Kehidupan dan kematian ialah sesuatu yang datang tanpa kabar, sebuah bunga bisa tumbuh dengan tiba tiba dari sisipan aspal dan sebuah api kehidupan yang baru menyala bisa dengan mudahnya hangus.
Dan seperti itulah api kehidupannya hangus karena sebuah kulit pisang yang dibuang oleh seseorang dengan lalai.
Hari itu dimulai dengan hari yang biasa ia jalani, bangun tidur, mandi, berpakaian dan pergi keluar untuk membeli sarapan dan berbelanja keseharian.
'Apakah ini bagaimana aku akan mati?' pikir orang ini, kematian seperti ini tidak pernah terbayang dalam pikirannya, rasanya di kehidupannya dia tidak minta banyak hal, dia hanya ingin kehidupan yang bisa dia jalani dengan tenang dan kematian yang tidak mengganggu orang sekitarnya.
Tentunya harapan ini tak akan terkabulkan karena setelah dia memutuskan untuk melangkah maju takdirnya telah terkunci, satu langkah itu membuatnya terlempar keluar pinggiran jalan dan tepat kedalam jalan raya yang ramai.
Dia rasakan dirinya melayang perlahan di udara, matanya menangkap truk fuso yang melaju ke arahnya. Mobil truk fuso yang melaju dengan kecepatan seratus kilometer per jam yang dalam beberapa saat akan bertemu dengan wajahnya.
Mungkin inilah yang disebut tatapan kematian karena selaju cepatnya truk fuso itu melaju semuanya terasa lambat baginya, akan akan dia melakukan matrix parodi, cuma saja yang bisa bergerak hanya pikirannya, tubuhnya menolak untuk bergerak.
disini dia, menunggu kematian yang konyolnya dengan berpikir tentang film yang sudah berumur lebih dari dua puluh tahun.
Dia merasa kasihan kepada orang yang akan membersihkan tubuhnya dari jalan raya ini, dalam pikirannya dia minta maaf kepada petugas pembersih lingkungan dan para polantas yang akan membersihkan isi perutnya.
Bagaimanapun kamu memutarnya ini jauh dari yang namanya kematian bersih yang dia inginkan, dahulu dia pikir kematiannya akan terjadi saat dia menutup mata dimalam hari setelah bekerja, dituntun perlahan oleh kelelahan untuk masuk kedalam tidur abadi, bukan kematian yang menghebohkan dan kacau ini seperti ini.
Tapi jika dilihat dengan sisi positifnya orang akan mengingat cara dia mati, seberapa bodohnya metode kematian itu itu masih sebuah kematian yang dapat di ingat karena tidak banyak orang yang mati karena menginjak kulit pisang dan mental tersungkur ke depan truk fuso mengebut. Dia pasti akan masuk liputan pagi besok harinya, mau tidak mau.
Hal ini menyebabkan hal hal masuk ke dalam pikirannya, akan bagaimana dia tidak pernah mencapai sesuatu yang membuatnya tegak, bagaimana hanya menjalankan kehidupannya dengan mengikuti arus, selalu menyerah ketika dia berpikir untuk mencoba berenang melawannya.
Mungkin dia harus bersyukur, memang dia sial tetapi banyak orang yang memilih takdir lebih buruk darinya, paling tidak dia lahir di keluarga yang berkecukupan dan mati sebagai orang yang bekerja berkecukupan, ada banyak orang yang tidak berikan kesempatan itu, dari anak yang mati kedinginan di jalan, atau orang yang hidup tanpa dapat menggerakkan tubuhnya seakan akan mati. Mungkin ia harus bersyukur karena hal ini bisa jauh lebih buruk... Tetapi dia tidak bisa menolak bahwa didalam hatinya terdapat sebuah keinginan, keinginan yang terlintas di kepala banyak orang.
'Mungkin jika ada kehidupan berikutnya aku akan mencoba menjadi seseorang yang pantas diingat.' Pikirnya, matanya masih menatap hidung truk fuso yang tepat berada di depannya.
...
Semuanya gelap.
ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ
"Huh"
Pandanganya tiba tiba berubah, hilang jalanan yang ramai, matahari yang terang, udara yang panas dan grill fuso yang rata dan tebal. Di sekitarnya terdapat ruang redup yang terbuat dari kayu yang menunjukkan umurnya, di sekelilingnya banyak perabotan yang terasa familiar tetapi juga asing. Perabotan perabotan tersebut terdiri dari 2 kasur yang bertumpuk dan lemari yang berisi pakaian anak anak.
Dia mencoba menggerakkan badannya tetapi tidak bisa, tubuhnya bergerak sendiri, seakan akan dia menonton sebuah film dari sudut pandang pertama, tidak bisa melakukan apa apa dia memutuskan untuk diam dan mengawasi keadaannya.
Dia sedikit terkejut akan ketenangannya akan keadaan ini, dia baru saja mati dan bangun di tempat tidak ia kenali, didalam tubuh yang tidak bisa dia kendali, orang biasa akan panik dan tidak bisa berpikir dengan waras dalam keadaan ini.
