Aryan dan kelima saudara sepupunya beserta teman-temannya sudah berada di kampus. Tepatnya berada di Markas tempat mereka berkumpul. Saat mereka sesang asyiknya ngobrol, tiba-tiba terdengar suara pintu dibuka paksa oleh seseorang.
Brakk..
Dan hal itu sukses membuat mereka yang berada didalam ruangan tersebut terkejut.
"Yak. Aarav! Bisa tidak kau membuka pintu secara pelan-pelan. Apa kau mau membunuh kami semua, huh?!" teriak Leon.
Sedangkan sipelaku hanya cengengesan. "Maaf."
"Aku sudah mendapatkan nomor ponsel dan beberapa akun miliknya Azka Ahza Adhinatha!" Seru Aarav Pradipta.
"Apa?!" teriak mereka kompak.
"Seriuskah?" tanya Attala.
"Ya. Kalian tidak percaya?" tanya Aarav. "Ini." Aarav menunjukkan ponselnya dan terlihat beberapa akun medsos milik Azka dan terpampang jelas nomor ponselnya.
"Mungkin itu nomor palsunya kali!" seru Fahri.
"Eemm, benar sekali!" ucap Alfan menyela.
"Kalau kalian tidak percaya. Coba kalian hubungi nomor tersebut. Dan kalian pasti akan mendengar suaranya," usul Aarav.
"Baiklah. Aku akan menghubungi Azka sekarang," kata Henry.
"Jangan lupa di Loundspeaker. Biar kita semua mendengarnya," pinta Alman.
Henry mengambil ponselnya dan segera menekan nomor tersebut. Panggilan tersambung..
"Hallo, ini siapa?"
"Benarkah ini Azka Ahza Adhinatha?"
"Iya. Saya Azka. Ini siapa ya. Dan ada hal apa menghubungi saya?"
"Maaf Azka. Kalau aku mengganggu. Aku ini Henry teman satu kampus kamu," jawab Henry jujur.
"Henry temannya Aarav sikedelai hitam itu ya? Ada hal apa kau menghubungiku? Kalau tidak penting-penting amat, aku tutup."
Mereka yang mendengar penuturan Azka tanpa dosanya sama sekali langsung tertawa.
"Hahahaha."
Sedangkan Aarav membelalakkan matanya dan mengumpati Azka yang mengatainya kedelai hitam.
"Kedelai hitam. Julukan yang bagus," ejek Varo.
"Jangan ditutup teleponnya, Azka. Boleh tidak kalau aku memasukkanmu ke dalam grup chat kami. Atau izinkan kami menyimpan nomor ponselmu," ucap Henry sembari memohon.
"Eeemmm! Boleh saja. Asal kalian tidak berbuat macam-macam," jawab Azka.
"Ya. Kami janji!" jawab Henry.
Lalu terdengar suara seorang wanita yang memanggil Azka.
"Azka sayang. Ayo turun ke bawah. Sudah waktunya makan siang. Dan jangan lupa sekalian bawa obatmu!" teriak wanita itu.
"Iya, Mom! Aku segera turun!" balas Azka dengan teriakannya.
"Hei, Henry. Sudah dulu ya. Kau menggangguku saja," ucap Azka langsung mematikan teleponnya
Tutt..
Tutt..
"Tuh kan. Benarkan kataku. Kalau nomor itu milik Azka. Apa kalian tidak akan mau menyimpan nomornya Azka. Sedangkan Azka nya tidak keberatan?" tanya Aarav.
"Ya pastilah. Kami akan menyimpan nomornya!" seru Pandy dan Attala bersamaan.
"Eeh tunggu dulu! Apa kalian tidak dengar tadi apa yang dikatakan oleh ibunya Azka?" tanya Aryan.
"Seperti yang kita dengar. Kalau ibunya Azka mengatakan 'Jangan lupa sekalian obatmu'. Itu yang dikatakan ibu," ucap Allan.
"Berarti Azka memang sedang sakit. Kami kemarin juga mendengar saat Azka berbicara di telepon," ujar Alman.
