Missing The Youngest

Missing The Youngest

BAB 1

Kediaman Keluarga Adhinatha

Azka saat ini berada di kamarnya. Dirinya sedang bersiap-siap untuk berangkat ke kampus.

Tok..

Tok..

"Tuan Muda Lucas apa anda sudah bangun? Nyonya dan Tuan sudah menunggu di meja makan," panggil bibi Hanna di luar kamar Azka.

"Ya, Bi! Aku sudah bangun. Lima menit lagi aku akan turun," balas Azka dengan berteriak di dalam kamarnya.

Setelah mendengar jawaban dari majikan kesayangannya, bibi Hanna pun pergi menuju lantai bawah.

^^^

Ruang Makan

Sesampainya di bawah, Bibi Hanna langsung ke dapur dan menyiapkan keperluan Tuan mudanya.

"Pagi Dad, Pagi Mom." Azka menyapa kedua orang tuanya.

"Pagi juga sayang," jawab Dhava dan Danisa bersamaan.

"Ayo, sayang duduk dan habiskan sarapanmu. Mommy tidak mau kamu jatuh sakit lagi," ucap Danisa Mahendra yang sekarang berubah menjadi Danisa Adhinatha karena menikah dengan Madhava Adhinatha seorang pengusaha tersukses dan terkaya di Jakarta.

"Baiklah, Mom!" jawab Azka.

"Ini Tuan muda susu pisangnya."

"Terima kasih Bibi."

...***...

Kediaman Keluarga Hanendra

Suasana di meja makan tampak hening. Tidak ada yang bersuara. Biasanya dulu di meja makan itu selalu terdengar celoteh-celoteh lucu yang selalu dilontarkan oleh sibungsu untuk kakak-kakaknya. Tapi sekarang?? Semenjak hilangnya sibungsu, tidak ada lagi suara celoteh sibungsu. Yang ada hanya suara dentingan sendok.

"Kakak merindukanmu, Yazka. Kamu ada dimana sekarang?" batin Farraz

"Kapan kau akan pulang, Yazka. Kakak sangat merindukanmu," batin Aryan.

"Yazka," batin Kaivan.

"Yazka sayang. Kamu ada dimana Nak!" batin Karina Agni Hanendra dan Bagas Sadana Hanendra.

"Habiskan sarapanmu Aryan nanti kamu bisa terlambat ke kampus," ucap Karin kepada putra ketiganya.

"Baik, Mi!" jawab Aryan.

"Kakak akan mengantarmu," ucap Kaivan.

"Nanti pulang kakak akan menjemputmu. Jangan pulang sendiri. Kalau kakak telat lima menit. Kamu pulanglah bersama Pandy atau yang lainnya. Mengerti!" ucap Farraz.

"Baik Kak," jawab Aryan.

"Kalau begitu kami berangkat dulu Pi, Mi, kak!" pamit Kaivan dan Aryan.

...***...

Kampus Binus University

Suasana kampus di pagi hari tampak ramai dimana para mahasiswa dan mahasiswi tengah sibuk dengan urusan mereka masing-masing. Alfan, Randy, Attala, Alman dan Pandy telah sampai dikampus tepatnya di parkiran Kampus. Setelah selesai memarkirkan mobil mewah mereka, Alfan dan keempat saudara sepupunya melangkahkan kaki menuju kelas mereka masing-masing.

Saat baru beberapa langkah, langkah mereka terhenti dikarenakan mendengar suara motor yang berhenti di parkiran. Mereka membalikkan badan dan melihat kearah pemuda yang membawa motor tersebut.

Saat pemuda itu melepaskan helm yang menutupi wajahnya, Alfan dan keempat saudaranya terpaku dan takjub saat melihat wajah pemuda itu.

"Waahh! Wajahnya sangat tampan," ucap mereka bersamaan.

"Siapa dia?" tanya Alfan.

"Baru pertama kalinya kita melihatnya," kata Pandy.

Sementara Azka yang merasa diperhatikan tampak bingung. Tapi dirinya memilih untuk mengabaikannya dan berjalan di hadapan Alfan dan keempat saudaranya tanpa menoleh dan menyapa sama sekali.

"Yaaah!! Sombong sekali tuh bocah," sungut Randy.

Mereka terus memperhatikan Azka sambil terus melangkahkan kaki menuju kelas masing-masing.

"Hei, Azka!" teriak Aarav sambil berlari menghampiri Azka.

Sedangkan Azka tidak merespon panggilan serta teriakan dari Aarav.

"Kau ini dengar tidak aku memanggilmu," kesal Aarav yang sudah berdiri disamping Azka.

"Kau mau apa? Bicara sekarang. Kalau tidak terlalu penting, lebih baik kau pergi dan jangan ganggu aku." ucap Azka dingin.

"Yak! Kau tega sekali mengusirku, Azka! Aku hanya ingin berteman denganmu saja. Apa susahnya sih menerimaku menjadi temanmu?" tutur Aarav.

"Aku tidak mau berteman denganmu. Lebih baik kau cari yang lain saja," jawab Azka.

"Memangnya kenapa? Apa ada yang salah denganku?" tanya Aarav.

"Tidak ada yang salah denganmu. Cuma aku saja yang tidak mau menjadi temanmu. Bukan padamu saja pada orang lain juga. Aku tidak mau berteman dengan siapapun," jawab Azka.

"Kenapa kau tidak mau mau berteman denganku atau dengan yang lainnya?" tanya Aarav penasaran.

"Berteman itu ribet. Banyak masalah. Selalu bertengkar. Dan hal itu yang tidak aku inginkan. Jadi aku lebih memilih sendiri. Bebas tanpa ada ikatan pertemanan," jawab Azka.

Setelah mengatakan itu, Azka pun pergi menuju perpustakaan meninggalkan Aarav sendiri

"Aku akan terus mendekatimu, Azka!

Aku akan membuatmu menjadi sahabatku. Kita lihat saja nanti," batin Aarav lalu pergi menuju kelasnya.

Alfan dan keempat saudaranya yang sedari tadi mendengar percakapan antara Aarav dan Azka membuat mereka menjadi penasaran.

"Jadi nama pemuda itu, Azka!" ucap Alman.

"Siapa dia sebenarnya? Kenapa dia tidak mau berteman dengan orang lain?" tanya Pandy.

"Sudahlah. Kenapa malah mikirin dia sih? Lebih baik kita ke kelas lalu pergi ke kantin!" seru Randy.

Mereka pun pergi meninggalkan halaman kampus menuju kelas masing-masing. Setelah dari kelas mereka semua menuju ke kantin.

^^^

Di Kantin

"Tumben Aryan belum datang. Apa dia tidak kuliah hari ini?" tanya Pandy

"Aryan pasti kuliah hari ini. Aryan itu tidak pernah absen yang namanya kuliah," ucap Attala.

"Benar kata Attala. Aryan kalau soal kuliah itu nomor satu," ucap Alfan.

"Kita tunggu saja mungkin sebentar lagi Aryan datang," kata Randy.

^^^

Halaman kampus

Aryan yang baru sampai di kampusnya. Dia mengedar pandangannya untuk mencari keberadaan saudara-saudaranya.

"Selamat pagi, Aryan!" Deva datang menyapa.

"Pagi juga Deva,." balas Aryan.

"Kau baru datang ya. Tumben sekali?" tanya Deva.

"Hehe, Iya! Biasalah aku dilarang bawa mobil sendiri oleh kedua kakakku. Jadi beginilah kalau resikonya diantar. Kakakku mengantarkan disaat sepuluh menit waktu masuk ke kelas dengan alasan aku tidak terlalu banyak buang waktu di kampus. Kesal bukan?" jawab Aryan.

"Tapikan kedua kakakmu melakukan itu untuk menjagamu dan melindungimu. Mereka tidak mau terjadi sesuatu denganmu setelah apa yang terjadi pada adik bungsu kalian?" ucap Deva.

"Ya, kau benar Deva. Kami sangat merasa kehilangan adik kami. Kami tidak tahu ada dimana dia sekarang. Semoga dia baik-baik saja," Kata Aryan.

"Aku berdoa semoga kalian berkumpul kembali dengan adik manis kalian," ucap Deva.