Dia mengikuti gerakan "tubuhnya", yang mulai berjalan menghadap sebuah lemari, "tubuhnya" mengambil baju putih simpel yang mirip dengan sebuah daster, gayanya mengingatkannya agar film film barat yang berada di zaman pertengahan, dilihatnya baju ini berukuran kecil, seperti untuk anak dibawah sepuluh tahun.
"dia" memakai baju itu dan bergerak keluar, di sekelilingnya ialah dinding kayu yang menyelimuti lorong panjang ini, sambil berjalan dia melewati beberapa anak anak yang memakai baju yang yang sama, mereka melakukan berbagai macam tugas mulai membersihkan lantai atau mengelap dinding.
Dari yang dia lihat tempat ini mungkin adalah sebuah asrama anak atau mungkin juga panti asuhan. Tempat seperti ini mengingatkannya akan panti asuhan ilegal yang sering dia dengan, dia berharap tempat ini adalah tempat yang sah dan tidak mencurigakan karena bayangan bahwa dia akan melihat kekerasan anak membuatnya merinding.
Untungnya ketakutannya langsung dihilangkan setelah dia menemui seorang pria dewasa yang sepertinya adalah seorang pengurus fasilitas ini dan hal ini juga membuatnya sadar akan keadaannya, ini bukanlah tubuhnya, tubuh ini bergerak sendiri, berbicara sendiri dan sepertinya memiliki niat dan pikiran sendiri, itu juga juga menjelaskan kenapa dia begitu tenang terhadap keadaannya.
Emosi dan rasa pikir terpengaruh oleh tubuhmu, rasa panik dan rasa takut membantumu menghindari bahaya yang akan menimpah tubuhmu, seperti orang yang mengembangkan rasa takut terhadap api setelah terkena sambaran api, atau orang yang merasa gugup ketika melihat kebawah dari tempat tinggi, jika dia tidak terhubung secara langsung maka itu masuk akal bahwa dia tidak merasakan beberapa emosi yang dia harus rasakan.
Dia mendengar pembicaraan pemilik tubuh ini dengan pengurus fasilitas ini, dia berbicara akan tugas yang akan dilakukan pemilik tubuh ini dan dalam pembicaraan mereka dia menemukan nama pemilik tubuh ini; Verite, dia sepertinya seorang anak gadis yang dipercaya oleh pengurusnya. Verite adalah nama yang terasa pernah dia dengar tetapi dia ingat dimana dia mendengarnya.
Jika saja dia bisa melihat wajah Verite, Sayangnya tempat ini tidak ada cermin dan biarpun ada dia hanya bisa melihat yang Verite lihat.
Dan tidak mengejutkan dugaan sebelumnya benar, tempat ini adalah sebuah panti asuhan, bapak yang bernama Jardi ini adalah salah satu pengurus tempat ini, dia memberi tugas tugas ringan untuk anak anak ini untuk memudahkan mereka melakukan pekerjaan setelah mereka keluar dari tempat ini.
"Kamu bisa kan Verite?" Bilang bapak Jardi.
"Iya pak." Jawab Verite, dia tidak bisa melihat ekspresinya tetapi di mendengar nada sungkan dari Verite.
"Baiklah ini yang harus kamu antar." Bapak Jardi menunjukkan beberapa bungkusan yang berada di belakangnya. "Aku sudah menyuruh Helian untuk menemanimu tetapi entah kemana anak itu..."
"Biar aku saja pak yang mengantar, aku bisa kok." Verite bilang, sepertinya dia tidak mau pergi bersama dengan si 'Helian' ini.
"Jangan begitu Verite, ini penting untuk pengalaman kalian." Bilang Pak Jardi. "Bawa dia kemari dan selesaikan pekerjaan ini." Suruh pak Jardi, nadanya agak Tegas.
"Baik pak." Jawab Verite, suaranya masih menunjukkan keengganan.
Verite pergi untuk menemui si 'Helian' ini, dia keluar dari gedung ini dan menuju tempat yang bisa dibilang sebagai sebuah Halaman belakang, ditempat ini dia bisa melihat seorang bocah yang duduk di bawah sebuah pohon.
Verite mendekati bocah ini, Karena Verite mendekat dengan bocah ini dia bisa melihat wajah bocah ini dengan lebih jelas. Bocah bernama Helian ini memiliki rambut pirang dan mata biru yang mencolok, wajahnya menatap Verite dengan dingin(?) dan dia memakai pakaian yang sama dengan anak anak fasilitas ini.
"Helian! Bapak Jardi mencari mu." Bilang Verite. "Dia punya tugas untuk kita."
Helian menatap Verite dan memalingkan matanya. "Kamu pergi saja duluan, aku akan menyusul." Bilangnya, masih tidak melihat Verite.
Jawabannya sepertinya membuat Verite tidak senang karena dia bisa mendengar Verite menarik nafasnya.
"Ahhh, Kamu selalu begini! Kamu pikir aku mau kesini? setiap kali kita punya tugas bersama kamu selalu tidak mau datang. Emangnya apa salahku? Kamu biasa saja sama orang lain." Ngomel Verite, menunjukan kekesalannya.
Sepertinya hal ini sering terjadi pada Verite dan Helian, Helian menghindari Verite setiap kali mereka bertugas bersama, Mungkin karena rasa benci? Atau...
Helian mengelak pandangan Verite dengan menengok kesamping. "...Maaf." Dia mengeluarkan bisikan kecil. "Itu bukan maksudku..."
"Jadi apa maksudmu?" Verite tanya, nadanya sedikit naik, sepertinya kesabarannya semakin terkuras dengan jawaban plin plan itu.
Ah... Dia mengerti sekarang, Melihat reaksi Verite dan Helian, Verite yang marah karena Helian menjauhinya dan Helian yang tidak mau menunjukkan wajahnya ke Verite, ini bau bau sebuah crush masa kecil.
'Helian sepertinya suka sama Verite tetapi dia malu dan akhirnya untuk menemuinya, imut.'
"Eh, Helian suka sama aku?" Verite bicara seakan akan dia dapat mendengar ucapan ku.
'Eh kamu bisa mendengar ku?'
'Kamu bisa mendengarku?'
Tanya suara aneh itu, Verite akhirnya mengetahui sebab suara suara yang dia dengar dari sejak pagi tadi setelah Verite bangun tidur dan memakai bajunya. Dia mendengar suara yang terdengar seperti gumaman-gumaman kecil yang berkata seperti 'Ah begitu ya' 'Oh aku benar tentang tempat ini' itu terjadi cukup banyak dan cukup besar Verite hampir meragukan kewarasannya ketika dia tidak bisa menemukan unsur suara tersebut.
"Iya. Aku bisa mendengar mu." Jawab Verite, suara menghela napasnya, menunjukkan rasa leganya.
'Syukurlah, aku mau bicara lebih banyak denganmu tapi jika kita lanjut berbicara seperti ini temanmu akan pikir kamu tidak waras.'
Suara itu bilang, Menyebabkan perhatian Verite Kembali ke Helian yang Verite lupa akan keberadaannya setelah mendengar omongan suara ini, Helian menatap Verite seakan akan dia kerasukan roh jahat.
"Kamu bicara dengan siapa?" Tanya Helian, tatapannya agak menyakitkan, dia terdengar benar benar khawatir dengan kewarasan Verite.
"Ah... Itu cuma khayalanku saja, maaf." Verite bilang, jika dia bilang ada suara di kepalanya tidak diragukan lagi dia akan dianggap gila dia akan dianggap gila.
"Jadi perasaan kamu bilang aku suka sama kamu?" Tanya Helian, bernada penasaran Verite merasa dia berbicara lebih dari sebelumnya.
"Lupakan saja itu, atau kamu benar benar suka sama aku?" Bilang Verite.
"..." Helian menjadi diam.
"Ayo kita pergi, Kamu bilang Pak Jardi ada tugas untuk kita kan?" Helian bilang, dia langsung bangun dan berangkat.
'Hehehehe' Verite mendengar suara menggelikan di kepalanya, Verite mau bilang jawab tapi tak ada kata yang keluar darinya.
Verite dan Helian mulai melakukan pekerjaan yang diberikan Pak Jardi, yaitu mengangkut berbagai barang ke rumah orang orang tertentu di kota.
Helian dan Verite berpisah ditengah jalan karena alamat antaran mereka berbeda, Verite sudah terbiasa melakukan hal ini jadi dia tidak memiliki rasa khawatir karena dia sudah kenal dengan pelanggan pelanggan fasilitas mereka, setelah mereka berpisah suara di kepala Verite mulai berbicara lagi.
'Jadi ini kota tempat kamu tinggal, agak berbeda dari yang aku bayangkan.'
"Berbeda?" Verite bisik, berhati hati dalam menjawab omongan suara itu biar dia tidak didengar bicara sendiri.
'Iya, aku kira tempat ini akan lebih kotor dan lebih kecil seperti banyak fantasi abad pertengahan yang sering aku baca. Tempat ini lebih dari layak ditinggali dan orang orang disini terlihat puas dengan kehidupan mereka.' Dia bilang saat Verite berjalan melewati distrik pasar yang dipenuhi aktivitas dan kebisingan.
