Cinta Tanpa Restu
Seorang gadis kecil berusia sekitar 6 tahun terlihat sedang bermain dengan boneka di halaman belakang rumahnya yang luas.
Gadis kecil bewajah imut itu sesekali mengajak benda mati tersebut untuk mengobrol dan terkadang tampak tengah menyisir rambut boneka yang panjang itu.
Beberapa saat kemudian... Bik Lasmi, pengasuh sekaligus pembantu dirumah tersebut tiba-tiba datang dari arah rumah dengan berlari kecil lalu mendekati gadis kecil itu dengan raut wajah yang bersemangat.
"Non Zahra... Non Zahra..." Panggil Bik Lasmi kepada si gadis kecil.
Zahra, nama Gadis kecil itu. Ia langsung menoleh kearah bik Lasmi dengan pandangan bingung.
"Ada apa bik?" Tanya Zahra.
"Itu Non, Papa Non Zahra sudah pulang." Jawab Bik Lasmi dengan antusias.
Mendengar jawaban dari Bik Lasmi tersebut, membuat Zahra langsung berlonjak girang. Karena Papanya Zahra sudah lama pergi meninggalkan Zahra keluar kota untuk urusan kerja. Sedangkan Mamanya Zahra, sudah meninggal dunia akibat sebuah kecelakaan satu tahun yang lalu. Maka saat itu Zahra tinggal dirumah bersama Bik Lasmi dan Juga Pak Antoni, Supir sekaligus petugas keamanan dirumah Zahra.
Zahra langsung berlari kencang menuju kedepan rumah. Ia sudah sangat merindukan Papanya itu, satu-satunya orang tua yang ia punya saat ini.
Saat gadis kecil yang imut tersebut sudah sampai di ruang tamu, tiba-tiba saja langkah kakinya terhenti saat melihat ada 2 wajah asing yang duduk didekat Papanya. Mereka adalah seorang wanita muda berparas cantik dan seorang anak laki-laki dengan gayanya yang cool berumur sekitar 11 tahunan.
"Zahra, sini sayang.." Panggil Hardika, Papanya Zahra.
Zahra lantas saja berlari menuju Papanya dan detik kemudian sudah berada dipangkuan Papanya. Hardika memeluk erat gadis kecilnya yang sudah lama ia tinggalkan itu. Ia juga mencium pipi tembem Zahra berkali-kali.
"Papa kenapa lama sekali perginya?" Tanya Zahra dengan suara manjanya yang merengek kepada Papanya itu.
"Maafkan Papa sayang, ada kerjaan yang tidak bisa Papa tinggalkan. Tapi, sekarang kan Papa sudah pulang. Kerja Papa disana sudah selesai, jadi sekarang Papa bisa nemanin Zahra lagi disini." Ucap Hardika dengan suara yang lembut.
"Janji ya Papa tidak pergi jauh lagi tinggalkan Zahra." Ucap Zahra dengan matanya yang bulat itu memandang Hardika dengan erat.
"Iya, sayang." Jawab Hardika dan kemudian kembali memeluk tubuh mungilnya Zahra.
"Oya, Papa sampai lupa mau ngenalin kamu dengan mereka berdua." Ujar Hardika seraya memandang wanita dan juga anak laki-laki yang duduk disebelah kirinya. Zahra juga mengikuti arah pandangan Papanya tersebut.
"Kenalkan, ini Tante Elisa. Dan disebelahnya adalah Haris, Anak dari Tante Elisa." Jelas Hardika memperkenalkan mereka berdua.
"Hai, Zahra. Salam kenal ya, kamu panggil Tante, Tante Lisa aja ya." Kata Lisa dengan tersenyum ramah seraya mengulurkan tangannya kearah Zahra. Zahra menyambut uluran tangan dari Lisa dengan sedikit ragu-ragu.
"Dan ini, Haris.. Anak Tante. Haris.. Ayok salam sama Zahra." Suruh Lisa kepada Haris yang sejak tadi hanya diam dan bengong. Haris lalu mengulurkan tangannya kearah Zahra. Dan Zahra langsung menyambut uluran tangan dari Haris dengan senang hati.
"Bang Haris, mau nemanin Zahra main gak dibelakang?" Tanya Zahra dengan suara manja yang tiba-tiba saja mengajak Haris untuk bermain.
"Main apa?" Tanya Haris yang akhirnya mengeluarkan suara juga.
"Main boneka." Jawab Zahra lalu tersenyum lebar, menampakkan deretan giginya yang putih. Haris memandang sejenak kearah Mamanya, seakan meminta persetujuan. Elisa hanya mengangguk seraya tersenyum kepadanya. Dan kemudian akhirnya, lelaki bertopi itu menganggukkan kepalanya tanda setuju.
