkan emosi mu, selesaikan dengan kepala dingin."Tutur kata Ian pada ku.

Aku usap sudut iku yang mengeluarkan darah,"Cik."

"Biar gue yang cari informasi."Ian berlalu mendekati pria tadi. Sayangnya baru beberapa langkah dari tubuh pria tadi, tiba-tiba brugk....Bomm......Tubuh pria ini meledak hancur berkeping-keping. Merah pekat berbau amis semburat kemana-mana.

Ian yang berhasil ku selamatkan terduduk terpaku dalam rangkulan ku,"Jangan remehkan hal yang kecil, si kecil itu baru saja akan meledakkan diri mu".Kata ku beranjak dari sana.

Ian mengatur nafasnya yang tengah. Mencengkeram dada kirinya sembaring beranjak dari sana. Ian dekap mulut dan lari menjauh dari sana.

Mengobrol dari balik kegelapan,"Maaf tuan, kami gagal mendapatkan informasi."Kata seorang pria suruhan Yohan.

"Tetap awasi pergerakan mereka, segera hubungi aku walaupun informasi kecil."

"Baik tuan, permisi."Bayangan pria ini menghilang ke dalam kegelapan.

Bersamaan dengan Ian yang berjalan mendekati ku. Ian yang masih meremas jaketnya,"Aduh, I'm not fine."Ian yang merasakan mual luar biasa pada perutnya.

Aku yang tidak terlalu perduli dengan itu, berlalu pergi dari sana.

"Yohan, bagaimana dengan mereka?".

"Biar mereka yang urus."Ucapkan ku sudah berjalan jauh dari sana.

++++++

Kejadian semalam adalah kejadian yang tak akan pernah Ian lupakan dengan mudah. Karena terlalu terbayang-bayang. Pagi harinya Ian sampai tidak nafsu untuk sarapan.

"Yohan."Aku berpaling ke arah sumber suara yang memanggil nama ku. Merasa iba dengan ekspresi wajah jelek itu,"Untuk hari ini lu....".Tanpa menunggu aku menyelesaikan perkataan ku. Ian langsung meloncat naik ke atas boncengan motor ku.

Aku menghela nafas panjang, sebelum akhirnya menyalahkan mesin motor dan tancap gas meninggalkan pekarangan rumah.

"Lu serius anak-anak sekolah tidak ada yang mengenal kita?".

"Hmm."

"Gue takut mereka kenal gue, terus tau identitas asli gue. Wah gagal sudah gue embat cewek-cewek satu sekolah di sana."

"Yohan."Seru Ian, berisik sepanjang perjalanan.

Stt....Aku memarkirkan motor ku dengan baik di parkiran sekolah. Di susul melepaskan helm ini.

"Nanti tunggu gue."

"Bonceng gue."

"Gue tidak bisa naik motor gini."Yang ku balas dengan tatapan dingin.

Slapp.....Salah satu jok motor di gebrak kuat membuat Ian terkejut.

Ian langsung berpaling ke arah sumber suara,"Aduh, attitude ku tipis kedatangan orang gila."Gumam Ian.

"Gue duluan."Aku hendak pergi dari sana. Namun tiba-tiba tas ku tertarik membuat tubuh ku tertarik kembali ke tempat.

"Enak aja main pergi-pergi. Bayar dulu."Kata pemuda ini menyodorkan tangannya,"Ayo bayar."

Aku hanya terdiam menatap pemilik tangan ini cukup lama. Lalu tiba-tiba kedua lengan ku di genggaman dan di tarik menjauh dari sana.

"Ada guru, ada guru."Ian yang menarik ku menjauh dari sana.

"Cari mati bos."

"Urus langsung."

Next....

Sudah jauh dari tempat keributan pagi. Ian langsung menghela nafas panjang,"Gue kasihan sama mereka."

"Nanti ikut gue."

"Kemana?".Tanya Ian yang belum mendapatkan balasan dari ku yang sudah nyelonong masuk ke dalam kelas lebih dulu.

+++++++

Menarik surai rambut nya frustasi,"Waduhh kenapa tidak jam kos, gue belum mengerjakan tugas matematika."Gumam merajut asa Nana.

Menyodorkan buku tulis,"Salin."

"Tidak, tidak mungkin gratis."

"Terserah lu."Kata ku cuek kembali melanjutkan tidur pagi sembaring menunggu guru berikut datang.

Berbanding terbalik kembali.

"Sudah selesai?".Tanya Ian pada Rara.

"Cuma separuh."Nada merajut.

"Coba lihat."Rara memberikan bukunya tugas matematika nya.

Baru membuka satu soal tugas. Alis kiri Ian langsung terangkat, dan kerutan di dahinya terlihat.

Melihat itu, Rara langsung menarik bukunya kembali,"CK mau bantu apa menghina."

"Bukan gitu, tapi semua jawaban kamu salah."

"Sudah ku duga."

"Salin saja jawaban ku."

"Apa jaminannya jawaban lu benar semua."

Loading sesaat,"Kalau lu dapat seratus lu traktir gue kuliner besok Sabtu, tapi kalau lu tidak dapat seratus gue akan datang ke rumah lu."

"Hmmm, Oky."Entah sadar atau tidak tapi Rara menyetujuinya.

Next......

"Bagaimana?".

Kembali duduk di bangku nya dengan benar,"Seratus."

Menyungging senyum hangat,"Gue tunggu besok di alun-alun kota."

"Gue Selok aja. Mana nomer lu."

++++++++

Sepulang sekolah. Tidak jauh dari sekolah. Aku beranjak turun dari atas motor ku.

"Maju be**go."

"Gue beneran tidak bisa naik motor gini."

"Kalau lu bisa gue belikan motor baru."

"Serius!?".

"Hmm."

Ian berganti mengambil alih menyetir motor. Setelah ku beri sedikit penjelasan. Motor ini mulai melaju berlahan di jalanan beraspal yang ramai.

Sampai di gang perumahan sepi,"Wah gue hebat juga baru belajar udah jago."

Aku tidak terlalu memperdulikan ocehan Ian. Sampai fokus ku yang sibuk pada gawai sejak tadi harus buyar karena gerombolan bermotor yang menghalangi jalan kami.

Seru Ian,"Yohan."

Aku yang merasa motor berhenti, menyingkirkan tubuh Ian dengan memiringkan tubuhnya untuk melihat ke depan,"Hmm."Respon singkat ku kembali fokus pada gawai ku.

Mematikan ponsel sebelum ku simpan kembali. Aku hendak beranjak menyelesaikan. Akan tetapi Ian menghentikan bergerak ku.

"Gue mau pemanasan."Ian yang beranjak dari tempat duduk, berdiri di depan motor.

Aku yang terlanjur malas berdebat atau tidak memiliki niat untuk berkelahi. Memilih terdiam tetap duduk di jok motor menonton Ian.

Melonggar otot-otot lengannya terlebih dahulu. Ian mengambil ancang-ancang menyerang,"Kita selesaikan sekarang."Berlari mendekat secepat kilat.

Melompat mendahulukan kakinya untuk menjejak Slepp.....Brukk......Sangat hebat sekali gerakan lincah Ian.

Ian sangat fokus pada lawan-lawannya. Ia terlalu bersemangat berkelahi.

Aku menangkis balok kayu yang akan memukul belakang kepala Ian Telapp......Ian yang baru menyadari berpaling melihat ke belakang. Di mana aku menahan balok kayu itu dan menarik nya agar lebih mendekat lalu ku tinju dada pemuda ini dengan lutut ku brekk....."Uhkk.....".Pemuda ini langsung pingsan di tempat.

Kembali berdiri, aku kembali fokus pada Ian,"Cerobong."

"Cuma kebetulan."kata Ian.

Aku berlalu kembali naik ke atas motor. Melajukan motor mendekati Ian, aku melempar helm dan tas ransel milik Ian.

"Ayo."Ajak ku menunggu Ian mengenakan helm,"Ayo sebelum polisi datang."

"Oky, Oky."Langsung melompat duduk di bonceng jok motor.

Aku langsung tancap gas meninggalkan tempat ini sebelum aku dan Ian terlibat ke jalan yang lebih rumit lagi dengan pihak berwajib.

Next....

Eps.2

"Akhirnya ada makanan gratis juga."Ian yang tidak sabar untuk mendapatkan makanan gratis dari seseorang yang mengundang Yohan ke rumah nya.

Sampai di salah satu kediaman rumah. Aku yang mengemudikan mobil mulai melajukan berlahan untuk ku memarkirkan mobilnya tepat di depan rumah. Sebelum beranjak turun dari dalam mobil.

Aku dan Ian berjalan ke pintu utama rumah ini. Ian menekan tombol bel lebih dulu karena tidak sabar akan mendapatkan makanan gratis.

Ceklek.....Kedua pintu kupu-kupu ini terbuka berlahan-lahan.

"Tuan Yohan?".

"Iya."Balas ku singkat.

"Mari masuk Tuan dan Nyonya sekeluarga menunggu di meja makan."Aku dan Ian di persilahkan masuk ke dalam rumah.

Di dalam rumah, Aku dan Ian di persilahkan langsung ke ruang makan.

"Selamat malam Yohan."Sapa pria tua yang duduk di kursi makan kebesaran nya.

"Malam om."