"Fantasi abad pertengahan?" Tanya verite, dia tertarik bila suara di kepalanya juga membaca novel "Aku tidak tahu fantasi abad pertengahan itu apa tetapi Kota Azalea memang lebih makmur dari kota lainnya, berkat pemimpin Kota ini Duke Bloome yang hebat dan kompeten dalam menangani soal pemerintahan, bahkan anak tak punya orang tua sepertiku pun bisa punya masa depan karenanya." Jelas Verite, pikirannya mengarah ke banyak cerita menyedihkan yang dia dengar, tentang kota kota lain yang hancur dari kelaparan dan kemiskinan karena mereka dipimpin oleh bangsawan yang tidak peduli dengan penduduk dibawah mereka, mereka sangat menderitanya hingga mereka terpaksa memakan kulit pohon hanya untuk mengganjal rasa lapar mereka dan pada akhirnya mereka mati menjadi makanan monster, Verite tidak bisa membayangkan hal itu terjadi padanya, dia rasa dia cukup diberkahi.
'Ah begitu ya... Sepertinya kota ini memiliki penguasa yang kompeten.' Bilang suara itu, sepertinya terkesan. 'Oh iya Verite? namamu Verite kan? Bagaimana kalau kamu mencoba menjawab ku dengan pikiranmu daripada dengan suaramu, mungkin aku bisa mendengar mu. Dan kamu tidak perlu khawatir didengar orang.'
"Baiklah..." Bisik Verite, Verite mulai membentuk kata kata di dalam pikirannya. 'Bagaimana? Bisa didengar?' tanya Verite.
'Iya, aku bisa mendengar mu, syukurlah, dengan ini kita bisa berbicara dengan lebih mudah.' Bilang suara itu.
'Iya aku juga merasa lebih baik, aku tidak mau dikira orang gila karena orang melihat ku berbicara.' Verite merasa lega juga, ini membuat pembicaraan mereka lebih mudah.
'Siapa bilang kamu tidak gila? Kamu punya suara di kepalamu'
'...'
'Maaf, maaf Aku hanya bercanda.'
'... Jadi sebenarnya siapa kamu? Kenapa kamu di kepalaku?' akhirnya menanyakan hal dia mau tanya dari awal.
'Ya...' Suara itu memanjang 'Kalau ditanya kenapa... Aku gak tau juga, terakhir kali aku ingat Aku hanyalah manusia biasa yang kepleset dan ketabrak mobil dan saat aku bangun aku sudah ada di kepalamu.' Dia bilang.
'Jadi... Kamu itu hantu?' Verite bilang, mungkin dia harus memanggil pengusir arwah... Keberadaan hantu tidak pernah dibuktikan tapi karena itulah mereka tidak ada bukti bahwa hantu itu tidak ada.
'Mungkin. Aku tidak tahu pastinya, mungkin saja semua ini mimpi dan aku terbaring koma di-rumah sakit... Kuharap tidak, karena jika mobil truk itu tidak membunuhku tagihan rumah sakit itu akan menghabisiku. '
Verite tidak tau mau bilang apa, dia mulai merasa kasihan dengan orang ini, ketidakpastian akan keadaannya mungkin memberatkannya. 'Bagaimana namamu? Apakah kamu ingat namamu? Apakah ada sesuatu yang bisa ku gunakan untuk memanggilmu?' Tanya Verite, memanggil suara ini dengan kata 'suara ini' mulai melelahkan setelah beberapa kali.
'Aku ingat.' Dia jawab tanpa keraguan sebelum terdiam sesaat. 'Tetapi namaku membosankan, panggil saja aku Mefras, karena ini adalah kata favoritku.'
Verite merasa ada yang aneh tetapi dia tidak bilang apa apa.
'Baiklah Mefras, aku tidak tahu jika aku punya kemampuan untuk membantumu, tetapi jika kamu butuh sesuatu tinggal tanya saja padaku.' Verite menawarkan, dia tidak tahu menahu tentang hal hal gaib tetapi dia membantu Mefras dengan informasi informasi dasar yang dia ketahui tentang tempat tinggalnya.
'Terimakasih. Kamu menemaniku bicara saja sudah cukup membantu, aku senang punya teman bicara.' Suara Mefras terdengar dengan tulus. 'Aku akan menerima tawaranmu karena aku masih punya beberapa pertanyaan tentang dunia ini seperti apakah dunia ini punya sihir?'
'Sihir?' Verite menaikkan dahinya, ada banyak macam sihir yang dia tahu tetapi dia pastinya tidak tahu hal hal mengenai arwah jahat.
'Yeah, kamu tau, bola api? semprotan air? membuat barang melayang? Memanggil dewi purba dari laut bahari?'
'Ah... Aku rasa yang kamu maksud adalah thaumaturgist' Bilang Verite. 'Aku tidak tau detail seperti apakah mereka mampu memanggil dewi purba tetapi aku tahu bahwa mereka yang membuat lampu lampu di panti kita, aku juga mendengar mereka bisa menggunakan berbagai macam kekuatan untuk melawan monster tapi aku gak pernah melihat mereka, mungkin aku bisa tanya Pak Jardi nanti?' Tanya Verite.
'Kalo ini tidak merepotkan kamu, iya tolong tanyakan. Mungkin aku bisa dapat tubuh Baru dan keluar dari kepalamu.' Mefras bilang. 'Ngomong ngomong umur kamu berapa?' Tanya Mefras.
'Aku delapan tahun, masuk sembilan tahun ini ' Jawab Verite.
'Wah kamu dewasa ya... Saat aku seumur kamu aku masih bocah ingusan yang kerjanya cuma makan dan nonton tv. Aku kagum kamu bisa dengan tenang menghadapi situasi ini.'
'Ah bukan apa apa kok.' Verite bilang, wajahnya sedikit memerah, jika orang melihatnya mereka akan bingung kenapa anak ini malu malu sendiri.
'Aku serius.' Bilang Mefras. 'Lihat aja temanmu Helian, dia bingung akan perasaannya dan akhirnya di kebingungannya dia menjauhi mu, respon yang anak seumur biasa lakukan.'
'Kenapa kamu bawa bawa dia?'
'Karena hanya dia anak seumur kamu yang aku tahu, aku baru bangun tempat ini ingat.'
'Jadi... Apa yang harus kulakukan dengan Helian?' Verite bertanya, ini adalah pertama kalinya dia mengetahui seseorang menyukainya, dia tidak yakin dia bisa menatap Helian dengan biasa setelah dia mengetahui hal ini.
'Yah... Terserah kamu, dia juga belum bilang apa apa kan? dia bisa memendamnya dan melepaskannya tanpa bilang apa apa, karena kalian masih muda kalian punya waktu untuk mencari identitas kalian dan hal yang akan kalian lakukan, terus jalani saja dan hadapi masalah ketika mereka datang ' Sarankan Mephilas.
"Iya kamu benar, aku masih muda. Aku masih punya waktu." Gumam Verite selagi dia menyelesaikan antaran barangnya, sementara itu dia ditemani Mefras yang terus bertanya akan tempat ini.
ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ
Meplias merasa lega karena anak perempuan ini mau mendengarnya dengan tenang, orang biasa pasti akan rasa dirinya sudah menjadi gila, atau lebih buruk lagi mengira dirinya adalah seorang makhluk gaib yang akan mencoba menghasut pendengarnya dengan pelan pelan.
Mefras kagum akan kedatangan Verite adalah anak yang dewasa dibandingkan rekan seumurnya, seperti Helian, dari yang waktu pendek Mefras melihat Helian, Helian adalah anak yang dewasa untuk seumurnya, tetapi dia masih menunjukan rasa kesukaannya dengan cara yang kekanakan kanakan sesuai dengan umurnya. Mungkin Mefras membuat mereka berteman, itu akan membantu tidak hanya Helian tetapi Mefras dan Verite juga.
Bicara soal sabar Mefras merasa senang Verite menjawab pertanyaannya dengan sabar, karena itu Mefras bisa mengetahui keadaan sekitarnya, dari kota yang dia tinggali, pemimpin kota ini dan bahkan keberadaan sihir.
bicara tentang sihir Mefras tidak terkejut sama sekali akan keberadaannya, jika dibandingkan dengan keadaannya, seorang manusia yang tertabrak mobil dan dengan suatu kebetulan menjadi suara di-kepala seorang anak gadis yatim sihir adalah hal yang lebih mudah dipercaya
Bahkan kemungkinan bahwa keberadaannya disini terjadi karena seseorang mencoba menggunakan sebuah sihir tidak kosong, sayangnya Verite tidak tau banyak tentang sihir, tetapi untungnya dia bisa bertanya tentang orang dewasa nanti.
Bicara tentang orang dewasa, Verite juga menjelaskan tentang kota ini dan pemimpinnya, Duke Bloome, seorang bangsawan yang, dia adalah penguasa wilayah ini dan dia mendapat kesan bahwa Duke bloome adalah penguasa yang kompeten dan disukai oleh rakyatnya. Dibandingkan dari catatan catatan yang dia baca tentang abad pertengahan kota yang dikuasi Duke Bloome jauh lebih makmur.
Tidak ada wabah penyakit yang membunuh orang orang, para rakyat tidak jatuh miskin sementara para bangsawan semakin kaya dan menggemuk, tidak ada perbudakan atau penindasan yang menimpa kota ini.
Biar begitu tempat ini masih jauh dari hal yang disebut utopia, kota ini mungkin makmur tetapi tempat ini hanyalah sebagian kecil kekaisaran ini, Duke Bloome adalah seorang bangsawan yang mengikuti konsep noblese oblige, sebuah konsep yang pada dasarnya mengajukan bahwa orang di atas memiliki kewajiban untuk membantu dan mendidik orang dibawah, sayangnya banyak bangsawan dan penguasa yang tidak mengikuti prinsip tersebut.
Dan ini juga tidak termasuk kematian dari serangan serangan monster, iya dunia ini dipenuhi dengan monster, Verite bilang mereka adalah alasan kenapa manusia tidak menyebar dengan secepat mungkin, seperti dunia fantasi rpg yang sering Mefras mainkan, sepertinya orang tua Verite adalah korban serangan monster monster itu, Verite dan anak anak lain dari fasilitas itu.
Fasilitas yang verite tinggali adalah sebuah panti asuhan dan tempat pendidikan yang bernama Blooming Bud, tempat ini dipenuhi dengan anak anak yang orang tuanya diserang oleh monster, jadi monster adalah ancaman yang besar pagi orang orang di dunia.
Serangan serangan tersebut sepertinya cukup banyak terjadi jika orang orang di dunia ini sudah terbiasa dengan serangan tersebut dan menganggapnya seperti baginya hidup, Mefras ingat akan hal yang mirip dengan hal seperti ini di dunianya, dia ingat pernah membaca tentang orang jepang yang sudah terbiasa akan gempa bumi itu menjadi bagian kehidupan mereka.
Mefras rasa itu wajar kalau orang orang dunia ini memiliki kemampuan sihir, untuk mengimbangi serangan serangan monster yang sering terjadi, Mefras jadi penasaran ingin melihat monster monster itu tetapi dia tidak mungkin akan membahayakan Verite hanya untuk memuaskan ketertarikannya saja.
Matahari mulai menurun setelah Verite menyelesaikan tugasnya, rencananya dia mau Verite menanyakan tentang sihir kepada Pak Jardi tetapi mungkin besok saja tidak apa apa. Dia sudah puas berbicara Dengan Verite dan mengetahui dasar dasar dunia ini dari Verite.
Esok harinya Verite bangun dari tempat tidur lantai duanya, dia merasa bugar sesudah istirahat setelah bekerja keras di hari sebelumnya, dia melihat teman sekamarnya yang masih tidur di bawahnya dan memutuskan untuk pergi.
Dia turun dari tempat tidurnya dengan perlahan, berupaya untuk tidak membangunkan temannya yang terlihat lelah, setelah itu di dengan perlahan membuka pintu kamarnya dan keluar.
'Jadi Verite apa yang akan kamu lakukan hari ini?' Suara di kepalanya bertanya, suara ini memanggil dirinya sendiri sebagai 'Mefras' Verite tidak tahu makna kata itu tapi mungkin itu adalah kata yang bermakna penting untuknya.
'Aku akan menemui pak jardi, aku akan bertanya tentang Thaumaturgy kepadanya dan apa yang bisa aku lakukan untuk menggunakannya.' Verite jelaskan, dia menutup pintu kamarnya dengan perlahan dan mulai berjalan ke ruang Pak Jardi.
'Iya itu adalah ide yang bagus.' Mefras setuju, Lebih baik bertanya apada orang dewasa dari pada melakukan hal hal yang mungkin berbahaya sendiri.
'Ngomong ngomong seberapa banyak kamu tentang Thaumaturgy?' Mefras bertanya, dia ingin mengisi waktu sambil berjalan.
'Sudah kubilang, tidak banyak, aku hanya tahu mereka bisa membuat barang barang yang membantu kehidupan dan memiliki kemampuan untuk mengendalikan elemen," Jelas Verite, memberi tahu Mefras semua yang dia ketahui.
'Sepertinya seorang Thaumaturgist memiliki kontribusi yang besar di masyarakat ya.' Bilang Mefras.
'Iya tentunya, kehidupan kita lebih mudah karena mereka.' Jawab Verite.
Setelah percakapan pendek tersebut Verite sampai ke kantor Pak Jardi, Verite mengetuk pintu dengan ujung belakang tangannya sebanyak dua kali.
"Pak ini aku Verite." Dia bilang, berdiri di depan pintu, menunggu jawab.
"Verite?" Keluar suara dari pintu itu. "Silahkan masuk." Dia bilang.
Verite menerima jawaban tidak ragu lagi membuka pintu kantornya dan masuk ke dalam ruangan kantor itu.
Didalam kantor ini adalah pak Jardi, orang yang mengurus fasilitas ini, Mefras akhirnya bisa melihat dia bapak ini dengan jelas.
Pak Jardi memilki wajah yang agak garang, luka sayatan di wajahnya tidak membantu, jika tidak dengan ekspresi wajahnya yang lunak di pasti akan terlihat seperti preman, badannya juga tidak kalah garangnya, dia terlihat seperti orang yang melakukan banyak pekerjaan keras karena tubuhnya terlihat seperti orang yang banyak mengangkat barang barang berat.
"Ada apa Verite?" Pak jardi bertanya. "Kamu tidak punya pekerjaan hari ini seingat aku." Dia bilang, menggaruk dagunya.
"Tidak pak, aku datang kesini hanya untuk bertanya." Jawab Verite.
"Bertanya, kalau aku bisa menjawabnya aku akan jawab." Bilang Pak Jardi.
"Apakah bapak tahu tentang Thaumaturgy?" Verite bertanya.
"Thaumaturgy ya... Aku tidak bisa menggunakannya tetapi aku tahu beberapa hal tentang itu, bahkan jika kamu ingin mempelajarinya Blooming Bud memiliki kelas Thaumaturgy yang bisa kamu ambil saat kamu mencapai umur dua belas tahun." Pak Jardi Menjawab.
Blooming Bud, nama ini adalah yang yang baru Mefras dengar, sepertinya Blooming Bud adalah nama fasilitas ini huh.
"Kalau begitu bapak tahu gak jika Thaumaturgy bisa memasukkan kesadaran orang ke dalam tubuh orang lain?" Verite langsung bertanya, tidak ma basa basi lagi.
"Kamu bertanya ini setelah membaca novel fantasi ya?" Pak Jardi melihat Verite seolah olah seorang ayah yang anaknya memintanya untuk membelikannya seekor dinosaurs sebagai peliharaan.
"Hahaha." Verite tertawa canggung dia tidak tahu jika dia mau menjelaskan bahwa dia memiliki sebuah suara di kepalanya saat ini setelah mendapatkan tatapan itu. "Iya, apakah itu bisa dilakukan?" Verite asih bertanya.
Pak Jardi menggaruk dagunya. "Aku pernah dengar soal orang memasukkan kesadarannya ke dalam boneka, tapi aku tidak pernah mendengar pemindahan yang dilakukan ke manusia lagi dan jika itu mungkin terjadi orang yang melakukan itu mungkin sama dengan para penyihir yang ada di legenda." Bilang Pak Jardi, menjelaskan yang dia tahu.
Melihat wajah Verite yang sepertinya kecewa Pak jardi menambah. "Tapi jika kamu ingin belajar Thaumaturgy aku mempunyai buku ini, apakah kamu mau membacanya?" Pak Verite berdiri dan mengambil buku yang ada di rak bukunya.
Verite menerima buku itu dan melihat sampulnya, 'Thaumaturgy untuk Pemula oleh C.B' tertulis di sampulnya.
'Terima saja Verite, mungkin ini bisa membantu kita.' Mefras berkata di kepalanya.
"Iya, aku mau mencobanya. Terima kasih Pak Jardi." Verite bilang, tersenyum menunjukan rasa terima kasihnya kepada pak jardi.
"Senang bisa membantu, aku senang melihat anak yang suka belajar." Bilang Pak Jardi.
Dengan itu Verite mengucapkan selamat tinggal dengan Pak Jardi, dia keluar dari kantornya.
'Ayo kita mulai membacanya.' Ajak Mefras, sepertinya tidak sabar untuk mempelajari isi buku itu.
'Tunggu dulu, Kita harus temukan tempat yang lebih pantas untuk membaca.' Bilang Verite, dia ingin tempat yang lebih nyama untuk membaca.
Verite memasukan dirinya sendiri di halaman belakang Blooming Bud, duduk di bawah pohon dan memegang 'Thaumaturgy untuk Pemula' yang di berikan oleh pak jardi.
Mefras menyadari suatu ketika Verite membuka buku itu, dia tidak tahu sama sekali tentang tata tulis dunia ini tetapi dia membaca hal hal yang Verite lihat.
Sepertinya hubungan kesadaran mereka lebih dari hanya berbagi tubuh.
Verite mulai membaca kata pembuka buku itu.
"Selamat datang para pencari ilmu, saya adalah penulis buku ini dan saya akan membicarakan tujuan mengapa buku ini di tulis." Verite mulai membacanya.
"Pertama tama kalian pasti sudah tahu buku ini adalah buku tentang Thaumaturgy, Bagian kalian yang baru saja mengenal kata ini akan saja jelaskan apa itu Thaumaturgy; Thaumaturgy adalah bidang yang mempelajari mana dan hubungannya dengan alam dan kehidupan kita dan mengunakan pengetahuan itu untuk memperkaya kehidupan kita." Buku ini memulai penjelasannya.
"Biarpun ilmu ini sangat berguna untuk kehidupan sehari hari saya masih harus menekankan resiko dan tantangan yang akan anda hadapi dalam mempelajari bidang ini, Thaumaturgy bukanlah ilmu yang anda akan dengan mudah gunakan, ilmu ini membutuhkan ketekunan dan perhatian yang besar agar anda tidak menghancurkan diri kalian dalam mengejar pengetahuan."
Verite terus membaca kata pembuka buku itu yang pergi mendalam menjelaskan resiko dan bahaya thaumaturgy dan juga ke gunaannya, sepertinya penulis buku ini sangat menekankan resiko dan keuntungan yang terdapat dalam mempelajari Thaumaturgy.
Verite mulai membaca kelanjutan buku itu, dia membuka bab baru.
"Bagian pertama: Memulai, karena kalian sudah membaca ke untungan dan kekurangan mempelajari Thaumaturgy aku langsung masuk ke bagian yang kalian pasti tidak sabar untuk melakukan; Bagian praktek. Tentunya melakukan praktikal Thaumaturgy tidak hanya mengikutkan pembacaan mantra dan kamu bisa langsung menyembur api, jika menggunakan ilmu Thaumaturgy adalah hal yang semudah itu maka semua orang akan dapat melakukannya, tidak yang pertama tam kalian harus ketahui ialah Pathway."