"Terima kasih Deva. Aku mau ke kelas dulu," pamit Aryan.

"Ok! Oh ya, Aryan. Kalau kau ingin mencari para kakak sepupumu. Mereka ada di kantin. Aku melihat mereka ada disana!" teriak Deva.

"Ya!" teriak Aryan.

^^^

Di Kantin

Aryab sudah berada di kantin. Saat dirinya melihat kakak-kakaknya, Aryan pun langsung menghampiri mereka.

"Kak," sapa Aryan lalu duduk disamping Pandy.

"Kenapa kamu telat?" tanya Randy.

"Biasalah. Kak Kaivan memang sengaja mengantarkanku sepuluh menit sebelum masuk kelas. Biar waktu tidak terbuang percuma katanya," jawab Aryan.

"Kau sudah sarapan?" tanya Alfan.

"Sudah di rumah. Tapi aku mau pesan Jus jeruk, boleh?" tanya Aryan pada Alfan.

"Ya boleh dong. Jadi kau mau jus jeruknya?" tanya Alfan. Aryan mengangguk.

"Bibi Rani aku pesan satu Jus jeruknya ya!" teriak Alfan.

"Baiklah, Alfan!" balas Bibi Rani.

Suasana Kantin yang tadinya hening. Tiba-tiba menjadi ribut. Salah satu mahasiswi tidak sengaja menabrak salah satu mahasiswa yang dikenal sombong, angkuh, galak dan suka buat keributan. Dan mengakibatkan kemeja yang dikenakan oleh pemuda itu tersiram minuman.

"Yak!! Kau punya mata tidak, huh?! Kau lihat apa yang sudah kau lakukan? Kau mengotori bajuku!" bentak pemuda itu.

"Maaf saya, kak! Saya tidak sengaja," jawab gadis itu ketakutan.

"Apa kau bilang?! Minta maaf. Enak saja. Setelah kau mengotori bajuku segampang itu kau meminta maaf. Kau harus dihukum!" bentak pemuda itu lalu menarik kasar tangan gadis itu ketengah lapangan dan kemudian pemuda itu mendorong gadis itu sampai tersungkur di tanah. Gadis itu meringis kesakitan dan tangannya pun terluka.

"Maafkan saya, kak!" ucap gadis itu ketakutan.

Semua mahasiswa dan mahasiswi hanya bisa menyaksikan kejadian itu dengan tatapan Sedih. Tidak yang berani menolong gadis malang itu.

Sebenarnya Alfan dan kelima saudara-saudaranya bukan tidak berani melawan Geng Cobra. Hanya saja mereka tidak mau ikut campur dalam urusan mereka. Jadi mereka juga ikut menyaksikan kejadian itu, walau mereka merasa kasihan pada gadis tersebut.

Saat pemuda itu hendak melayangkan satu tamparan ke wajah gadis tersebut, tapi tangannya sudah terlebih dahulu ditahan oleh seseorang. Ya! Orang itu adalah Azka.

Azka masih memegang kuat tangan pemuda tersebut tanpa ada niat untuk melepaskannya. "Beraninya hanya sama perempuan. Apa kau tidak malu? Kau lahir dari rahim perempuan. Seharusnya kau bisa lebih menghormati perempuan. Bagaimana kalau adik perempuanmu bernasib sama seperti gadis itu?" ucap Azka dengan menatap tajam pemuda itu.

"Memangnya siapa kau. Jangan ikut campur urusanku?" tanya pemuda itu.

Pemuda itu adalah Arga Zahir.

"Aku bukannya mau ikut campur urusanmu. Tapi aku tidak suka melihat seorang perempuan disakiti. Apalagi didepanku," jawab Azka dingin.

"Cih! Jangan sok jadi pahlawan!" bentak Arga sambil menarik kuat tangannya yang masih dipegang oleh Azka.

"Terserah. Yang aku mau kau tidak mengganggu gadis itu lagi," kata Azka.

"Tapi dia sudah mengotori bajuku!" teriak Arga sambil menunjuk kearah gadis itu.

