Suara Di Kepala Sang Rival
Kehidupan dan kematian ialah sesuatu yang datang tanpa kabar, sebuah bunga bisa tumbuh dengan tiba tiba dari sisipan aspal dan sebuah api kehidupan yang baru menyala bisa dengan mudahnya hangus.
Dan seperti itulah api kehidupannya hangus karena sebuah kulit pisang yang dibuang oleh seseorang dengan lalai.
Hari itu dimulai dengan hari yang biasa ia jalani, bangun tidur, mandi, berpakaian dan pergi keluar untuk membeli sarapan dan berbelanja keseharian.
'Apakah ini bagaimana aku akan mati?' pikir orang ini, kematian seperti ini tidak pernah terbayang dalam pikirannya, rasanya di kehidupannya dia tidak minta banyak hal, dia hanya ingin kehidupan yang bisa dia jalani dengan tenang dan kematian yang tidak mengganggu orang sekitarnya.
Tentunya harapan ini tak akan terkabulkan karena setelah dia memutuskan untuk melangkah maju takdirnya telah terkunci, satu langkah itu membuatnya terlempar keluar pinggiran jalan dan tepat kedalam jalan raya yang ramai.
Dia rasakan dirinya melayang perlahan di udara, matanya menangkap truk fuso yang melaju ke arahnya. Mobil truk fuso yang melaju dengan kecepatan seratus kilometer per jam yang dalam beberapa saat akan bertemu dengan wajahnya.
Mungkin inilah yang disebut tatapan kematian karena selaju cepatnya truk fuso itu melaju semuanya terasa lambat baginya, akan akan dia melakukan matrix parodi, cuma saja yang bisa bergerak hanya pikirannya, tubuhnya menolak untuk bergerak.
disini dia, menunggu kematian yang konyolnya dengan berpikir tentang film yang sudah berumur lebih dari dua puluh tahun.
Dia merasa kasihan kepada orang yang akan membersihkan tubuhnya dari jalan raya ini, dalam pikirannya dia minta maaf kepada petugas pembersih lingkungan dan para polantas yang akan membersihkan isi perutnya.
Bagaimanapun kamu memutarnya ini jauh dari yang namanya kematian bersih yang dia inginkan, dahulu dia pikir kematiannya akan terjadi saat dia menutup mata dimalam hari setelah bekerja, dituntun perlahan oleh kelelahan untuk masuk kedalam tidur abadi, bukan kematian yang menghebohkan dan kacau ini seperti ini.
Tapi jika dilihat dengan sisi positifnya orang akan mengingat cara dia mati, seberapa bodohnya metode kematian itu itu masih sebuah kematian yang dapat di ingat karena tidak banyak orang yang mati karena menginjak kulit pisang dan mental tersungkur ke depan truk fuso mengebut. Dia pasti akan masuk liputan pagi besok harinya, mau tidak mau.
Hal ini menyebabkan hal hal masuk ke dalam pikirannya, akan bagaimana dia tidak pernah mencapai sesuatu yang membuatnya tegak, bagaimana hanya menjalankan kehidupannya dengan mengikuti arus, selalu menyerah ketika dia berpikir untuk mencoba berenang melawannya.
Mungkin dia harus bersyukur, memang dia sial tetapi banyak orang yang memilih takdir lebih buruk darinya, paling tidak dia lahir di keluarga yang berkecukupan dan mati sebagai orang yang bekerja berkecukupan, ada banyak orang yang tidak berikan kesempatan itu, dari anak yang mati kedinginan di jalan, atau orang yang hidup tanpa dapat menggerakkan tubuhnya seakan akan mati. Mungkin ia harus bersyukur karena hal ini bisa jauh lebih buruk... Tetapi dia tidak bisa menolak bahwa didalam hatinya terdapat sebuah keinginan, keinginan yang terlintas di kepala banyak orang.
'Mungkin jika ada kehidupan berikutnya aku akan mencoba menjadi seseorang yang pantas diingat.' Pikirnya, matanya masih menatap hidung truk fuso yang tepat berada di depannya.
...
Semuanya gelap.
ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ
"Huh"
Pandanganya tiba tiba berubah, hilang jalanan yang ramai, matahari yang terang, udara yang panas dan grill fuso yang rata dan tebal. Di sekitarnya terdapat ruang redup yang terbuat dari kayu yang menunjukkan umurnya, di sekelilingnya banyak perabotan yang terasa familiar tetapi juga asing. Perabotan perabotan tersebut terdiri dari 2 kasur yang bertumpuk dan lemari yang berisi pakaian anak anak.
Dia mencoba menggerakkan badannya tetapi tidak bisa, tubuhnya bergerak sendiri, seakan akan dia menonton sebuah film dari sudut pandang pertama, tidak bisa melakukan apa apa dia memutuskan untuk diam dan mengawasi keadaannya.
Dia sedikit terkejut akan ketenangannya akan keadaan ini, dia baru saja mati dan bangun di tempat tidak ia kenali, didalam tubuh yang tidak bisa dia kendali, orang biasa akan panik dan tidak bisa berpikir dengan waras dalam keadaan ini.
Dia mengikuti gerakan "tubuhnya", yang mulai berjalan menghadap sebuah lemari, "tubuhnya" mengambil baju putih simpel yang mirip dengan sebuah daster, gayanya mengingatkannya agar film film barat yang berada di zaman pertengahan, dilihatnya baju ini berukuran kecil, seperti untuk anak dibawah sepuluh tahun.
"dia" memakai baju itu dan bergerak keluar, di sekelilingnya ialah dinding kayu yang menyelimuti lorong panjang ini, sambil berjalan dia melewati beberapa anak anak yang memakai baju yang yang sama, mereka melakukan berbagai macam tugas mulai membersihkan lantai atau mengelap dinding.