"Sebenarnya Azka itu sakit apa? Tapi kelihatannya dia baik-baik saja," ucap Dylan.
"Yang terlihat baik, belum tentu dalam keadaan baik. Bisa saja orang tersebut menyembunyikannya. Seperti halnya dengan Azka," tutur Deva.
Semua mengangguk tanda setuju atas perkataan Deva.
"Dan satu hal lagi. Berarti hari ini Azka tidak kuliah!" seru Randy.
"Aku akan mengirimkan pesan WA. Menanyakan kenapa dia tidak kuliah?" seru Aarav
"Bagus itu Rav. Azka juga bagian dari kita. Sudah seharusnya kita mengetahui kenapa Azka tidak kuliah," kata Alfan.
"Kitakan sudah mendapatkan nomor ponselnya. Kapan-kapan kita hubungi Azka. Kita ajak dia dalam acara kelompok kita. Secarakan kita semua sudah sepakat kalau Azka itu bagian kelompok kita. Walau Azka nya selalu menolaknya!" ucap Luis.
"Aku setuju dengan Luis" ujar Pandy.
Semuanya mengangguk setuju kalau Azka bagian dari mereka.
Aarav mengirimkan sebuah pesan di WA kepada Azka.
Aarav
Hai, Azka. Kamu ada dimana?
Ini aku Aarav.
Azka
Hei, Kedelai hitam. Ngapain pake nanya segala.
Memangnya kamu siapa?
Aarav
Ketus amat sih. Aku kan nanya baik-baik.
Azka
Ya, Sorry! Aku di rumah.
Aku kurang enak badan. Jadi tidak kuliah hari ini.
Aarav
Kau sudah minta izin ke kampus?
Apa perlu aku izinin?
Azka
Tidak perlu. Terima kasih.
Lagian ibuku sudah menelepon pihak
kampus.
Aarav
Oh iya, Azka!
Boleh kami main ke rumahmu.
Azka
Silahkan! Asalkan tidak minta
makan di rumahku.
Aarav
Sialan kau, Azka!
Ya, sudah! Kami nanti pulang dari kampus langsung main ke rumahmu.
Azka
Alamat rumahku, Beverly Hills jalan Flamboyan No. 10
Aarav
Oke!
"Bagaimana, Rav? Kenapa dengan Azka? Apa benar Azka sakit?" tanya Rico.
"Iya. Azka lagi sakit. Jadi dia tidak kuliah hari ini. Dan ibunya sudah menelepon pihak kampus," jawab Aarav. "Dan satu lagi. Tadi aku menawarkan diri buat main ke rumahnya. Kalian mau tahu nggak jawabannya Azka seperti apa?" tanya Aarav.
"Apa? Katakan pada kami!" seru mereka secara bersamaan.
"Azka mengizinkan kita main ke rumahnya. Dan Azka juga sudah mengirimkan alamat rumahnya. Alamat rumahnya di Beverly Hills jalan Flamboyan nomor 10," tutur Aarav.
"Benarkah?" tanya Pandy antusias.
"Berarti ini langka awal untuk kita bisa lebih dekat dengan Azka," ucap Alfan.
...***...
Azka dan kedua orang tuanya sudah berada di meja makan. Mereka akan melakukan makan siang bersama.
"Ini sayang. Makanlah dan habiskan," pinta sang ibu dengan menyodorkan piring berisi nasi dan lauk pauknya.
"Ya, Mom!!" ucap Azka.
"Mom, Dad!" panggil Azka.
"Ya, sayang. Ada apa?" jawab mereka bersamaan sembari menatap wajah Azka.
"Sebenarnya.. eemm.. sebenarnya aku ini kenapa? Kenapa Mommy dan Daddy selalu mengingatkanku untuk minum obat?" tanya Azka.
Dhava dan Danisa terdiam mendengar pertanyaan putranya. Mereka bingung mau menjawab apa.
"Sayang. Dengarkan Daddy. Obat itu hanya vitamin untuk tubuhmu. Daddy tidak mau terjadi sesuatu padamu. Apalagi sampai kamu jatuh sakit. Daddy dan Mommy akan sangat sedih apabila kamu sampai sakit. Daddy dan Mommy melakukan ini, karena kami sangat amat menyayangimu," tutur Dhava.
"Azka sayangkan pada Mom dan Dad?" tanya Danisa.
"Aku sangat menyayangi Mom dan Dad," jawab Azka.
"Kalau begitu Azka jangan sampai melupakan jadwal minum obatnya," ucap Danisa.
"Baiklah. Aku mengerti," jawab Azka.
"Terima kasih sayang," jawab Dhava dan Danisa bersamaan
"Maafkan Mommy. Mommy tidak bisa mengatakan tentang kondisimu sebenarnya, nak!" batin Danisa.
"Maafkan Daddy, Azka. Cukup Daddy dan Mommy saja yang tahu tentang kondisimu. Kau tidak perlu tahu. Karena itu akan membuatmu terpukul," batin Dhava.
...***...
Saat ini Aryab dan kelima saudaranya telah selesai urusan mengikuti mata kuliah yang terakhir. Sekarang mereka sedang menunggu Deva dan yang lainnya.
"Kalian sudah lama menunggu ya?!" tanya Deva yang datang bersama anggota lainnya.
"Lumayan," jawab Attala. "Kita jadikan kerumah Azka?" tanya Attala.
"Ya jadilah!" jawab Aarav.
"Ayo, kita jalan sekarang!!" seru Deva.
Mereka pun pergi meninggalkan kampus untuk menuju kediaman Keluarga Adhinatha.
...***...
Azka sedang berada di kamarnya. Setelah dirinya selesai mengerjakan semua materi kuliahnya yang dikirim oleh teman kelasnya lewat email. Dan sekarang Azka memutuskan untuk istirahat sejenak di kasur kesayangannya.
Bibi Hanna serta pelayan yang lain sedang sibuk dengan pekerjaannya. Saat sedang sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Mereka dikejutkan dengan suara bunyi bell.
Ting..
Tong..
Bibi Hanna pun berlari menuju pintu utama untuk membukakan pintu.
Cklek..
Pintu telah dibuka oleh Bibi Hanna. Dan terlihat ada beberapa pemuda telah berdiri didepan pintu.
"Maaf. Kalian siapa ya?" tanya Bibi Hanna.
"Maaf Bibi. Kenalkan saya Aarav. Saya dan teman-teman saya ini teman kampusnya Azka. Kami kesini mau menjenguk Azka. Katanya Azka sakit," tutur jawab Aarav.
"Ooh. Kalian teman-temannya Tuan muda Azka. Kalau begitu silahkan masuk," ucap Bibi Hanna sembari mempersilahkan Aarav dan yang lainnya masuk.
Mereka pun masuk ke dalam Mansion mewah kediaman Adhinatha.
Mereka telah berada di ruang tengah. Setelah Bibi Hanna mempersilahkan mereka duduk. Bibi Hanna pergi ke lantai dua menuju kamar majikannya.
^^^
Tok..
Tok..
"Tuan muda Azka. Apa tuan muda Azka tidur?" teriak Bibi Hanna dari luar kamarnya.
Cklek..
Pintu dibuka oleh Azka. "Ada apa, Bibi Hanna?"
"Apa Bibi mengganggu?" tanya Bibi Hanna balik.
"Aish, Bibi! Ditanya malah balik nanya sih," kesal Azka.
"Maafkan Bibi, hehe! Di bawah ada teman-teman kampus tuan muda. Mereka sudah berada di ruang tengah," tutur Bibi Hanna.
"Ooh. Mereka ternyata benar-benar datang," batin Azka.
"Ya, sudah. Aku akan ke bawah," ucap Azka.
"Baiklah. Kalau begitu Bibi akan ke bawah menemui mereka," pamit Bibi Hanna.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments