"Permisi Tuan."Salah seorang perawat wanita memasuki ruangan rawat inap ku.
"Waktunya pemberian obat."Slemp....Aku genggaman kuat pergelangan tangan yang menggenggam jarum suntik ini.
Telapp.....Aku menepis kasar tangan itu sampai tubuh perawat wanita ini membentur gorden kamar ini.
Melihat itu aku bergegas beranjak turun dari ranjang pesakitan. Sayangnya baru ku turunkan satu kaki, keseimbangan tubuh ku sudah goyang saja. Mungkin aku akan tersungkur jika saja tangan ku tidak sigap mencari pegangan untuk memompa tubuh ku.
Perawat wanita ini bergegas bangkit dari tempat nya jatuh dan lari keluar kamar. Aku yang tidak bisa mengejar mengumpat,"CK sialan."
Ceklek.....Pintu kamar ku di buka paksa dari luar. Tap...Tap...Ian berjalan cepat mendekati ku.
"Ada apa?".
"Mereka sudah mulai bergerak."Ucap ku,"Kau sudah mengurus nya."
"Sudah. Tapi sebenarnya kau belum boleh pulang karena....". Memotong ucapan Ian,"....Sudahlah cepat berkemas."Ucap ku berjalan belahan sedikit menyeret kaki ku yang cidra.
Next.....
Aku dudukkan pantat ku di Sova ruang tamu rumah ku. Menghela nafas panjang untuk melepas rasa penat.
"Lebih baik di undur saja semuanya."Ucap Ian yang membuat atensi ku langsung terbuka lebar.
Tanpa berpaling melihat sumber suara,"Tidak perlu repot-repot mengkhawatirkan diri ku. Aku saja tidak perduli dengan diri ku lantas kenapa kau report-report perduli."
"Lebih baik kau pergi, jadwal kuliah online mu hari akan segera di mulai."Cuek ku tidak terlalu memperdulikan situasi.
Ian berlalu dari sana tanpa mengatakan sepatah kata pun. Sepertinya ia sangat kecewa dengan cara bicara ku yang terdengar kasar. Akan tetapi aku tidak perduli.
++++++
+++++++++
Keesokan harinya. Aku yang hendak keluar kamar di kagetkan dengan kehadiran Ian yang sudah berdiri tepat di depan pintu kamar ku.
"Lu serius mau sekolah hari ini?".
Berjalan dengan satu bantuan tongkat,"Hmm."Dehem ku berjalan keluar kamar menepis badan Ian yang menghalangi jalan ku.
"Tapi kaki lu tidak boleh terlalu."
"Kalau gue libur mereka akan curiga dengan kita. Itu terlihat tidak penting, tapi akan menjadi penting. Gue juga harus mencari pembahasan untuk masalah kemarin."
"Tunggu, Tunggu, gue juga sekolah, tunggu bentar gue mau ganti baju."Ian berlalu dari sana pergi ke kamar nya .
Setelah susah payah menuruni tangga yang merepotkan ini. Aku yang sudah ada di lantai bawah pun duduk di Sova ruang tamu sembaring menunggu Ian selesai bersiap.
Aku di hampir oleh supir pribadi rumah,"Permisi Tuan."
"Mobilnya sudah siap."
"Tunggu Ian dulu."
"Baik Tuan, permisi."Supir ini berlalu pergi dari sana meninggalkan ruang tamu.
++++++++
"Di garasi banyak mobil bagus dan lu pilih mobil ini."Ian yang tidak habis pikir dengan cara berpikir ku yang memilih mobil buntut untuk mengantarku ke sekolah dari pada mobil mewah.
"Cepat naik."Ucap ku cuek berlalu naik ke dalam mobil. Yang akhirnya di susul oleh Ian.
Honda Civic SB3 adalah mobil lama yang hari ini mengantarkan aku dan Ian berangkat ke sekolah.
+++++++++
++++++
Menjalani hari-hari sebagai murid sekolah biasa adalah rutinitas baru ku dan Ian. Cukup membosankan bukan mengulangi hari-hari yang sangat membosankan.
"Yohan."Panggil seseorang yang sangat limited edition untuk menyebut nama ku dengan baik.
Aku berpaling ke arah sumber suara,"Hmm."
"PR matematika lu sudah selesai?".Tanya Nana.
"Nyontek?".Cuek yang langsung tode poin.
"Iya."
"Ambil sendiri di tas."Ucap ku cuek kembali menyilang kedua tangan untuk menyambung tidur siang.
Tapp...Tapp....Tapp......,"Yohan. Di sini yang mana yang namanya Yohan!!??".Teriak siswa lain mencari keberadaan Yohan.
Menyenggol bahu ku,"Hy bangun ada yang nyariin lu."Ucap Nana membangunkan ku.
Waktunya tidur pagi justru harus terganggu oleh kebisingan itu membuat mood ku benar-benar hancur. Aku berpaling ke arah sumber suara dengan ekspresi dingin nan datar.
"Itu ada...",mengatur nafasnya yang tersengal-sengal sehabis lari,"....teman lu berkelahi di kantin."Ucap siswa laki-laki terputus-putus sehabis berlari terlalu kencang untuk mencari ku ke kelas yang ada di lantai terlalu atas.
Aku yang mengetahui siapa yang di maksud, setelah aku tidak mendapati keberadaan Ian tidak ada di dalam kelas ini. Tangan ku mengambil tongkat yang ku tidurkan di samping bangku. Aku beranjak berlahan dengan di bantuan tongkat yang menyangga keseimbangan tubuh ku.
"Dengan kaki lu".
"Cepat antar aku ke sana."Ucap ku cuek berjalan cepat menurutkan yang terlihat lambat di mata mereka.
Next....
Aku menghela nafas kasar saat kaki ku baru menginjak lantai kantin,"Cik."Umpat ku pelan.
Ian berkelahi dengan salah satu orang yang tempo hari mengeroyok kita. Di kantin membuat beberapa kerusakan dan kekacauan di kantin.
Melihat dari kejauhan musuh yang sudah babak belur. Dengan bantuan tongkat ini aku berusaha melangkah lebih mendekat. Brakk....Aku pukulkan tongkat ku pada ubun-ubun kepala Ian.
Namun Ian tidak menyadari,"Siapa yang benari melakukannya?".Nada suara tinggi marah Ian.
Dengan suasana hati masih marah Ian berpaling ke arah ku cepat. Tidak lupa dengan tangan yang mengepal kuat hendak memukul ku.
Pelakk.....Aku tepis kuat tangan itu,"Merepotkan anjing."Ucap ku dingin.
"Ada apa ini?".Suara guru pengajar.
"Loh itu kenapa?Siapa yang melakukannya cepat bilang?".Tegas guru pengajar ini.
"Saya pak."Ucap Ian berjalan melewati ku.
"Masih jadi murid baru sudah berani buat rusuh, ikut saya ke BK."
Salah seorang guru yang melihat murid yang Ian hajar tadi sudah babak belur dan Ian yang tidak terlalu parah,"Bawa dia ke rumah sakit, pakek mobil pak....".Suruh Guru pengajar ini .
Sementara Ian di bawa ke rumah sakit. Aku bergegas berlalu pergi dari sana. Membiarkan Ian ikut bersama guru pengajar tadi.
"Yohan tunggu, tunggu."Rara yang tersengal-sengal karena mengejar ku.
"Maaf soal tadi, kejadian tadi bukan sepenuhnya kesalahan....". Memotong ucapan Rara,"....Iya, lekas masuk kelas jam pelajaran sebentar lagi dimulai."
"Ian!?".
"Itu urusan nya."
Mengerutkan kening memperlihatkan ekspresi ingin marah,"Lu kan temannya, lu kenapa tenang-tenang saja di saat teman lu terkena masalah."
"Masalah itu Ian lakukan atas dasar kemauannya bukan karena perintah ku. Lalu kenapa aku harus perduli."Ucap ku savage sebelum berlalu pergi dari sana.
Next.....
"Permisi."
"Tunggu Ian, ibu mau ngomong sama kamu."Kata guru wanita ini menghentikan kegiatan belajarnya,"Kalian kerjakan halaman 25-28 di kumpulkan besok."
"Iyaaa."
"Lahh."
"Di tambah."
"Tidak, tidak Bu cukup, kami sudah kenyang."Ucap salah seorang siswa laki-laki.
"Sini Ian."Menyuruh Ian untuk mendekat ke meja nya.
"Awal mulanya tadi kenapa?".
Sementara Ian bercerita di depan berlahan-lahan dengan Bu guru pengajar. Aku yang duduk di bangku ku sibuk mengerjakan tugas tadi.
Sesaat kemudian. Ian yang sudah di perbolehkan duduk berjalan melewati bangku ku. Sadar akan maksudnya aku memberikan buku tugas ku yang sudah berisikan jawaban tugas-tugas tadi.
++++++
Hujan deras di malam hari turun. Mendatangkan suasana dingin menemani malam panjang ini. Aku dan Ian masih terjaga di ruang tamu. Mengobrol dan menyusun beberapa rencana juga beberapa kesimpulan.
"Lu serius dengan kaki lu yang masih cidra melakukan ini?".Ian yang terlihat meragukan keadaan ku saat ini.
Seperti biasa raut wajah datar,"Fokus saja dengan peran mu, gue tidak bisa bergerak di dua tempat untuk menolong mu."
"Iya."Ian nada berirama malas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments