Di sinilah Safa sekarang. Berdiri mematung di depan gerbang rumah orang. Safa bingung, dia sudah memencet bel berkali-kali tapi gak ada sahutan.
Ini serius ada tetangga baru? Bundanya gak lagi ngeprank ‘kan?
Baru hendak berbalik, Safa mendengar suara gembok yang dibuka. Ternyata seorang wanita paruh baya. Safa tersenyum. Akhirnya dia gak jadi dimarahin Bunda karena membawa makanannya kembali.
“Pagi, Bu ... Eh, siang hehe.”
Safa menolehkan kepalanya ke samping. Bagaimana cara menyapa orang di pagi menjelang siang ini?
“Siang, Neng. Cari siapa?” tanya si ibu dengan raut heran. Atau dia mengernyit karena silau oleh jidat Safa yang glowing?
Nyonya Halim harus berterimakasih setelah ini. Tetangga barunya akan memuji karena telah melahirkan seorang putri secantik Cleopatra.
“Ini ada sedikit makanan dari Bunda, Bu ... Katanya buat salam perkenalan sebagai tetangga baru. Hehe ...”
“Owalah ... Buat Den Edzar, ya?”
“Eh?”
Edzar?
“Edzar siapa, Bu?”
“Yang punya rumah ini ‘kan Den Edzar, Bibi cuma asisten di sini. Makasih makanannya, ya, Neng ...”
“Oh ... gitu, ya? Sama-sama, Bu ...” Safa menggaruk lehernya bingung.
“Ya udah, Bu. Safa pulang dulu. Salam buat yang punya rumah, ya, Bu. Permisi ...”
Si ibu tersenyum dan mengangguk sopan sebagai tanggapan.
Safa baru ingat. Semalam Nyonya Halim bilang tetangga barunya seorang pria. Dan lebih ganteng dari Oppa-oppa haluannya. Masa, sih? Memangnya seganteng apa sampai bundanya mau repot-repot membagi makanan? Safa jadi penasaran.
***
Sore menjelang magrib, Safa sudah tampak segar dengan rambut setengah basahnya. Tangannya menyulur-nyulur rambut dengan hair dryer yang berdengung.
Pikirannya berkelana pada laptopnya yang sedang diservis. Awas saja kalau koleksi film-filmnya hilang. Safa akan memarahi tukang servisnya.
“Lebay banget sih kamu, Dek. Tinggal streaming aja apa susahnya? Kan ada WiFi di rumah. Gitu aja kok repot.” Dava mendumel saat Safa mengatakan keluhannya.
Ya mau gimana, Safa terlanjur mencintai koleksinya. Gitu-gitu juga pakai kuota ‘kan? WiFi juga berbayar. Dasar abangnya itu.
Tak lama Safa mematikan hair dryer-nya hingga dengungan itu berhenti. Namun, ada dengungan lain yang terdengar samar. Apa abangnya sudah pulang? Atau mungkin ayahnya?
Iseng-iseng Safa menghampiri jendela untuk melongok. Mengintip mobil siapa yang ia dengar tadi. Ternyata bukan keduanya. Melainkan sebuah Fortuner yang parkir di rumah sebelah. Apa itu tetangga baru yang Nyonya Halim maksud?
Safa tidak bisa melihatnya dengan jelas. Dia hanya bisa melihat rambutnya dari lantai dua kamarnya. Yang Safa tahu orang itu berperawakan tegap. Meskipun sekilas, tapi Safa sudah bisa merasakan aura-aura kegantengan di sini.
Eits, tapi jangan senang dulu. Bisa saja yang ganteng cuma belakangnya. Siapa yang tahu ternyata mukanya jerawatan ‘kan? Atau giginya tongos. Hiih ... mending Safa ngecengin Mang Udin kalau gitu ceritanya.
Eh, tapi daripada Mang Udin, mending tukang nasgor depan komplek yang masih muda. Eh, tapi jangan, deh. Kasihan, nanti si Aa jatuh miskin. Safa bukan gadis sederhana yang suka berhemat.
Pluk!
Safa menepuk keningnya pelan. Kenapa dia jadi mikirin Mang Udin sama tukang nasgor, sih. Gak ada yang lebih elit, gitu?
“Safa ...!”
Aduh ... Ini juga. Ibu negara kenapa manggil-manggil terus? Mana gak ada lembut-lembutnya lagi. Heran, Safa jadi merasa punya ibu tiri.
“Iya, Bunda ...!” balas Safa berteriak juga.
Siapa yang kemarin bilang gak boleh teriak-teriak? Nyatanya Nyonya Halim yang selalu berteriak dan memancing Safa untuk berteriak juga.
“Sholat! Jangan ngelamun terus kamu. Udah adzan, tuh!”
Safa melotot ngeri. Dari mana Bunda tahu dia sedang melamun? Hiih ... Kok, ngeri.
***
“Ayah mana, Bunda?” Safa mendekat dan melesakkan bokongnya di samping Nyonya Halim yang sedang menonton di ruang tengah.
Dia berdecak melihat layar televisi menampilkan adegan sinetron yang sedang digandrungi ibu-ibu se-nusantara. Siapa lagi kalau bukan Mas Al dan Mbak Andin.
Gak ada tontonan yang lebih berfaedah, gitu? Safa ‘kan juga pengen nonton. Kalau bukan karena laptopnya yang rusak, Safa mana mau ikutan duduk di sini.
Streaming di ponsel berasa nanggung. iPad-nya masih di tangan Dava dan entah kapan mau dikembalikan. Padahal abangnya punya tablet sendiri. Tapi katanya lagi dipinjam pacar. Nyebelin. Giliran Safa pinjam laptop gak boleh.
“Bun ... Pindah chanel, dong. Yang luar negeri, kek. Jangan itu terus. Bosen tau,” keluh Safa dengan bibir mengerucut.
“Diam, kamu. Belajarlah mencintai produk lokal. Jangan maunya nonton bule sama orang-orang sipit mulu.”
Ish. Gimana mau cinta, alur ceritanya ngebosenin semua. Mana episodenya panjang sampai beratus-ratus. Safa mana betah nonton itu-itu mulu.
Ting tong!
Suara bel berbunyi. Safa mengernyit. Siapa yang bertamu malam-malam begini?
“Buka, gih,” titah Nyonya Halim.
Safa melirik tak terima. Sayang sekali sang bunda sedang fokus dengan tontonannya.
Dengan perasaan dongkol, Safa beranjak meninggalkan Nyonya Halim. Dia membuka pintu, lalu berjalan ke arah gerbang.
Safa hanya membuka sedikit dan melongokan kepalanya. Terlihatlah seorang pria dengan jaket hijau bertuliskan Gojek.
“Delivery-nya, Mbak.”
Safa tak langsung menjawab. Dia menoleh ke arah pintu dan berteriak. “Bunda ... Ini pesenan siapa?”
Bukan Nyonya Halim yang keluar, melainkan Dava yang berjalan santai melewatinya. Menerima bingkisan dari Bang Gojek. Setelah itu berlalu tanpa kata meninggalkannya yang masih mematung.
Safa berlari menyusul abangnya. “Bang, itu apa?” tanya Safa penasaran.
“Seblak,” jawab Dava singkat, tanpa menoleh.
Mata Safa langsung berbinar “Mau dong, Bang.”
Dava menoleh, menatapnya datar “Beli sendiri. Abang cuman beli satu,” ucapnya tanpa perasaan. Setelah itu berlalu meninggalkan Safa yang mencebik.
“Abang ...!” teriak Safa dengan suara menggelegar.
***
Hari Minggu pagi, Safa sudah rapi dengan busana casual-nya. Dia dan sang bunda akan pergi ke supermarket untuk berbelanja bulanan. Nyonya Halim sudah menunggu di depan rumah bersama Pak Iwan yang akan mengantar.
“Lama banget sih kamu. Dandannya udah kayak mau ke kondangan aja.”
Safa mencebik “Apasih, Bunda. Supermarketnya aja buka 24 jam, kok. Ngapain mesti buru-buru,” ucapnya yang ditanggapi pelototan.
Heran, punya anak sukanya nantangin mulu.
Safa lalu bertanya pada Pak Iwan “Ibunya Pak Iwan udah sembuh? Kok, Bapak udah kerja lagi?”
Pak Iwan yang mendengar pun tersenyum “Alhamdulillah, Non. Sudah lebih baik. Sudah diperbolehkan pulang juga sama dokternya. Jadi Bapak sudah bisa kerja lagi.”
“Oh, gitu. Alhamdulillah ... Semoga ke depannya sehat-sehat terus, ya, Pak. Gara-gara gak ada Pak Iwan, kemaren Safa panas-panasan naik ojek.”
Nyonya Halim mencubit pinggang Safa karena ucapan polosnya. Dia memberi senyum tak enak melihat wajah menyesal Pak Iwan, sopir mereka.
Anak itu niat berempati gak, sih?
“Aamiin ... Insya Allah, Non. Ke depannya Bapak usahain gak bolong-bolong lagi kerjanya, ya.”
Nyonya Halim buru-buru menyanggah. “Gak papa, Pak Iwan. Kami mengerti, kok. Kalau ada apa-apa bilang saja. Nanti saya dan Tuan bisa kasih perpanjang cuti buat Bapak.”
Pak Iwan tersenyum. Dalam hati pria itu sangat terharu dan bersyukur karena memiliki majikan yang begitu baik.
Sementara itu, Safa merengut mengelus pinggangnya yang terasa panas kena cubit. Memangnya apa yang salah dengan ucapannya? Dia hanya berkata jujur.
Di saat Pak Iwan serta Nyonya Halim sudah mulai memasuki mobil, telinga Safa menangkap suara-suara dari rumah sebelah. Sejenak ia terpaku. Sedikit rasa penasaran muncul tanpa diminta. Terlebih Safa mendengar suara berat seorang pria yang begitu serak dan seksi.
Siapakah gerangan tetangga barunya itu?
"Heh! Malah ngelamun. Masuk! Buang-buang waktu aja."
Safa berdecak. Ia melirik malas kepala bundanya yang menyembul dari jendela mobil. Lantas ia pun mendekat dengan langkah setengah menghentak.
Kalau begini terus, Safa akan kutuk bundanya jadi Putri Keraton.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 217 Episodes
Comments
my name
dikutuk jadi putri kraton 😂😂😂😂😂
awas kuwalat kamu sama berani ngutuk bunda 😂😂
2023-08-18
0
Bzaa
wkwkwk dikutuk jdi putri keraton.. bisaan bener 😉
2023-07-16
0
Styaningsih Danik
qt satu tim kalo gitu safa...beribu2 episod yg unfaedah😂kasian nyonya halim diprank mulu
2023-07-09
0