Bab 1: Perkenalan

'Kamu bisa mendengarku?'

Tanya suara aneh itu, Verite akhirnya mengetahui sebab suara suara yang dia dengar dari sejak pagi tadi setelah Verite bangun tidur dan memakai bajunya. Dia mendengar suara yang terdengar seperti gumaman-gumaman kecil yang berkata seperti 'Ah begitu ya' 'Oh aku benar tentang tempat ini' itu terjadi cukup banyak dan cukup besar Verite hampir meragukan kewarasannya ketika dia tidak bisa menemukan unsur suara tersebut.

"Iya. Aku bisa mendengar mu." Jawab Verite, suara menghela napasnya, menunjukkan rasa leganya.

'Syukurlah, aku mau bicara lebih banyak denganmu tapi jika kita lanjut berbicara seperti ini temanmu akan pikir kamu tidak waras.'

Suara itu bilang, Menyebabkan perhatian Verite Kembali ke Helian yang Verite lupa akan keberadaannya setelah mendengar omongan suara ini, Helian menatap Verite seakan akan dia kerasukan roh jahat.

"Kamu bicara dengan siapa?" Tanya Helian, tatapannya agak menyakitkan, dia terdengar benar benar khawatir dengan kewarasan Verite.

"Ah... Itu cuma khayalanku saja, maaf." Verite bilang, jika dia bilang ada suara di kepalanya tidak diragukan lagi dia akan dianggap gila dia akan dianggap gila.

"Jadi perasaan kamu bilang aku suka sama kamu?" Tanya Helian, bernada penasaran Verite merasa dia berbicara lebih dari sebelumnya.

"Lupakan saja itu, atau kamu benar benar suka sama aku?" Bilang Verite.

"..." Helian menjadi diam.

"Ayo kita pergi, Kamu bilang Pak Jardi ada tugas untuk kita kan?" Helian bilang, dia langsung bangun dan berangkat.

'Hehehehe' Verite mendengar suara menggelikan di kepalanya, Verite mau bilang jawab tapi tak ada kata yang keluar darinya.

Verite dan Helian mulai melakukan pekerjaan yang diberikan Pak Jardi, yaitu mengangkut berbagai barang ke rumah orang orang tertentu di kota.

Helian dan Verite berpisah ditengah jalan karena alamat antaran mereka berbeda, Verite sudah terbiasa melakukan hal ini jadi dia tidak memiliki rasa khawatir karena dia sudah kenal dengan pelanggan pelanggan fasilitas mereka, setelah mereka berpisah suara di kepala Verite mulai berbicara lagi.

'Jadi ini kota tempat kamu tinggal, agak berbeda dari yang aku bayangkan.'

"Berbeda?" Verite bisik, berhati hati dalam menjawab omongan suara itu biar dia tidak didengar bicara sendiri.

'Iya, aku kira tempat ini akan lebih kotor dan lebih kecil seperti banyak fantasi abad pertengahan yang sering aku baca. Tempat ini lebih dari layak ditinggali dan orang orang disini terlihat puas dengan kehidupan mereka.' Dia bilang saat Verite berjalan melewati distrik pasar yang dipenuhi aktivitas dan kebisingan.

"Fantasi abad pertengahan?" Tanya verite, dia tertarik bila suara di kepalanya juga membaca novel "Aku tidak tahu fantasi abad pertengahan itu apa tetapi Kota Azalea memang lebih makmur dari kota lainnya, berkat pemimpin Kota ini Duke Bloome yang hebat dan kompeten dalam menangani soal pemerintahan, bahkan anak tak punya orang tua sepertiku pun bisa punya masa depan karenanya." Jelas Verite, pikirannya mengarah ke banyak cerita menyedihkan yang dia dengar, tentang kota kota lain yang hancur dari kelaparan dan kemiskinan karena mereka dipimpin oleh bangsawan yang tidak peduli dengan penduduk dibawah mereka, mereka sangat menderitanya hingga mereka terpaksa memakan kulit pohon hanya untuk mengganjal rasa lapar mereka dan pada akhirnya mereka mati menjadi makanan monster, Verite tidak bisa membayangkan hal itu terjadi padanya, dia rasa dia cukup diberkahi.

'Ah begitu ya... Sepertinya kota ini memiliki penguasa yang kompeten.' Bilang suara itu, sepertinya terkesan. 'Oh iya Verite? namamu Verite kan? Bagaimana kalau kamu mencoba menjawab ku dengan pikiranmu daripada dengan suaramu, mungkin aku bisa mendengar mu. Dan kamu tidak perlu khawatir didengar orang.'

"Baiklah..." Bisik Verite, Verite mulai membentuk kata kata di dalam pikirannya. 'Bagaimana? Bisa didengar?' tanya Verite.

'Iya, aku bisa mendengar mu, syukurlah, dengan ini kita bisa berbicara dengan lebih mudah.' Bilang suara itu.

'Iya aku juga merasa lebih baik, aku tidak mau dikira orang gila karena orang melihat ku berbicara.' Verite merasa lega juga, ini membuat pembicaraan mereka lebih mudah.

'Siapa bilang kamu tidak gila? Kamu punya suara di kepalamu'

'...'

'Maaf, maaf Aku hanya bercanda.'

'... Jadi sebenarnya siapa kamu? Kenapa kamu di kepalaku?' akhirnya menanyakan hal dia mau tanya dari awal.

'Ya...' Suara itu memanjang 'Kalau ditanya kenapa... Aku gak tau juga, terakhir kali aku ingat Aku hanyalah manusia biasa yang kepleset dan ketabrak mobil dan saat aku bangun aku sudah ada di kepalamu.' Dia bilang.

'Jadi... Kamu itu hantu?' Verite bilang, mungkin dia harus memanggil pengusir arwah... Keberadaan hantu tidak pernah dibuktikan tapi karena itulah mereka tidak ada bukti bahwa hantu itu tidak ada.

'Mungkin. Aku tidak tahu pastinya, mungkin saja semua ini mimpi dan aku terbaring koma di-rumah sakit... Kuharap tidak, karena jika mobil truk itu tidak membunuhku tagihan rumah sakit itu akan menghabisiku. '

Verite tidak tau mau bilang apa, dia mulai merasa kasihan dengan orang ini, ketidakpastian akan keadaannya mungkin memberatkannya. 'Bagaimana namamu? Apakah kamu ingat namamu? Apakah ada sesuatu yang bisa ku gunakan untuk memanggilmu?' Tanya Verite, memanggil suara ini dengan kata 'suara ini' mulai melelahkan setelah beberapa kali.

'Aku ingat.' Dia jawab tanpa keraguan sebelum terdiam sesaat. 'Tetapi namaku membosankan, panggil saja aku Mefras, karena ini adalah kata favoritku.'

Verite merasa ada yang aneh tetapi dia tidak bilang apa apa.

'Baiklah Mefras, aku tidak tahu jika aku punya kemampuan untuk membantumu, tetapi jika kamu butuh sesuatu tinggal tanya saja padaku.' Verite menawarkan, dia tidak tahu menahu tentang hal hal gaib tetapi dia membantu Mefras dengan informasi informasi dasar yang dia ketahui tentang tempat tinggalnya.

'Terimakasih. Kamu menemaniku bicara saja sudah cukup membantu, aku senang punya teman bicara.' Suara Mefras terdengar dengan tulus. 'Aku akan menerima tawaranmu karena aku masih punya beberapa pertanyaan tentang dunia ini seperti apakah dunia ini punya sihir?'

'Sihir?' Verite menaikkan dahinya, ada banyak macam sihir yang dia tahu tetapi dia pastinya tidak tahu hal hal mengenai arwah jahat.

'Yeah, kamu tau, bola api? semprotan air? membuat barang melayang? Memanggil dewi purba dari laut bahari?'

'Ah... Aku rasa yang kamu maksud adalah thaumaturgist' Bilang Verite. 'Aku tidak tau detail seperti apakah mereka mampu memanggil dewi purba tetapi aku tahu bahwa mereka yang membuat lampu lampu di panti kita, aku juga mendengar mereka bisa menggunakan berbagai macam kekuatan untuk melawan monster tapi aku gak pernah melihat mereka, mungkin aku bisa tanya Pak Jardi nanti?' Tanya Verite.

'Kalo ini tidak merepotkan kamu, iya tolong tanyakan. Mungkin aku bisa dapat tubuh Baru dan keluar dari kepalamu.' Mefras bilang. 'Ngomong ngomong umur kamu berapa?' Tanya Mefras.

'Aku delapan tahun, masuk sembilan tahun ini ' Jawab Verite.

'Wah kamu dewasa ya... Saat aku seumur kamu aku masih bocah ingusan yang kerjanya cuma makan dan nonton tv. Aku kagum kamu bisa dengan tenang menghadapi situasi ini.'

'Ah bukan apa apa kok.' Verite bilang, wajahnya sedikit memerah, jika orang melihatnya mereka akan bingung kenapa anak ini malu malu sendiri.

'Aku serius.' Bilang Mefras. 'Lihat aja temanmu Helian, dia bingung akan perasaannya dan akhirnya di kebingungannya dia menjauhi mu, respon yang anak seumur biasa lakukan.'

'Kenapa kamu bawa bawa dia?'

'Karena hanya dia anak seumur kamu yang aku tahu, aku baru bangun tempat ini ingat.'

'Jadi... Apa yang harus kulakukan dengan Helian?' Verite bertanya, ini adalah pertama kalinya dia mengetahui seseorang menyukainya, dia tidak yakin dia bisa menatap Helian dengan biasa setelah dia mengetahui hal ini.

'Yah... Terserah kamu, dia juga belum bilang apa apa kan? dia bisa memendamnya dan melepaskannya tanpa bilang apa apa, karena kalian masih muda kalian punya waktu untuk mencari identitas kalian dan hal yang akan kalian lakukan, terus jalani saja dan hadapi masalah ketika mereka datang ' Sarankan Mephilas.

"Iya kamu benar, aku masih muda. Aku masih punya waktu." Gumam Verite selagi dia menyelesaikan antaran barangnya, sementara itu dia ditemani Mefras yang terus bertanya akan tempat ini.

ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ

Meplias merasa lega karena anak perempuan ini mau mendengarnya dengan tenang, orang biasa pasti akan rasa dirinya sudah menjadi gila, atau lebih buruk lagi mengira dirinya adalah seorang makhluk gaib yang akan mencoba menghasut pendengarnya dengan pelan pelan.

Mefras kagum akan kedatangan Verite adalah anak yang dewasa dibandingkan rekan seumurnya, seperti Helian, dari yang waktu pendek Mefras melihat Helian, Helian adalah anak yang dewasa untuk seumurnya, tetapi dia masih menunjukan rasa kesukaannya dengan cara yang kekanakan kanakan sesuai dengan umurnya. Mungkin Mefras membuat mereka berteman, itu akan membantu tidak hanya Helian tetapi Mefras dan Verite juga.

Bicara soal sabar Mefras merasa senang Verite menjawab pertanyaannya dengan sabar, karena itu Mefras bisa mengetahui keadaan sekitarnya, dari kota yang dia tinggali, pemimpin kota ini dan bahkan keberadaan sihir.

bicara tentang sihir Mefras tidak terkejut sama sekali akan keberadaannya, jika dibandingkan dengan keadaannya, seorang manusia yang tertabrak mobil dan dengan suatu kebetulan menjadi suara di-kepala seorang anak gadis yatim sihir adalah hal yang lebih mudah dipercaya

Bahkan kemungkinan bahwa keberadaannya disini terjadi karena seseorang mencoba menggunakan sebuah sihir tidak kosong, sayangnya Verite tidak tau banyak tentang sihir, tetapi untungnya dia bisa bertanya tentang orang dewasa nanti.

Bicara tentang orang dewasa, Verite juga menjelaskan tentang kota ini dan pemimpinnya, Duke Bloome, seorang bangsawan yang, dia adalah penguasa wilayah ini dan dia mendapat kesan bahwa Duke bloome adalah penguasa yang kompeten dan disukai oleh rakyatnya. Dibandingkan dari catatan catatan yang dia baca tentang abad pertengahan kota yang dikuasi Duke Bloome jauh lebih makmur.

Tidak ada wabah penyakit yang membunuh orang orang, para rakyat tidak jatuh miskin sementara para bangsawan semakin kaya dan  menggemuk, tidak ada perbudakan atau penindasan yang menimpa kota ini.

Biar begitu tempat ini masih jauh dari hal yang disebut utopia, kota ini mungkin makmur tetapi tempat ini hanyalah sebagian kecil kekaisaran ini, Duke Bloome adalah seorang bangsawan yang mengikuti konsep noblese oblige, sebuah konsep yang pada dasarnya mengajukan bahwa orang di atas memiliki kewajiban untuk membantu dan mendidik orang dibawah, sayangnya banyak bangsawan dan penguasa yang tidak mengikuti prinsip tersebut.

Dan ini juga tidak termasuk kematian dari serangan serangan monster, iya dunia ini dipenuhi dengan monster, Verite bilang mereka adalah alasan kenapa manusia  tidak menyebar dengan secepat mungkin, seperti dunia fantasi rpg yang sering Mefras mainkan, sepertinya orang tua Verite adalah korban serangan monster monster itu, Verite dan anak anak lain dari fasilitas itu.

Fasilitas yang verite tinggali adalah sebuah panti asuhan dan tempat pendidikan yang bernama Blooming Bud, tempat ini dipenuhi dengan anak anak yang orang tuanya diserang oleh monster, jadi monster adalah ancaman yang besar pagi orang orang di dunia.

Serangan serangan tersebut sepertinya cukup banyak terjadi jika orang orang di dunia ini sudah terbiasa dengan serangan tersebut dan menganggapnya seperti baginya  hidup, Mefras ingat akan hal yang mirip dengan hal seperti ini di dunianya, dia ingat pernah membaca tentang orang jepang yang sudah terbiasa akan gempa bumi itu menjadi bagian kehidupan mereka.

Mefras rasa itu wajar kalau orang orang dunia ini memiliki kemampuan sihir, untuk mengimbangi serangan serangan monster yang sering terjadi, Mefras jadi penasaran ingin melihat monster monster itu tetapi dia tidak mungkin akan membahayakan Verite hanya untuk memuaskan ketertarikannya saja.

Matahari mulai menurun setelah Verite menyelesaikan tugasnya, rencananya dia mau Verite menanyakan tentang sihir kepada Pak Jardi tetapi mungkin besok saja tidak apa apa. Dia sudah puas berbicara Dengan Verite dan mengetahui dasar dasar dunia ini dari Verite.

Episodes
1 Bab 0: Prolog
2 Bab 1: Perkenalan
3 Bab 2: Thaumaturgy
4 Bab 3: Kebangkitan
5 Bab 4: Belanja dan Pertemuan
6 Bab 5: Sebuah Pekerjaan
7 Bab 6: Rutinitas
8 Bab 7: Rutinitas 2
9 Bab 8: Konstruk
10 Bab 9: Konstruk 2
11 Bab 10: Konstruk 3+ Ilustrasi Karakter
12 Bab 11: New Body
13 Bab 12: Karakter Di Dalam Game
14 Bab 13: Asal Usul Kelahiran
15 Bab 14: Upgrade dan Pendingin
16 Bab 15: Sponsor
17 Bab 16: Praktek
18 Bab 17: Demonstrasi
19 Bab 18: Tawaran(Part 1)
20 Bab 19: Tawaran (Part 2)
21 Bab 20: Kunjungan
22 Bab 21: Tuan Muda+Illustrasi Caena
23 Bab 22: Regulus Bloome+Ilustrasi Helian
24 Bab 23: Tour
25 Bab 24: Guild Petualang
26 Bab 25: Serangan Babi Hutan
27 Bab 26: Efek Samping
28 Bab 27: Genius
29 Bab 28: Pertarungan Pertama
30 Bab 29: Misi Selesai
31 Bab 30: Keputusan
32 Bab 31: Satu Tahun Kemudian
33 Bab 32: Verite Bloome
34 Bab 33: Uji Lapangan (Part 1)
35 Bab 34: Uji Lapangan(Part 2)
36 Bab 35: Uji Lapangan (Part 3)
37 Bab 36: Uji Lapangan (Part 4)
38 Bab 37: Menangkap Kriminal
39 Bab 38: Pulang
40 Bab 39: Perjalanan Mefras
41 Bab 40: Jubah Ungu
42 Bab 41: Penyerangan
43 Bab 42: Mefras vs Jubah Ungu
44 Bab 43: Samurai dari Timur
45 Bab 44: Asal Usul Helian
46 Bab 45: Mefras dan Caena
47 Bab 46: Permainan Kartu Mefras
48 Bab 47: Mefras dan Duke Bloome
49 Bab 48: Verite dan Paman Samurai
Episodes

Updated 49 Episodes

1
Bab 0: Prolog
2
Bab 1: Perkenalan
3
Bab 2: Thaumaturgy
4
Bab 3: Kebangkitan
5
Bab 4: Belanja dan Pertemuan
6
Bab 5: Sebuah Pekerjaan
7
Bab 6: Rutinitas
8
Bab 7: Rutinitas 2
9
Bab 8: Konstruk
10
Bab 9: Konstruk 2
11
Bab 10: Konstruk 3+ Ilustrasi Karakter
12
Bab 11: New Body
13
Bab 12: Karakter Di Dalam Game
14
Bab 13: Asal Usul Kelahiran
15
Bab 14: Upgrade dan Pendingin
16
Bab 15: Sponsor
17
Bab 16: Praktek
18
Bab 17: Demonstrasi
19
Bab 18: Tawaran(Part 1)
20
Bab 19: Tawaran (Part 2)
21
Bab 20: Kunjungan
22
Bab 21: Tuan Muda+Illustrasi Caena
23
Bab 22: Regulus Bloome+Ilustrasi Helian
24
Bab 23: Tour
25
Bab 24: Guild Petualang
26
Bab 25: Serangan Babi Hutan
27
Bab 26: Efek Samping
28
Bab 27: Genius
29
Bab 28: Pertarungan Pertama
30
Bab 29: Misi Selesai
31
Bab 30: Keputusan
32
Bab 31: Satu Tahun Kemudian
33
Bab 32: Verite Bloome
34
Bab 33: Uji Lapangan (Part 1)
35
Bab 34: Uji Lapangan(Part 2)
36
Bab 35: Uji Lapangan (Part 3)
37
Bab 36: Uji Lapangan (Part 4)
38
Bab 37: Menangkap Kriminal
39
Bab 38: Pulang
40
Bab 39: Perjalanan Mefras
41
Bab 40: Jubah Ungu
42
Bab 41: Penyerangan
43
Bab 42: Mefras vs Jubah Ungu
44
Bab 43: Samurai dari Timur
45
Bab 44: Asal Usul Helian
46
Bab 45: Mefras dan Caena
47
Bab 46: Permainan Kartu Mefras
48
Bab 47: Mefras dan Duke Bloome
49
Bab 48: Verite dan Paman Samurai

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!