BROTHER LOVE ME(Aku Bukan Adikmu!)
Aera adalah seorang gadis yatim piyatu yang dibesarkan oleh nenek baik hati. Setelah kematian suaminya ketika Aera berumur dua tahun, dia berjuang sendiri membesarkan Aera disebuah kota kecil yang damai.
Karena dia tinggal di negara asia, sosoknya yang berbeda tentu saja selalu menarik perhatian. Terutama warna rambut dan bola mata bewarna birunya. Tidak jarang dia mendapat gangguan dari murid laki-laki dan perundungan dari murid perempuan. Sepanjang ia di sekolah, Aera hanya memiliki sedikit teman dekat.
Aera benar-benar berubah ketika dia memasuki universitas. Dia bertemu orang-orang yang lebih bisa menerima perbedaan. Dia juga bertemu beberapa teman yang berdarah campuran sehingga tidak dia lebih membuka diri.
Sore ini, Aera sedang mengemas barang bawaannya ditemani sang nenek yang terus memberinya petuah ini dan itu. Dia akan pergi keluar negeri untuk pertama kalinya sebagai mahasiswa yang mendapat keistimewaan mengikuti kelas dari profesor yang sangat ia idolakan.
Aera sudah mengikuti seleksi dengan susah payah. Beruntung dia memiliki kecerdasan yang bagus sehingga mampu bersaing dengan mahasiswa lain yang memiliki koneksi. Dia akan pergi bersama seorang mahasiswa yang lulus karena jalur koneksi. Seorang pria yang sebenarnya sangat tidak disukai oleh Aera.
"Ingat ya, Jangan pernah tergoda rayuan siapapun. Jangan mengikuti pria yang baru kamu kenal. Jangan minum dan jangan menerima minunan dari orang asing."
Aera tersenyum, dia memandang neneknya yang berwajah serius dengan geli. Dia tahu neneknya hanya kawatir.
"Nenek, walaupun belum sabuk hitam. Saya cukup bisa mengalahkan dua pria dalam satu waktu." jawabnya dengan membanggakan diri sendiri.
Padahal dia sama sekali belum pernah mempraktekkannya. Jika itu pria lemah, mungkin saja Aera menang, tapi jika pria itu lebih kuat, kemampuannya tentu saja tidak akan berguna.
"Tapi tetap saja kalau dia melumpuhkanmu dengan obat bagaimana? Kamu tahu bagaimana dunia bekerja saat ini. Kejahatan ada dimana-mana!"
"Ya ampun nenek... Tuhan akan melindungi saya. Tenang saja, Saya akan kembali dengan selamat." jawabnya dengan lebih meyakinkan.
Tingkat kewaspadaan Aera sangat buruk, karena itu neneknya sangat kawatir bahkan setelah diyakinkan seperti itu.
Ketika hari keberangkatan tiba. Aera dengan semangat melambai pada neneknya begitu panggilan dari pesawat yang akan membawanya terdengar. Aera mengikuti rekannya masuk ke dalam pesawat. Meninggalkan neneknya yang terlihat sedih.
Aera mengambil jurusan filsafat. Keputusannya bermula ketika ia mulai mengidolakan seorang profesor yang ia anggap sangat jenius. Saat itu, pertama kalinya Aera mengenalnya lewat sebuah vidio di media sosial. Aera mendengarkan profesor itu memaparkan pikirannya ketika menjadi bintang tamu disebuah program acara.
Dari sanalah Aera memiliki cita-cita untuk menjadi murid dari profesor itu. Karena itu, ketika ada kesempatan, dia tidak menyia-nyiakannya dan berusaha sangat keras.
.
Aera bersama rekannya akhirnya datang ke universitas tempat pertemuan kelas khusus yang diadakan di pagi hari setelah mereka mengalami tidur yang sama sekali tidak nyenyak. Meski begitu keduanya tampak antusias selama kelas berlangsung. Terutama Aera yang sengaja menempati kursi paling depan.
Setidaknya ada sekitar dua puluh anak yang mengikuti kelasnya. Aera bahkan tidak sadar kelas telah berakhir karena sangat bersemangat.
Enggan untuk kembali ke hotel bersama rekannya, dia memilih berjalan-jalan menikmati cuaca cerah siang itu. Aera juga mampir ke kafe yang dilewatinya.
Ketika sedang menikmati kopi dan kue disana, sesuatu yang aneh terjadi pada suasana kafe. Tentu saja Aera langsung bingung.
Orang-orang perlahan keluar satu persatu. Lalu ketika Aera hendak mengikuti mereka, pintu ditutup dan dikunci dari luar oleh seseorang. Lalu dari arah dalam, keluar seorang pria tinggi tegap dengan setelan jas formal yang sangat rapi. Dia juga memakai mantel panjang hingga melewati lututnya. Matanya hijau cerah dengan alis tebal yanh terkesan tegas. Sorot matanya tajam dengan aura kuat yang membuat siapapun akan tahu bahwa dia bukanlah orang biasa.
Aera menelan ludah dengan susah payah. Dia cemas tapi berusaha tenang. Aera ingin mundur tapi punggungnya sudah menempel dengan pintu. Pria itu tidak mendekat sendirian, dia bersama tiga orang dibelakangnya.
"Si-siapa kalian? Mau apa?" tanya Aera dengan gugup menggunakan bahasa Inggris.
Pria itu tidak menjawab. Dia hanya memperhatikan fitur wajah Aera dan meneliti postur tubuhnya dari atas sampai bawah.
"Syukurlah aku tidak salah lihat. Meski kita lama tidak bertemu, kamu terlihat lebih kurus selama hampir setahun kabur, Lui. Adikku yang malang, berani kabur setelah bertunangan. Bawa dia!"
Dua orang menghampiri Aera. Gadis itu hendak melawan, tapi tubuhnya mulai kehilangan tenaga. Dia menyadari ada yang salah dengan dirinya tapi sudah terlambat.
Sebelum dia memahami apa yang sebenarnya terjadi dan siapa orang-orang ini, tubuhnya yang sedari tadi sudah menjadi lemah perlahan luruh dan hampir jatuh kalau saja dua orang di depannya ini tidak menangkapnya.
.
Ketika Aera terbangun, matanya terasa sakit karena cahaya silau menusuk retinanya. Dia menutup matanya lagi, lalu perlahan membuka perlahan untuk menyesuaikan diri dengan cahaya.
Aera menatap langit-langit tempat itu. Sebuah kamar yang sangat luas. Dia melirik ke kiri dan kanan. Bingung melihat benerapa wanita dengan seragam yang sama menatapnya dengan penuh kekawatiran. Lalu, ketika sebuah langkah masuk dari arah pintu, Aera bisa melihat raut wajah tiga wanita itu langsung ketakutan dan menegang.
"Kamu sudah bangun, Luisa?"
Aera menoleh ke kanannya. Menatap pria yang menghampirinya di kafe beberapa saat yang lalu.
Itu bukan pertanyaan yang membutuhkan jawaban. Penyebutan nama dengan intonasi seperti itu, membuat Aera tahu bahwa pria disampingnya itu tidak meyakini siapa yang ia lihat. Seakan pertanyaan itu memastikan apakah dia gadis bernama Luisa atau bukan.
"Luisa?" ulang Aera pelan.
Pria itu, yang kini masih memakai pakaian yang sama namun tampa mantel, menyuruh semua orang keluar dengan isyarat. Setelah pintu tertutup dan menyisakan mereka berdua. Pria itu menarik bangku, duduk dengan kaki bersilang dan tangan dilipat di depan dada. Terlihat sangat angkuh dan juga otoriter.
"Luisa! Kenapa kamu kabur? Apa yang terjadi padamu selama setahun ini?" tanyanya dengan tegas, memperhatikan penampilan Aera sekali lagi sebelum melanjutkan. "Kamu terlihat seperti rakyat jelata yang miskin."
'Apa dia salah mengira aku orang lain?' pikir Aera. 'Tapi aku bersyukur dia memakai bahasa inggria juga bukan Jerman.'
Akhirnya ia paham alasan dia dibawa kesana. Semua hanya kesalah pahaman. Hal itu membuatnya sedikit lega. Paling tidak, dia mengira bahwa jika ia hanya perlu menjelaskan pada pria dihadapannya ini tentang kebenarannya. Tapi, apakah akan seperti itu?
"Aku bukan Luisa! Namaku Aera! Kamu salah membawa orang!"
Pria itu tidak menunjukkan reaksi berarti selain mengangkat sebelah alisnya.
"Begitu? Maka aku tidak punya pilihan."
Aera tidak mengerti. Bukankah harusnya ini telah selesai. Tapi dari gerak gerik pria ini, tampaknya hal ini belum selesai seperti perkiraannya.
"Apa maksudmu? Biarkan aku pergi. Kamu hanya salah orang." kata Aera lagi memberi penjelasan.
"Lui, apa kamu hilang ingatan atau semacam memiliki kepribadian ganda?"
"Apa yang kamu katakan? Kamu gila ya!"
Aera kesal, dia tidak bisa membaca apa yang dipikirkan pria disampingnya ini. Tubuhnya yang masih lemas ia bawa untuk duduk.
"Sial! Obat apa sih yang mereka masukkan dalam minumanku!"
Ia memggerutu dalam bahasa Indonesia setelah sebelumnya hanya menggunakan bahasa Inggris sejak tiba di Jerman. Untuk pertama kalinya ia merasa lidahnya mengucapkan kata yang benar.
"Siapa kamu?" dia akhirnya bertanya.
Pria itu menarik ujung bibirnya. Lalu perlahan, dia membuka mulutnya dan menyebutkan namanya.
"Kakakmu tercinta, Audric Martell."
Aera mengerjap beberapa kali. Dia seperti pernah mendengar nama Martell sebelumnya. Ketika ingatan itu kembali, dia sangat ingat bahwa pada kuliah pertamanya pagi tadi, profesor memberikan analogi sebuah cerita yang menyebutkan nama keluarga Martell. Sebuah keluarga yang memiliki pengaruh sangat kuat di Jerman. Keluarga yang jumlah kekayaannya sangat fantastik meski tidak tercatat di majalah forbes. Tapi banyak yang meyakini bahwa jumlah kekayaan mereka lebih banyak dari orang-orang yang tercatat disana.
"Mati aku! Kenapa aku bisa bertemu dengan orang seperti ini?"
Tampa sadar Aera kembali menggunakan bahasa Indonesia. Raut cemas dan ketidak percayaan akan situasinya saat ini jelas terpampang diwajahnya.
Sementara pria bernama Audric itu menyeringai, seolah rencananya berjalan dengan sangat lancar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Lia liana
mampir lagi....
2022-11-25
1