SAFAZAR (Mengejar Cinta Pak Jaksa)
Makan, tidur, ngemil, nonton Drakor, mantengin toko-toko online, julid di kolom komentar, ngecengin cowok-cowok kece di instagram, sungguh itulah surga sesungguhnya bagi kaum rebahan seperti Safa.
Safana Halim namanya. Putri bungsu juga satu-satunya Bapak Surya Halim dan Ibu Sofiana Halim. Tuan dan Nyonya Halim yang sangat berjasa dalam pembuatan gadis manis serta imut penggemar Park Seo Joon.
Pecinta Drakor namun bukan penggemar KPop yang suka mengoleksi skincare dan juga baju-baju lucu bermodel Korean Style. Tidak suka make up tapi sangat suka merawat kulit. Baginya, wajah adalah nomor satu dari penampilan seseorang. Mau sebagus apapun baju yang dipakai, kalau mukanya burik, iyuhh … bikin minder lihat poster Song Hye Kyo.
Meskipun dia tidak secantik Song Hye Kyo, ya setidaknya jidat glowing adalah jaminannya. Safa itu penggemar cowok ganteng. Siapa pun orangnya kalau mukanya ganteng dia pasti merasa jatuh cinta. Maklumlah, jomlo abadi sepertinya paling lemah disuguhi durja tampan kaum adam.
Satpam Bank saja dia kedipin. Tukang nasgor depan komplek juga dia kecengin. Tapi kalau cowoknya pemalas dan pengangguran, sorry to say, mereka gak masuk itungan. Safa suka uang tapi gak suka cari uang, xixixi.
Disaat teman-teman seusianya sibuk kuliah dan kerja, Safa hanya mentok jadi anak rumahan. Bukan tidak mau atau tidak mampu kuliah, masalahnya dia hanya malas. Takut item kena panas, katanya. Padahal mau seterik apapun cuacanya, kulit Safa itu jatuhnya memerah alih-alih menghitam.
Bapak dan ibu Halim pun sudah menyerah dengan pilihan putrinya. Mereka tidak bisa memaksa Safa melakukan sesuatu yang tidak disukainya. Toh, keluarga Halim masih mampu menghidupi Safa sampai ke cicit-cicitnya.
Berbeda dengan Si Sulung Dava, mereka menuntut putranya untuk berpendidikan tinggi karena Dava satu-satunya harapan sebagai penerus usaha keluarga.
Seperti sekarang. Kalau Dava sedang sibuk-sibuknya di kantor pada jam segini, Safa asik tiduran di atas kasur dengan laptop menyala menampilkan adegan kissing Drama Korea. Jangan salah, Safa sudah mandi, kok. Dia bukan tipe pemalas yang jorok dan bau. Malah Safa tidak betah kalau sampai jam sembilan tubuhnya masih kering alias belum terkena air a.k.a belum mandi.
Nyonya Halim pernah bilang, Safa harus tetap tampil cantik meski di rumah sekalipun. Karena kita tidak tahu siapa yang akan kita temui hari ini di depan pintu. Bisa jadi Lee Minho lagi cari jodoh, atau Cha Eun Woo lagi seleksi calon pacar.
Safa juga sudah skincare’an. Merawat wajah itu wajib agar dijauhkan dari dosa-dosa jahanam bernama jerawat. Kalau wajahnya kusam, nanti Safa tidak pede lagi untuk sekedar membayangkan ciuman dengan Kim Soo Hyun si pemilik bibir seksi versi Safa.
“Omo … Safa juga mau dong diemut basah kayak gitu bibirnya,” ujar Safa sambil memegang kedua pipinya yang memanas, wajahnya terlihat mupeng dengan bibir mengerucut.
Jangan mengira Safa ini polos. Dia bahkan sudah pernah menonton yang lebih dari ciuman. Christian Grey misalnya, atau Michele Morone itu loh, yang filmnya sempat viral itu, yang judulnya itu pokoknya. Tapi Safa gak suka pemeran ceweknya yang tepos. Mending Safa yang biarpun gak tinggi tapi berisi dan sekal. Bukan kulit sama tulang doang.
Bukan body shaming, loh ya. Itu hanya segelintir pikiran Safa. Kalau body shaming itu Safa menghujat terang-terangan atau julid di kolom komentar. Safa kan berkomentar di dalam kepala, jadi gak kena UU ITE.
Saat sedang asik melihat tubrukan bibirnya Nam Do San, Safa terkesiap mendengar teriakan Ibu Negara alias Nyonya Halim.