"Asyiikk.. Yuk bang, ikuti Zahra." Kata Zahra dengan girang lalu menarik tangan Haris untuk mengikuti langkah kaki mungilnya menuju ke halaman belakang rumahnya. Haris hanya bisa pasrah tangannya ditarik Zahra dan mau tidak mau mengikuti gadis imut itu dari belakang.
Sesampainya mereka dihalaman belakang rumah Zahra, Haris yang bingung harus ngapain hanya berdiri mematung disamping Zahra yang sudah asyik bermain dengan boneka-bonekanya.
"Bang Haris, sini donk duduk dekat Zahra." Kata Zahra yang melihat Haris malah berdiri saja dibelakangnya. Haris mengikuti perintah Zahra dan ikut duduk disamping gadis imut itu.
"Bang Haris pegang boneka yang ini ya. Nama boneka ini jelita, dan yang ini cantika." Kata Zahra dengan menyebutkan nama-nama boneka miliknya. Haris memegang boneka yang dikasih Zahra dengan sekali-sekali menggaruk kepalanya yang tiba-tiba gatal.
"Zahra, kita bisa main yang lain aja gak? Jangan main boneka donk." Kata Haris akhirnya yang memang tidak nyaman dengan benda-benda yang ada disekitarnya itu.
"Mau main apa? Emangnya bang Haris gak suka main boneka ya?" Tanya Zahra dengan polos. Haris langsung menggelengkan kepalanya dengan mantap.
"Gitu ya, padahal main boneka itu asyik lo bang" Ucap Zahra lagi dengan meruncingkan mulutnya.
"Bang Haris kan anak laki-laki Zahra, masak diajak main boneka." Protes Haris akhirnya tapi dengan suara yang lembut. Bagaimanapun ia tidak mau membuat Zahra kecewa atas penolakannya itu.
"Oh iya, Zahra lupa, hihihi.." Ucap Zahra sambil nyengir.
"Terus kita harus main apa donk?" Lanjut Zahra lagi dengan bertanya.
Haris lalu melemparkan pandangannya ke sekeliling halaman belakang rumah Zahra yang cukup luas itu. Lalu matanya menangkap sebuah ayunan yang terbuat dari kayu dan terpasang pada pohon jambu yang ada disana.
"Nah, kita main disana aja yuk." Kata Haris akhirnya yang langsung ditanggapi oleh Zahra dengan anggukan. Detik kemudian, merekapun berlari kearah ayunan tersebut.
"Bang Haris, nantik sering-sering main kesini ya." Ucap Zahra. Saat itu Zahra sudah naik keatas ayunan tersebut dan Haris mendorongnya dari belakang.
"Jelas donk bang Haris sering main kesini, Zahra. Bang Haris kan bakalan tinggal disini juga." Jawab Haris yang membuat Zahra langsung memberhentikan laju ayunan tersebut dengan menggunakan kakinya.
"Bang Haris akan tinggal dirumah Zahra?" Tanya Zahra dengan tatapan bingung. Haris lalu menganggukkan kepalanya.
"Iya, Zahra. Mama bang Haris dan Papanya Zahra kan mau menikah. Jadi abang dan Mama abang akan tinggal disini juga." Tutur Haris.
"Menikah?" Tanya Zahra lagi masih terlihat kebingungan. Karena umurnya yang masih terlalu dini yang membuat Zahra belum begitu paham dengan apa yang dikatakan oleh Haris.
"Iya, menikah. Menikah itu...Hhmmm.. Maksudnya orang tua kita akan hidup bersama-sama dalam satu rumah, Zahra. Dan kita nantik jadi saudara. Bang Haris akan jadi abangnya Zahra." Jelas Haris. Sedangkan Zahra masih mencerna semua ucapan Haris tersebut dengan sorot mata yang dipenuhi oleh rasa bingung yang teramat dalam.
"Kenapa diam, Zahra? Kamu gak suka ya bang Haris akan jadi abang kamu?" Tanya Haris karena mendapati Zahra yang diam.
"Jadi nantik kita selalu sering main bareng donk bang?" Tanya Zahra dengan mata berbinar-binar.
"Iya, Zahra." Sahut Haris.
"Asyiiikk... Zahra gak akan kesepian lagi. Ada bang Haris yang nemanin Zahra. Ye. Ye.. Ye.." Kata Zahra yang langsung berlonjak - lonjak kegirangan..
#
#
#
BERSAMBUNG..
ASSALAMU'ALAIKUM, MOHON DUKUNGANNYA DENGAN MEMBERI LIKE DAN KOMENTARNYA UNTUK NOVEL SAYA YANG KETIGA INI YA..
SELAMAT MEMBACA, SEMOGA SUKA💓💓
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
Radheza Putry Nowry
Bagus ceritanya Thor..
2022-12-30
0