Di Kediaman keluarga Pramudya
Di sebuah kamar yang megah terlihat seorang wanita paruh baya tengah duduk di sofa. Wanita itu sedang memikirkan sesuatu. Lebih tepatnya memikirkan kejadian 10 tahun yang lalu.
Flashback On
"Aka sayang. Ayo, bangun Nak! Nanti Aka bisa terlambat pergi ke sekolahnya!!" ucap Karin saat membangunkan putra bungsunya.
"Mami, aku masih mengantuk." Nayazka berucap dengan mata tertutup disertai tubuh yang menggeliat dalam tidurnya.
"Mami tahu Aka masih mengantuk. Tapi Aka kan harus sekolah sayang," bujuk Karin yang tangannya membelai rambut putranya.
"Aku tidak mau sekolah!"
Karin hanya bisa menghela nafas kasar mendengar penuturan putra bungsunya. Lalu terdengar suara langkah kaki memasuki kamar.
"Mami. Aka belum bangun?" tanya Farraz.
"Seperti yang kau lihat. Adikmu sama sekali tidak mau bangun. Dan katanya dia tidak mau sekolah," jawab Karin mengadu pada putra sulungnya.
"Ya sudah. Mami ke bawah saja. Biar aku saja yang membangunkannya," tutur Farraz.
"Baiklah. Mami akan ke bawah. Pastikan sikelinci nakal ini bangun," ucap Karin.
"Serahkan padaku," balas Farraz
Setelah itu beranjak dari tempat tidur Nayazka dan pergi meninggalkan Farraz dan Nayazka berdua.
Farraz mendekati ranjang adiknya. Ia tersenyum melihat wajah tampan adiknya saat tertidur. "Kakak menyayangimu," batin Farraz lalu mencium kening adiknya.
Lalu terlintas ide jahil dinpikirannya. Farraz mendekati wajahnya ke telinga adiknya. Kemudian membisikkan sesuatu ke telinga adiknya itu. "Hei, Aka. Kalau Aka tidak mau bangun dan tidak mau pergi ke selolah. Semua koleksi Iron Man dan PS Aka akan kakak bakar," bisik Farraz pura-pura mengancam adiknya.
Tidak butuh lama. Kedua mata Nayazka pun terbuka. "Jangan kakak!" teriak Nayazka dan langsung duduk.
Farraz hanya tersenyum melihat wajah tampan adiknya.
"Kakak tidak seriuskan?" tanya Nayazka dengan wajah memohon. Sedangkan Farraz berusaha menahan tawanya.
"Apa kakak sedang bercanda saat ini? Kalau Aka masih disini. Kakak benar-benar akan melakukannya."
Tanpa aba-aba Nayazka pun beranjak pergi menuju kamar mandi. Dirinya tidak mau kalau kakak nya sampai membakar semua koleksi Iron Man dan PS miliknya.
Saat setelah di kamar mandi. Terdengar teriak dari dalam kamar mandi. "Kakak! Tolong ambilkan handukku!" pinta Nayazka yang tangan sudah menjulur keluar.
Farraz pun mengambilkan handuk untuk adik kesayangannya itu. Saat tiba didepan pintu kamar mandi sang adik. Farraz menggoda adiknya itu. "Apa perlu kakak memandikanmu, Aka?"
"*Tidak. Lebih baik kakak keluar dari kamarku."
Nayazka menarik handuk yang ada di tangan kakaknya lalu menutup pintu kamar mandi*
Blam..
Farraz hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan adiknya itu. Lalu dirinya pun pergi meninggalkan kamar adik kesayangan nya itu.
^^^
Di Meja Makan
Semua anggota keluarga sudah berkumpul dimeja makan. Bagas, Karin, Danar, Adelia, Kaivan, Aryan, Sandy, Randy dan Pandy. Kebetulan adik laki-laki dari Karin yang pertama menginap di rumah kediaman Hanendra.
Lalu kemudian terdengar suara langkah kaki menuju meja makan.
"Farraz. Mana adikmu?" tanya Bagas.
"Aka masih di kamarnya, Pi! Dia sedang bersiap-siap. Sebentar lagi Aka akan turun," balas Farraz
"Kakak yakin sikelinci nakal itu akan turun. Siapa tahu dia tidur lagi saat kakak turun ke bawah?" ucap dan tanya Aryan dan diangguki oleh Kaivan. Mereka semua tahu kelakuan sikelinci itu.
"Sangat yakin," jawab Farraz mantap.
Tak butuh lama. Terdengar suara langkah kaki menuruni anak tangga. Siapa lagi kalau bukan sibungsu keluarga Hanendra. Nayazka melangkahkan kakinya menuju meja makan dengan wajah sedikit kusut tanpa senyuman sama sekali. Nayazka langsung menduduki pantatnya di kursi tanpa menatap anggota keluarganya yang sedang menatapnya heran.
"Kenapa wajahmu ditekuk seperti itu, hum!" goda Kaivan sambil menyentuh dagu adiknya.
"Iisshh! Apaan sih, kak colek-colek!!" ucap Nayazka kesalnya. Mood nya sedang buruk pagi ini.
"Hei, ada apa dengan adik kesayangan kakak ini? Kok wajahnya kusut begini?" Aryan ikut menggoda adiknya.
"Apaan sih, kakak." Nayazka berucap kesal.
Semuanya hanya tersenyum melihat wajah merajuk sibungsu.
"Sudah. Jangan perlihatkan wajah jelekmu seperti itu. Sudah jelek tambah jelek," ejek Farraz.
"Kau benar-benar menyebalkan, kakak!" ucap Nayazka kesal dan mempoutkan bibirnya.
"Oke.. Oke! Kakak minta maaf. Kakak kan cuma bercanda. Habisnya Aka itu susah sekali dibangunkan," ucap Farraz yang tidak tega melihat adiknya yang merajuk.
"Nanti Aka ke sekolah kakak yang akan mengantar," seru Kaivan.
Nayazka mengalihkan pandangannya melihat kakak keduanya. Terukir senyuman manis di bibirnya. "Itu lebih baik. Untuk beberapa hari ini. Aku mau kakak Kaivan yang antar jemputku ke sekolah.
"Oke! Dengan senang hati," jawab Kaivan.
"Yah! Itukan tugasnya kakak. Kenapa harus Kaivan yang menggantikan tugas kakak?" protes Farraz.
"Untuk beberapa hari ini. Aku memberikan cuti untuk kakak. Jadi kakak Kaivan yang akan menggantikan kakak Farraz," tutur Nayazka yang masih dalam mood buruk pada kakak pertamanya.
Semuanya tertawa mendengar ucapan Nayazka. "Hahahahaha!"
"Kau pikir kakak Farraz itu sedang bekerja untukmu, Aka?" seru Pandy.
"Kan memang benar, kakak Farraz bekerja untukku? Kakak Farraz kan sopir pribadiku yang setiap hari antar jemputku ke sekolah," sahut Nayazka polos tanpa dosa.
"*Uhuukk!"
Farraz tersendak mendengar jawaban dari adiknya. Tak terkecuali dengan Kaivan. Mereka berdua shock mendengar jawaban dari sang adik*.
"Apa?!" teriak Kaivan dan Farraz bersamaan.
Sedangkan yang diteriaki hanya cuek dan acuh dan tetap fokus sama makanannya. "Aish! Tidak usah teriak-teriak juga kali, kak! Bisa-bisa pendengaran kami tuli."
Pletak.
"Aww!" Nayazka meringis saat kepalanya dijitak dengan sendok oleh Kaivan.
"Kenapa kakak malah menjitakku dengan sendok, sih?" protes Nayazka.
"Salah sendiri. Seenaknya saja mengatakan kami ini sopir pribadimu. Memang sejak kapan kami jadi sopir pribadimu, huh?!" kesal Kaivan. Tapi tidak benar-benar kesal.
"Yah! Kan memang tugas kalian yang mengantarkanku ke sekolah. Kalau bukan kalian siapa lagi?" tanya Nayazka.
Mereka berdua terdiam. Dalam hati mereka membenarkan ucapan sang adik. Lalu mereka menatap horor adik bungsu mereka.
"Kenapa kalian menatapku seperti itu. Aku tahu, aku ini tampan? Bahkan ketampananku melebihi kalian berdua," ucap Nayazka dengan bangganya.
Mereka yang mendengar hanya tersenyum dan juga geleng-geleng kepala.
"Pedemu terlalu tinggi, Nayazka Sadana Hanendra!" seru Randy Pramudya.
"Peduli amat," ucap Nayazka.
"Bagaimana kakak Farraz, kakak Kaivan?" Apa kalian masih mau jadi sopir pribadiku?" tanya Nayazka menatap kedua kakaknya berganti dan tanpa mempedulikan kekesalan sang kakak-kakaknya
"Kalau kalian berdua diam. Berarti itu tandanya kalau kalian tidak ingin mengantarku lagi. Ya, sudah! Aku akan pergi ke sekolah sendiri naik taxi atau bus," ucap Nayazka dan langsung menyambar tasnya kemudian pergi meninggalkan anggota keluarga di meja makan menuju pintu keluar.
*Sontak membuat anggota keluarga terkejut dan berteriak bersamaan.
"TIDAK!" Mereka berlari menyusul Nayazka*.
Tapi mereka terlambat. Karena Nayazka sudah pergi. Saat mereka sudah berada diluar rumah. Mereka tidak melihat keberadaan Nayazka.
"Kakak. Bagaimana ini?" tanya Aryan.
"Papi, Mami! Bagaimana ini?" tanya Farraz, Kaivan dan Aryan bersamaan.
Mereka semua khawatir dengan sibungsu. Karena sibungsu tidak pernah pergi keluar rumah sendirian. Dia selalu ditemani. Termasuk pergi ke sekolah, selalu diantar dan dijemput.
...***...
Di Halte
Nayazka sedang menunggu di halte. Sudah sepuluh menit dia menunggu tapi Bus yang ditunggu tidak kunjung datang. "Ach. Sial!" umpat Nayazka kesal.
Saat Nayazka sedang kesal dengan mulut yang berkomat-kamit tak jelas. Tanpa disadari olehnya, sedari tadi ada seseorang yang sedang memperhatikan dirinya. Orang itu tersenyum sinis kearahnya.
Selang beberapa menit, Bus pun datang. Dan Nayazka langsung masuk ke dalam Bus tersebut. Sedangkan orang yang memperhatikan dirinya telah pergi.
***
Di Kediaman Brandon
*Seorang perempuan paruh baya sedang duduk santai di sebuah ruangan yang mewah sambil memegang sebuah gelas yang berisikan wiski.
Wiski yang paling mahal didunia yaitu Armand de Brignacs Midas. Dirinya tersenyum saat melihat salah satu putra dari keluarga Hanendra*.
"Karin Agni Hanendra. Tunggu kejutan dariku. Aku akan membuatmu berpisah dengan putra kesayanganmu!" monolognya.
Perempuan itu mengambil ponsel miliknya. Lalu menekan nomor seseorang yang dikenalnya. PANGGILAN PUN TERSAMBUNG..
"Hallo!
"Hallo, Adelia Faranisa Pramudya!"
"Siapa ini?"
"Kau melupakanku, huh? Apa kau masih ingat dengan video skandalmu?"
Sontak membuat Adelia terkejut. "Kau! Mau apa kau menghubungiku?"
"Aku ingin bertemu denganmu sekarang di Cafe. Ada tugas untukmu."
"Tapi aku tidak bisa."
"Aku tidak menerima penolakan."
"Brengsek!" Adelia mengumpat penuh amarah.
"Baiklah. Aku akan kesana."
"GOOD! Aku tunggu!"
***
Banana Tree Cafe
"Apa yang kau inginkan dariku, huh?!" bentak Adelia.
"Tenang. Jangan marah-marah seperti itu. Kau tidak mau cepat tuakan?" ucap perempuan itu santai.
"Aku tidak punya waktu. Sekarang katakan apa maumu?"
"Baiklah. Aku ingin kau membuat perempuan yang bernama Karin Agni Hanendra yang tidak lain adalah kakak iparmu sendiri kehilangan salah satu putranya," ucap perempuan itu.
"A-apa?!" teriak Adelia. "Kau gila!!"
"Terserah apa tanggapan tentangku. Yang aku mau kau harus melakukannya. Atau video itu akan aku sebarkan," ucap wanita itu penuh ancaman.
"Baiklah."
Perempuan itu tersenyum kemenangan. "Aku mau kau membawa pergi salah satu putranya. Bawa pergi sejauh-jauhnya dari kehidupan keluarganya," perintahnya sambil mengeluarkan sebuah foto di atas meja.
Adelia terkejut saat melihat foto keponakannya. "Na-nayazka!"
"Aku mau dia berpisah dengan keluarganya. Dan buat dia membenci keluarganya sendiri."
Adelia terdiam memandangi foto keponakannya. Dia bingung harus melakukan apa? Disatu sisi dia sangat amat menyayangi keponakannya. Disisi lain dia tidak mau perempuan gila yang ada didepannya ini menyebarkan videonya.
"Kenapa? Kau tidak mau melakukannya, hum! Apa kau mau video itu tersebar dan suamimu beserta putra-putramu melihatnya," ancam perempuan itu.
"Baiklah! Akan aku lakukan. Tapi hanya setelah semuanya selesai. Aku mau kau menghapus video itu!"
"Kau bisa pegang kata-kataku."
"Aku akan tunggu hasil kerjamu, Adelia Faranisa Pramudya!" seru perempuan itu lalu pergi meninggalkan Adelia sendirian.
"Maafkan Bibi, Nayazka!" batin Adelia.
...***...
Di Sekolah Nayazka
Nayazka masih berada di sekolah. Sudah dua jam dirinya menunggu jemputan dari kakak keduanya itu.
"Aish! Menyebalkan. Ini sudah dua jam, tapi kak Kaivan belum menampakkan batang hidungnya. Padahal dia yang bilang akan menjemputku," gerutu Nayazka.
"Kalau tahu begini. Aku tidak akan mau mendengarkan perkataannya."
Tiba-tiba ada sebuah mobil berhenti di depan gerbang sekolah. Mobil itu sangat dikenal oleh Nayazka. "Itukan mobil Bibi Adelia.
Lalu keluarlah seseorang dari mobil tersebut. "Aka."
"Bibi! Kenapa Bibi ada disini?" tanya Nayazka.
"Bibi kesini mau menjemputmu,"jawab Adelia.
"Menjemputku?" tanya Nayazka bingung. "Tapikan yang akan menjemputku kakak Kaivan," kata Nayazka.
"Nanti bibi jelaskan semuanya di mobil. Sekarang Aka masuk dulu ke dalam mobil," pinta Adelia.
Nayazka menurut dan melangkahkan kakinya masuk ke dalam mobil milik Adelia sang bibi.
"Sekarang katakan padaku, Bi! Kenapa bibi yang menjemputku?" tanya Nayazka.
"Bagaimana ya? Bibi bingung harus mulai dari mana? Ini sebuah Rahasia besar keluarga dan tidak boleh dibeberkan. Termasuk padamu, Aka! Karena ini akan membuatmu terluka dan sakit hati," ucap Adelia yang susah payah menahan tangisnya melakukan hal ini pada keponakan kesayangannya.
"Maafkan bibi, sayang!"
"Katakan, Bi! Aku siap dan aku akan menerima apapun yang terjadi," ucap Nayazka.
"*Kau.. Kau bukan putra kandung dari keluarga Hanendra. Mereka menjaga dan merawatnya selama ini hanya untuk menepati janji mereka pada orang tua kandungmu. Disaat usiamu dua puluh tahun, mereka akan mengembalikanmu pada keluargamu. Karena keluargamu akan datang menjemputmu. Bibi sempat mendengar pembicaraan mereka. Bibi dengar semuanya. Kalau mereka tidak benar-benar sayang padamu. Mereka melakukan itu semua padamu karena janji mereka saja, tidak lebih dari itu, Aka! Dan satu hal yang harus Aka tahu. Kedua orang tua Aka sudah meninggal. Dan keluarga Hanendra sudah mengetahuinya. Tapi mereka tak peduli akan hal itu. Mereka tetap pada perjanjian awal. Mereka harus mengembalikanmu pada orang tua kandungmu."
Adelia berucap dengan derai air mata. Adelia benar-benar menangis. Dia menangis bukan sekedar untuk membuat Nayazka percaya akan pengakuannya. Tapi dia memang benar-benar menangis. Dia sungguh tak tega melihat keponakan kesayangannya menjadi seperti ini.
Sedangkan Nayazka sudah tidak bisa membendung air matanya. Nayazka menangis dalam diam. Air matanya mengalir deras membasahi pipinya*.
"Turunkan aku disini," pinta Nayazka.
"Tapi ini tempat sepi, sayang!" kata Adelia.
"Aku bilang turunkan aku disini!" teriak Nayazka.
*Akhirnya Adelia menghentikan mobilnya dan Nayazka pun keluar dari mobil. Setelah keluar dari mobil tersebut, Nayazka langsung berlari dengan tenaga supernya tanpa tahu arah tujuan dengan air mata yang masih mengalir.
Sedangkan Adelia sudah menangis terisak melihat kepergian Nayazka. "Aku mohon, Tuhan. Lindungi keponakanku Aka. Pertemukan dia dengan orang baik yang mau menjaganya dan merawatnya," doanya dalam hati*.
Flashback Off
Adelia menangis saat mengingat kejadian sepuluh tahun yang lalu. Dia benar-benar jahat saat itu.
"Aka! Dimana kamu sekarang ini, sayang? Maafkan bibi yang sudah jahat padamu. Bibi tidak bermaksud untuk menyakitimu. Bibi sangat menyayangimu dan ketiga kakakmu. Bibi melakukan ini karena terpaksa. Bibi harap kalau suatu saat kita bertemu kembali, kamu tidak membenci bibi." menolongnya sambil memegang foto Nayazka saat masih duduk dibangku kelas 1 SMP.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
Ryo gunawan
dabel up thor
2022-11-25
1