“Safa …!”
Buru-buru ia tutup laptopnya karena takut ketahuan. Bisa berabe kalau Nyonya Halim tahu apa yang ia tonton. Bagaimanapun Safa harus menjaga imej polosnya. Karena yang Nyonya Halim tahu Safa suka nonton Drakor tanpa tahu ada adegan ‘membahayakan’ di dalamnya, membahayakan bagi jomlo maksudnya, hehe.
Meskipun adegan kise-kise sudah lumrah di jaman sekarang, tetap saja kalau dilihat orang tua, mereka merasa tabu dengan hal itu. Apalagi tipe ibu-ibu kolot seperti Nyonya Halim ini. Yang kerjaannya nontonin film azab di TV Ikan Terbang. Beuuh ... darurat level akut pokoknya. Ceramahnya gak akan kelar sampai tengah malam.
Safa bergegas turun dari ranjang dan membuka pintu kamarnya. Tubuhnya hampir terjengkang saat melihat penampakan yang langsung menyapa matanya kala ia membuka pintu. Siapa yang pernah bilang harus tetap cantik meski di rumah? Nyonya Halim berdiri berkacak pinggang dengan daster membalut tubuhnya.
Namun, bukan itu yang membuat Safa kaget. Wajahnya yang dilumuri masker putih berhasil membuat Safa mengira ada hantu di siang bolong. Apalagi dengan mata besar Nyonya Halim yang melotot seperti itu, tambah mencekam lah rumah besar Halim yang sepi di siang hari begini.
“Omo …” lirih Safa mengelus dada.
“Uma omo, uma omo, dipanggil dari tadi kemana aja, hah?” tanya Nyonya Halim galak.
Bibir Safa mengerucut. Dia benar-benar tidak dengar panggilan Bu Halim, tuh. Apa karena terlalu asik berkhayal mesra sampai suara sekeras toa itu memantul di telinganya?
“Kapan Bunda manggil? Safa gak dengar, tuh.”
Raut Nyonya Halim semakin mencekam, membuat Safa ciut seketika. Dan jangan lupakan masker putih yang retak-retak itu pertanda ada getaran di wajahnya.
“Makanya kalo nonton jangan keasyikan. Turun, ada Mang Udin di bawah.”
Safa semakin merengut. Selalu saja dia yang disuruh beli sayur. Padahal dia gak suka sayur. Kenapa Bundanya itu selalu rajin beli sayur. Karena Safa adalah anak yang baik dan tidak sombong, dan gak mau menambah dosa dengan membantah orang tua, mau tidak mau Safa menuruti titah sang bunda.
Padahal ada Bik Inem yang bisa Nyonya Halim mintai tolong. Tapi, ujung-ujungnya selalu Safa yang menjadi sasaran. Katanya tidak baik menyuruh orang yang lebih tua. Lah, dia sendiri suka menyuruh-nyuruh Tuan Halim.
Safa sudah berdiri di ambang pintu dan siap keluar menyongsong Mang Udin yang setia menunggu di pinggir jalan. Namun, dia berbalik menatap Nyonya Halim yang kebetulan melihatnya saat hendak menuju dapur.
Nyonya Halim mengernyit “Ada apa? Uangnya udah kamu pegang ‘kan?”
Safa menatap lurus, “Bun,” panggilnya datar.
Nyonya Halim semakin bingung melihat putrinya yang tak kunjung keluar. Padahal dia takut Mang Udin keburu pergi karena terlalu lama menunggu Safa yang ngaret.
“Berapa kali Safa bilang, Bunda tuh nyeremin pake masker putih. Mirip Mbak Kun.”
Sebelum teriakan nyaring itu terdengar, Safa buru-buru menutup pintu dan lari ke arah gerbang.
“SAFAA ...!!!”
Safa terkikik hingga membuat Mang Udin menatap heran. “Bu Halim teh kenapa teriak-teriak gitu atuh, Neng Safa?”
“Biasa Mang, lagi cosplay,” ujar Safa sambil tertawa kecil.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 217 Episodes
Comments
babyanzely
aku mampir stelah baca di sebelah😁🥰sambil nunggu pak kades update
2024-11-13
0
Ira Suryadi
Baca Ulang yg ke 4x,,Hoyong ber'Nostagia lgi sareng Neng'Safa akh,,,🤗🤭💚
2024-09-03
0
Fely Fely
hadir di sini lg thor,krn si tika lg sbk cari paroro yg di umpetin pak kades🤣🤣
2024-05-05
0