"Apa itu Pathway kalian pasti bertanya, jawabannya mudah, Pathway itu adalah hal bagian tubuh kalian yang menyalurkan mana kalian dari inti Mana tubuh kalian, tanpa Mana kalian tidak akan bisa melakukan Thaumaturgy."
Kalimat kalimat berikutnya menjelaskan keberadaan Mana ada apa itu Mana.
"Jadi pendeknya Mana adalah energi alami yang ada di semua tempat, termasuk lingkungan dan tubuh kalian, kalian akan menggunakan formula Thaumaturgy untuk mengubah mana mana berikut menjadi sebuah sihir."
Verite terus membacanya sampai dia menemukan cara membangunkan Pathway.
"Sebelum kamu bisa melakukan hal hal yang bisa dilakukan Thaumaturgist tentunya kalian harus membangunkan Pathway kalian dan untungnya hal itu biar memakan waktu adalah hal yang simple untuk dilakukan. Yang kamu harus lakukan adalah menggambar lingkaran sihir yang tertera ddi bawah dan setelah kamu melakukannya kamu harus di tengah lingkaran itu dan mengulangi formula yang tertera disini."
'Kamu bisa menggambar itu Verite?' Mefras bertanya, dia tidak punya kemampuan yan bagus tapi mungkin Verite bisa melakukannya.
'Aku bisa.' Verite menjawab, dia sudah terbiasa melakukan hal hal seperti selama kerjanya, satu atau dua lingkaran sihir yang impel bukanlah hal yang sulit untuk dia buat.
'Aku akan mengambil alat yang dibutuhkan.' Bilang Verite, dia masuk kembali ke Blooming Bud untuk mengambil kapur merah yang dia punya.
Setelah mengambil brang itu Verite menggambar lingkaran sihir itu dengan mudah seperti yang dia katakan, setelah menggambar dia duduk di tengah lingkaran itu dan mulai berkonsentrasi, mengulangi formula yang tercantum di buku itu.
Verite menutup matanya dan pandangan Mefras pun ikut menjadi gelap karena mereka berbagi pengelihatan, tidak punya hal lain yang dilakukan Mefras pun ikut berkonsentrasi, dia tidak tahu formulanya tapi membayangkan dirinya menyambungkan pathway Verite.
Setelah melakukan itu Mefras merasakan kesadaran nya menghilang...
...
Perlahan tapi pasti Mefras membuka matanya, dia tidak tahu kenapa tetapi sepertinya dia bisa mengendalikan tubuhnya dan itu terasa aneh, seperti tubuh ini bukan miliknya.
Dan seperti yang d pikirannya, tubuh ini bukan milikinya, saat dia membuka matanya hal yang jelas menatapnya secara langsung, ini bukan tubuhnya... Paling tidak akan ingat jika tubuhnya dibuat oleh cahaya seperti urorotaraman.
Paling tidak dia bisa mengendalikan tubuh ini, dia harus berpikir positif karena dia tidak tahu dimana Verite berada atau apakah ini cuman mimpi.
Dia mengawasi sekelilingnya dan yang dia temukan adalah tempat ini bukanlah halaman belakang sebuah panti asuhan, paling tidak dia yakin panti asuhan tidak memiliki ruang yang di penuhi kabel kabel berwarna warni dan terlihat seperti di dalam pesawat luar angkasa.
Dia berjalan mengikuti arus kabel ini, mungkin ini akan menuntunnya ke sesuatu tempat, dan dia tidak mau merasakannya tapi dia merasa bahwa ada yang memanggilnya di ujung lorong ini.
Mefras terus berjalan, dia mengikut lorong yang sepertinya tidak memilki akhir ini ke sebuah ruang yang memiliki sebuah bola baja raksasa berdiri tengahnya, di sanggah tiang tiang besi yang mengelilinginya seakan akan ini adalah pusat energi tempat ini.
Di lantai tergeletak lima kabel yang memiliki ujung dan di bola itu memilki sebuah lubang yang sama bentuknya dengan ujung kabel di bawah itu.
Mefras tidak tahu kenapa, tetapi merasakan bahwa dia harus menggambil kabel ini dan menyambungkannya ke bola baja itu.
Dia ragu, apakah ini adalah hal benar? Ini bukanlah seorang mahluk jahat mengundangnya untuk melakukan sesuatu yang dia akan sesali? Di tidak tahu dan jalan yang dia telusuri mati disini.
Jadi dia melakukan hal yang dia hanya bisa lakukan, dia mengambil kabel yang tergeletak itu, mengambil kabel yang berwarna merah mengikuti perasaannya dia mengangkatnya, berjalan mendekat bola baja itu dan dengan rasa keraguan mencoloknya, menyatukan kedua benda itu menjadi satu.
Saat itulah, semuanya menjadi terang. Sekali lagi Mefras Kehilangan kesadarannya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!