"Tapi gadis itu sudah berulang kali meminta maaf padamu. Kau saja yang memperpanjang masalah ini. Memangnya harga bajumu itu berapa? Biar aku yang mengganti bajumu yang kotor itu. Asal kau tidak menggangu gadis itu lagi. Bagaimana?" tanya Azka.

"Jangan belagu jadi orang. Apa kau pikir, kau bisa mengganti bajuku ini? Kau tidak tahu berapa harga bajuku ini, huh?!" bentak Arga tepat di wajah Azka. Anggota Cobra tertawa meremehkan

"Makanya aku bertanya padamu. Berapa harga bajumu itu?" tanya Azka yang sudah mulai kehabisan kesabarannya.

"5 juta," jawab Arga dengan sombongnya.

Azka langsung mengambil dompet dan mengeluarkan uangnya sebesar 5 juta won lalu memberikannya pada Arga dengan kasar.

"Ambil uang ini 15 juta. Kau bisa membeli tiga baju sekaligus. Dan setelah ini jangan ganggu gadis itu lagi. Sekarang pergi dari sini. Urusan kalian dengan gadis itu sudah selesai!" bentak Azka.

"Brengsek! Awas kau. Aku akan membalasmu," batin Arga.

"Ayo," ajak Arga.

Setelah kepergian Arga dan geng nya. Azka mendekati gadis tersebut. "Kau tidak apa-apa?" tanya Azka.

"A-aku baik-baik saja, kak! Terima kasih sudah menolongku," jawab gadis itu.

"Jangan terlalu formal. Panggil saja Azka. Namaku Rafif Azka Adhinatha. Apa kau bisa berdiri?" tanya Azka.

"Ya, aku bisa."

"Ya, sudah kalau begitu jagalah dirimu baik-baik. Jangan sampai bertemu lagi dengan tikus-tikus busuk itu. Aku mau ke kelas dulu," ucap Azka dan langsung pergi meninggalkan gadis itu.

Alfan dan kelima saudaranya kagum melihat keberanian dari seorang Azka.

"Aku salut sama Azka. Dia berani melawan Arga," Attala.

"Aku makin penasaran sama dia. Siapa dia sebenarnya?" batin Pandy.

Sedangkan Aryan sedari tadi saat kejadian sampai selesai. Matanya tak hentinya memandangi Azka. "Siapa kau sebenarnya?" batin Aryan.

^^^

Bell pulang kuliah berbunyi. Seluruh mahasiswa dan mahasiswi berhamburan keluar dari kelas masing-masing.

"Apa kau akan dijemput, Aryan?" tanya Alfan.

"Seperti Iya, kak. Tapi kata kak Farraz kalau dirinya telat lima menit, aku disuruh pulang dengan kalian," ucap Aryan.

"Ya, sudah. Kita tunggu kak Farraz datang," kata Alman.

Saat mereka sedang berdiri tepat di parkiran kampus. Mereka mendengar suara seseorang. Lalu mereka melihat keasal suara dan suara itu berasal dari Azka. Azka sedang berbicara dengan seseorang di telepon.

"Ya, Mom! Sekitar dua puluh menit aku sampai di rumah. Mommy tidak usah khawatir padaku. Aku baik-baik saja. Untuk saat ini sakit di kepalaku tidak kambuh," jawab Azka lalu mematikan sambungannya setelah Azka berada didekat motornya.

Setelah kepergian Azka. Tersisa hanya Alfan dan kelima saudaranya. Mereka sempat mendengar dengan jelas apa yang diucapkan oleh Azka.

"Apa bocah itu sakit?" tanya Randy.

"Sepertinya Iya, kak. Dari cara dia berbicara dengan ibunya di telepon, sepertinya si Azka itu sedang sakit," ujar Pandy.

"Aryan, seperti kak Farraz telat sepuluh menit. Lebih baik kita pulang sekarang!" seru Attala.

"Ya sudah. Kau bersama kami saja," kata Pandy.

Mereka pun memasuki mobil mereka. Dan pergi meninggalkan kampus.

Terpopuler

Comments

Halu

Halu

wau dompetnya kantong doraemon bisa muat 5 juta won

2023-01-29

1

Ryo gunawan

Ryo gunawan

dabel up lah thor

2022-11-21

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!