"Yohan, eh bawah siapa nak."

Ian bersemangat memperkenalkan dirinya,"Ian Tante."

"Anak Kenji."

"Om kenal ayah saya?".Ian yang langsung mengambil posisi duduk di samping Yudha.

Iya, Keluarga yang mengundang ku untuk makan malam hari ini adalah keluarga Kurniawan. Keluarga jauh dari Om ku.

Menyadari kedatangan kedua putra pertama nya,"Kenal mereka berdua?".

"Ma."Nada suara yang tidak asing untuk ku dengar. Aku langsung berpaling ke arah sumber suara.

Nana. Pria tertua yang baru datang langsung melepas jas kerja nya untuk menutup celana pendek adiknya.

Nana yang baru ingat kalau ada tamu, langsung berlari meninggalkan ruang makan dengan tetap membawa jas kerja kakaknya yang menutupi sebagian tubuhnya.

Menghela nafas,"Putri mu."Nyonya Alyah geleng-geleng.

"Iya, bukan dia mirip dengan mu."Kata Yudha.

"Mereka siapa?".Tanya pria tertua. Atau Nazil dan Fazil saudara kembarnya.

"Yohan kalian lupa?".

"Hmm."Dehem Nazil,"Mau apa kesini?".Fokus pada lawan bicara.

"Sekolah."

"Bukankah kau sudah lulus."

"Tidak hak yang melarang ku untuk kembali bersekolah."Balas Yohan di mau kalah Savage.

"Cik."Umpat pelan Nazil.

"Cukup Nazil hormati tamu ayah."

Sementara adik kembarnya hanya terdiam menikmati drama saudara kembarnya.

Sesaat kemudian acara makan malam di mulai. Semua anggota keluarga juga sudah berkumpul di ruang makan.

Malam malam berjalan dengan baik. Walaupun ada sedikit kekurangan yaitu berubah sifat Nana yang terlihat pendiam jauh berbeda dari Nana yang di sekolah. Akan aku tidak perlu, tujuan ku ke sini hanya untuk mengunjungi keluarga. Selanjutnya adalah permainan balas dendam ku.

Saat aku dan Ian hendak pergi. Nazil dan Fazil menatap ku dingin seakan-akan kedua kakak Nana sangat tidak menyukai kehadiran ku.

+++++

Keinginan akan balas dendam ku terlalu kuat. Aku yang sudah hancur sejak kecil, sulit untuk memaafkan mereka yang sudah merebut semuanya dari ku.

Iya, aku memang sudah memiliki semuanya. Warisan harta di mana-mana, perusahaan-perusahaan besar keluarga ku, rumah-rumah, dan villa mewah keluarga. Sayangnya itu semua tidak pernah membuat ku puas. Sama sekali.

Justru semakin hari rasa dendam yang aku pendam sekuat tenaga semakin hari semakin bertambah. Sepertinya memang aku harus melakukannya. Walaupun aku pernah gagal di awal.

Aku dapat memakluminya karena waktu itu usiaku masih cukup belia, dan wawasan ku masih kurang luas.

Dan menurutku. Sekarang adalah waktu yang tepat untuk ku membalas dendam. Dengan bekal ilmu-ilmu dan wawasan yang luas aku akan memulai permainan anonim ku.

+++++

++++++++++

Tiga hari selepas makan malam. Pagi-pagi sekali aku sudah bersiap di ruang tamu. Ian yang baru akan berangkat sekolah baru beranjak menuruni tangga.

Melihat pakaian berbeda yang aku kenakan,"Kita tidak sekolah?".

"Tidak."

"Lu kenapa tidak bilang ke gue."Nada suara tidak bersahabat Ian.

"Bukan urusan lu, lu sekolah saja gue ada urusan bentar."

"Urusan apa?".Ian mencengkeram pergelangan tangan ku menghentikan langkah kaki ku yang hendak pergi.

"Gue harus kekantor, jika gue mengambil kerja online terus-menerus kakek dan ayah mu akan curiga."

Menyadari ada kebenaran di dalam kalimat Yohan. Sahabat yang memegang beberapa hari ini mengambil kerja di rumah,"Benar juga."

"Lu jangan bawa motor."Ian sedikit berteriak.

"Tidak."Balas ku dari kejauhan.

Next......

Seperti kegiatan ku biasanya. Melakukan rutinitas membosankan di kantor. Melakukan kegiatan yang sangat membosankan. Seperti mengerjakan berkas-berkas, merekap, menyalin, dan TTD setumpuk bekas baik official atau online.

Belum lama kemudian. Jam yang aku tunggu-tunggu telah tiba, jam istirahat. Aku duduk sedikit mendongak ke atas menatap langit-langit ruang kerja ku yang polos. Membosankan sekali, lantas aku beranjak dari sana.

Langkah kaki ku berjalan keluar kantor. Banyak karyawan yang menyapa ku. Akan tetapi tidak ada satupun niatan untuk ku membalas sarapan ramah dari mereka. Seperti aku terlalu dingin, dan aku nyaman dengan sikap ku yang ini. Karena dengan begini aku jauh lebih baik.

Next......

Sampai di restoran terdekat. Aku yang tengah menunggu makanan pesanan ku tiba-tiba di hampir oleh dua orang pria.

Cukup asing namun aku mengenal mereka berdua. Mereka berdua adalah kakak Nana. Nazil dan Fazil.

"Siang."Sapa ku.

Sudah duduk di kursi kosong depan Yohan,"Jauhi adik ku. Kau duduk sebangku dengannya di sekolah. Jauhi dia jangan pernah dekati dia."Kata Nazil.

"Aku tidak mau adik ku terlibat dalam rumit nya kehidupan mu."Kata Fazil,"Jauh lebih baik adik ku dekat dengan rakyat jelata yang jelas status nya dari pada sultan yang tidak jelas status nya."

Aku sangat tersinggung, akan tetapi sebisa mungkin aku tetap berlaku tenang. Karena aku tau betul emosi ku tidak akan menyelesaikan masalah ku.

"Melihat seseorang bukan dari cover depan nya memang bagus. Aku sangat setuju dengan ucapan mas Fazil."Kata ku,"Akan tetapi ada juga buah mangga yang terlihat busuk di luar dan berbelatung di dalam."Sambung ku.

"Sampul novel yang rusak diluar, hancur dalamnya koyak."

Melihat ekspresi geram kedua pria ini tidak menggerakkan hati ku untuk merasa takut,"Gilang. Kalian berdua tidak asing dengan nama itu?".Tanya ku.

"Pemuda yang kalian siksa karena kesalahan faham kalian. Dan karena kesalahan kalian adik kalian hampir pergi meninggalkan kalian."Kata ku menceritakan sedikit informasi masalah yang telah kudapatkan,"Apa kalian mau mengulangi kesalahan yang sama, menghancurkan adik kalian untuk yang kedua kalinya."

"Perlu kalian ketahui kalau Gading masih hidup dan dia cacat seumur hidup. Bagaimana reaksi adik kalian jika mengetahui itu. CK mungkin Nana akan sangat membenci kalian."

Slemp.....Nazil beranjak dari tempat duduknya cepat. Ia bergerak cepat mencengkeram kerah pakaian Yohan sampai tubuhnya sedikit terangkat.

Aku tersenyum tipis melihat tindakan Nazil,"Tidak perlu repot-repot mengotori tangan mu. Aku tidak akan mengatakan apapun pada Nana."

"Asal kalian tidak menghalangi kebebasan nya bertema dengan siapapun. Maksud ku?Melindungi boleh namun sewajarnya saja."

Mencoba melepaskan cengkraman tangan Nazil,"Cukup mas kita pergi, jangan buat keributan di sini."Fazil yang mengetahui betul kalau meja ini sedang menjadi pusat perhatian.

Nazil melepaskan kasar kerah pakaian Yohan. Sebelum akhirnya ia berlalu pergi dari sana tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Begitu juga Fazil yang bergegas menyusul saudara kembarnya.

Selepas kepergian mereka berdua, aku mengalihkan perhatian ku dengan merapikan kerah pakaian ku yang sedikit berantakan.

++++++

"Yohan."Panggil Ian pada ku.

"Hmm?".Aku yang baru saja pulang dan baru akan naik ke lantai atas rumah.

"Makan malam dulu. Bibi udah siapkan."

"Duluan saja, gue mau mandi."Aku melanjutkan langkah ku naik ke lantai atas rumah.

Next.....

Ceklek.....Pintu kamar ku yang terbuka berlahan dari luar. Aku yang fokus di meja belajar berpaling ke arah sumber suara.

Ian masuk dengan membawa nampan makanan,"CK menyusahkan anak orang."Menaruh nampan itu di atas meja.

Selepas mandi tadi aku tidak kembali turun. Aku justru menyibukkan diri ku dengan pekerjaan ku yang menumpuk.

"Siapa suruh bawa makanan?".

"Lebih baik susah di awal dari pada lu sakit makin nyusahin gue."

"Gue sakit juga bukan lu ngerawat."

"Iya, lu nyusahin mama gue."

"Dahlan cepat di makan gue harus lanjutkan tugas kuliah."Ian berlalu pergi meninggalkan kamar ku.

Aku hanya melihat sekilas nampan makanan itu tanpa ada niatan beranjak dari sana untuk segera memakannya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!