Dari yang dia lihat tempat ini mungkin adalah sebuah asrama anak atau mungkin juga panti asuhan. Tempat seperti ini mengingatkannya akan panti asuhan ilegal yang sering dia dengan, dia berharap tempat ini adalah tempat yang sah dan tidak mencurigakan karena bayangan bahwa dia akan melihat kekerasan anak membuatnya merinding.
Untungnya ketakutannya langsung dihilangkan setelah dia menemui seorang pria dewasa yang sepertinya adalah seorang pengurus fasilitas ini dan hal ini juga membuatnya sadar akan keadaannya, ini bukanlah tubuhnya, tubuh ini bergerak sendiri, berbicara sendiri dan sepertinya memiliki niat dan pikiran sendiri, itu juga juga menjelaskan kenapa dia begitu tenang terhadap keadaannya.
Emosi dan rasa pikir terpengaruh oleh tubuhmu, rasa panik dan rasa takut membantumu menghindari bahaya yang akan menimpah tubuhmu, seperti orang yang mengembangkan rasa takut terhadap api setelah terkena sambaran api, atau orang yang merasa gugup ketika melihat kebawah dari tempat tinggi, jika dia tidak terhubung secara langsung maka itu masuk akal bahwa dia tidak merasakan beberapa emosi yang dia harus rasakan.
Dia mendengar pembicaraan pemilik tubuh ini dengan pengurus fasilitas ini, dia berbicara akan tugas yang akan dilakukan pemilik tubuh ini dan dalam pembicaraan mereka dia menemukan nama pemilik tubuh ini; Verite, dia sepertinya seorang anak gadis yang dipercaya oleh pengurusnya. Verite adalah nama yang terasa pernah dia dengar tetapi dia ingat dimana dia mendengarnya.
Jika saja dia bisa melihat wajah Verite, Sayangnya tempat ini tidak ada cermin dan biarpun ada dia hanya bisa melihat yang Verite lihat.
Dan tidak mengejutkan dugaan sebelumnya benar, tempat ini adalah sebuah panti asuhan, bapak yang bernama Jardi ini adalah salah satu pengurus tempat ini, dia memberi tugas tugas ringan untuk anak anak ini untuk memudahkan mereka melakukan pekerjaan setelah mereka keluar dari tempat ini.
"Kamu bisa kan Verite?" Bilang bapak Jardi.
"Iya pak." Jawab Verite, dia tidak bisa melihat ekspresinya tetapi di mendengar nada sungkan dari Verite.
"Baiklah ini yang harus kamu antar." Bapak Jardi menunjukkan beberapa bungkusan yang berada di belakangnya. "Aku sudah menyuruh Helian untuk menemanimu tetapi entah kemana anak itu..."
"Biar aku saja pak yang mengantar, aku bisa kok." Verite bilang, sepertinya dia tidak mau pergi bersama dengan si 'Helian' ini.
"Jangan begitu Verite, ini penting untuk pengalaman kalian." Bilang Pak Jardi. "Bawa dia kemari dan selesaikan pekerjaan ini." Suruh pak Jardi, nadanya agak Tegas.
"Baik pak." Jawab Verite, suaranya masih menunjukkan keengganan.
Verite pergi untuk menemui si 'Helian' ini, dia keluar dari gedung ini dan menuju tempat yang bisa dibilang sebagai sebuah Halaman belakang, ditempat ini dia bisa melihat seorang bocah yang duduk di bawah sebuah pohon.
Verite mendekati bocah ini, Karena Verite mendekat dengan bocah ini dia bisa melihat wajah bocah ini dengan lebih jelas. Bocah bernama Helian ini memiliki rambut pirang dan mata biru yang mencolok, wajahnya menatap Verite dengan dingin(?) dan dia memakai pakaian yang sama dengan anak anak fasilitas ini.
"Helian! Bapak Jardi mencari mu." Bilang Verite. "Dia punya tugas untuk kita."
Helian menatap Verite dan memalingkan matanya. "Kamu pergi saja duluan, aku akan menyusul." Bilangnya, masih tidak melihat Verite.
Jawabannya sepertinya membuat Verite tidak senang karena dia bisa mendengar Verite menarik nafasnya.
"Ahhh, Kamu selalu begini! Kamu pikir aku mau kesini? setiap kali kita punya tugas bersama kamu selalu tidak mau datang. Emangnya apa salahku? Kamu biasa saja sama orang lain." Ngomel Verite, menunjukan kekesalannya.
Sepertinya hal ini sering terjadi pada Verite dan Helian, Helian menghindari Verite setiap kali mereka bertugas bersama, Mungkin karena rasa benci? Atau...
Helian mengelak pandangan Verite dengan menengok kesamping. "...Maaf." Dia mengeluarkan bisikan kecil. "Itu bukan maksudku..."
"Jadi apa maksudmu?" Verite tanya, nadanya sedikit naik, sepertinya kesabarannya semakin terkuras dengan jawaban plin plan itu.
Ah... Dia mengerti sekarang, Melihat reaksi Verite dan Helian, Verite yang marah karena Helian menjauhinya dan Helian yang tidak mau menunjukkan wajahnya ke Verite, ini bau bau sebuah crush masa kecil.
'Helian sepertinya suka sama Verite tetapi dia malu dan akhirnya untuk menemuinya, imut.'
"Eh, Helian suka sama aku?" Verite bicara seakan akan dia dapat mendengar ucapan ku.
'Eh kamu bisa mendengar ku?'
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
Heavenly Demon
semangat updatenya thorrr....
2022-12-03
3