💙HAPPY READING💙
Zahra masih terus menggandeng tangan Haris dengan erat hingga akhirnya mereka sampai di parkiran mobil mereka.
Setelah itu, masih dengan manjanya Zahra masuk kedalam mobil kemudian duduk dibelakang dan berdekatan dengan Haris.
"Aduh, Non Zahra... Gak mau lepas dari Den Haris sepertinya nih!" Celetuk Pak Antoni yang melirik majikannya itu dari kaca spion.
"Ya biarin donk, Pak. Namanya juga masih kangen" Sahut Zahra yang kemudian meletakkan kepalanya dibahu Haris. Sedangkan Haris, hanya diam tapi dengan seuntai senyuman yang tidak berhenti menghiasi bibirnya.
"Oya Zahra, Bagaimana kamu sudah tau belum mau melanjutkan kemana setelah lulus sekolah nantik?" Tanya Haris kepada adiknya itu.
Zahra saat ini masih menduduki Sekolah Menengah Atas dikelas 3. Dan sebentar lagi, gadis berwajah manis itu akan mengikuti ujian akhir untuk menentukan kelulusannya.
"Belum Bang Haris, Zahra masih bingung.." Jawab Zahra dengan wajah yang cemberut.
"Loh, Bingung kenapa?" Tanya Haris lalu menatap wajah Zahra yang sendu.
"Ya, Zahra rasa otak Zahra ini sudah gak sanggup lagi untuk belajar dan belajar. Zahra ingin rehat sebentar lah, gak mau kuliah dulu." Jawab Zahra blak-blakan yang langsung disambut dengan pandangan protes dari Haris.
"Ngak boleh gitu, Zahra. Bang Haris gak mau lihat kamu gak kuliah, Kalo bisa kamu itu harus bisa lebih pendidikannya dari bang Haris. Jika kamu gak kuliah, lantas kamu mau ngapain donk?" Ujar Haris dengan suara protesnya.
"Rencananya Zahra ingin langsung menikah bang Haris.." Sahut Zahra dengan suara yang pelan. Mendengar jawaban dari Zahra tersebut. membuat Haris langsung melototkan matanya tanda tidak setuju.
"Tapi, Bohong..!!! Hahahaha...." Kata Zahra akhirnya ketika melihat wajah Haris yang berubah
dan siap-siap untuk mengeluarkan kalimat protesnya lagi.
"Kamu ini ya.. Diajak ngomong serius malah bercanda begini." Kata Haris sedikit kesal seraya menyubit pelan pipi Zahra yang Chubby itu. Sedangkan Zahra hanya terkekeh-kekeh dengan bahagianya karena sudah berhasil mengerjai abangnya itu.
💕💕💕💕
Zahra sangat dekat dengan Haris, meskipun ia tahu bahwa Haris bukanlah abang kandungnya. Namun, sedikipun Zahra tidak mempedulikan hal itu. Sejak kecil, Zahra sudah menganggap Haris sebagai abang Kandungnya, hal itu terlihat saat Zahra memperkenalkan Haris sebagai abang kesayangannya kepada semua teman-temannya.
Zahra selalu menjadikan Haris tempat ia bermanja - manja, tempat ia selalu merasa ketergantungan, tempat mengadu segala keluh kesahnya, tempat ia menumpahkan kesedihan dan juga kegalauan hatinya serta tempat ia mengekspresikan rasa kasih sayangnya. Ya.. Hanya kepada Harislah semua itu ia curahkan.
Semenjak kepergian Haris selama lebih kurang 2 tahun ini untuk kuliah di luar negeri, membuat Zahra sangat kesepian. Tidak ada lagi sosok abang yang setia menunggu dan mendengar ocehannya dirumah, yang selalu membelai dirinya dengan manja, menasihatinya dengan untaian kata indah dan tidak jarang juga mengisengi dirinya hingga kesal namun itu semua hanya sesaat setelah itu dia akan kembali menghibur Zahra dengan perlakuannya yang sangat baik.
Selama 2 tahun Zahra merindukan itu semua, jadi tidak heran saat ini setelah kedatangan Haris kembali membuat Zahra seperti tidak ingin lepas dari abang kesayangannya itu. Walaupun sebelum - sebelumnya komunikasi mereka tidak pernah putus sekalipun, setiap saat dan setiap hari baik Zahra maupun Haris akan selalu saling menghubungi untuk sekedar bercerita ataupun menanyai kabar masing - masing melalui telpon ataupun chattingan.
Namun, hubungan adik kakak yang sudah terjalin erat diantara mereka berdua itu seakan renggang atau bahkan terancam akan musnah ketika sebuah kalimat pengakuan terlontar dari mulutnya Haris. Pengakuan yang tidak terduga, yang tidak pernah terbayangkan sedikitpun oleh Zahra akan seperti ini jadinya.
Pada malam harinya setelah kepulangan Haris, mereka sekeluarga terlihat sedang menikmati makan malam dengan rasa bahagia. Terdengar perbincangan hangat dari masing - masing mereka yang disertai oleh tawa renyah dari mereka semua. Mereka sangat menantikan moment seperti ini, saat semuanya berkumpul dengan rasa bahagia yang tiada taranya. Mereka menghabiskan waktu bersama hingga pukul jam 9 malam.
Setelah puas keluarga itu berbincang dan saling bersenda gurau, lalu kedua orang tua mereka pamit kedalam kamar untuk tidur duluan dan meninggalkan Zahra juga Haris diruang keluarga. Karena Mereka berdua masih belum ngantuk dan ingin menonton TV.
"Ok, Tapi ingat kamu jangan kemalaman kali ya tidurnya Zahra. Karena besok kamu kan sudah mulai ujian semester. Mama gak mau kamu malah ngantuk saat ngerjain soal nantiknya." Ucap Elisa yang memberikan peringatan kepada anak gadisnya itu.
"Iya Mama, Gak lama kok. Zahra masih ingin ngobrol - ngobrol sama bang Haris sebentar aja lagi" Jawab Zahra. Setelah itu, Mama dan Papa mereka pun akhirnya masuk kedalam kamar.
"Zahra, kita keluar sebentar yuk." Ajak Haris tiba-tiba. Belum sempat Zahra bertanya mau ke mana, Haris sudah menarik tangan Zahra menuju kehalamam belakang rumah mereka melalui pintu samping.
"Mau ngapain kita kesini bang Haris?" Tanya Zahra dengan mengerutkan keningnya tanda bingung. Haris tidak langsung menjawab pertanyaan adiknya itu, ia masih saja menarik tangan Zahra dan kini sampai disebuah kursi panjang yang kebetulan ada di belakang rumah mereka. Lalu Haris mengajak Zahra duduk dikursi yang menghadap kearah taman belakang rumah.
"Kita duduk disini aja ya." Kata Haris dengan tersenyum simpul. Zahra hanya bengong dan juga terheran - heran.
"Ngapain bang? Mending kita didalam aja, nonton.." Lirih Zahra.
"Abang mau ngomong sesuatu sama kamu, kalau didalam entar kedengaran sama Mama dan Papa." Jawab Haris akhirnya.
"Ooohhh... Emang mau ngomong apa sih bang? Wajahnya kok serius gitu?" Zahra bertanya lagi.
Haris terdiam sejenak lalu memperbaiki posisi duduknya yang kini lebih dekat dengan Zahra. Lelaki itu juga masih memegang kedua tangan Zahra dengan erat. Dan Kedua manik matanya juga memandang Zahra dengan tatapan tajam.
"Zahra, selama ini kamu menganggap abang Haris sebagai apa?" Tanya Haris yang membuat Zahra langsung mendongakkan wajahnya.
"Ya.. Zahra anggap sebagai abang Zahra donk, emang kenapa sih bang? Pertanyaannya kok aneh gitu." Ujar Zahra.
"Tapi, Zahra kan tahu kalau bang Haris ini bukan abang kandungnya Zahra." Lanjut Haris lagi masih menatap Zahra dengan tatapan mautnya.
"Iya, Zahra tahu." Sahutnya dengan mengangguk mantap.
"Dan.. Perasaan Zahra bagaimana?" Tanya Haris dengan hati-hati. Namun, Zahra yang belum paham arah pembicaraan Haris malah menjawabnya dengan polos.
"Perasaan Zahra? Ya... Zahra merasa sayang sama Bang Haris, sangat-sangat Sayang. Bang Haris itu sudah seperti abang kandung Zahra. Selalu ada untuk Zahra. Zahra selalu merasa nyaman berada didekat bang Haris dan akan sangat rindu jika jauh dari Bang Haris. Makanya, bang Haris jangan pergi jauh lagi ya. Jangan tinggalkan Zahra." Pinta Zahra dengan mata yang mulai berkaca - kaca.
"Begitu berartinya ya bang Haris bagi Zahra?" Selidik Haris lagi dengan menaikkan alis matanya.
"Iya donk bang, Bang Haris sangat berarti dalam kehidupan Zahra. Kalau gak ada bang Haris, gak tahu lah bagaimana jadinya. Hidup Zahra mungkin terasa hampa, hehe.." Jawab Zahra lalu tersenyum lebar.
"Kenapa emangnya bang?" Zahra kembali bertanya. Sedangkan Haris nampak sedang menarik nafas dan mengatur getaran yang tiba-tiba muncul lagi didalam hatinya.
"Hhhmmm... Zahra, bang Haris boleh jujur gak sama kamu?" Tanya Haris.
"Ya boleh donk bang, bang Haris mau ngomong apa?" Tanya Zahra seakan tidak sabar dengan apa yang ingin dikatakan oleh abangnya itu.
"Zahra, bang Haris juga sangat sayang sama Zahra. Sejak dulu lagi, kebersamaan kita dari kecil yang membuat kita selalu dekat dan saling mengasihi satu sama yang lain. Namun, Bang Haris merasa... semakin hari seperti ada yang berbeda dihati abang. Entah kenapa, sebuah rasa yang berbeda ini muncul tiba-tiba yang membuat bang Haris tidak nyaman jika tidak diungkapkan ke Zahra." Jelas Haris. Zahra diam sejenak, seakan mencerna semua perkataan abangnya yang jelas saja Zahra belum mengerti sepenuhnya arah pembicaraan dari Haris tersebut kemana.
"Terus bang..??" Tanya Zahra dengan kedua bola matanya yang bulat itu seakan berkata bahwa ia ingin mendengar kelanjutan atas perkataan dari Haris.
"Abang harap kamu jangan kaget ya dengan pengakuan bang Haris ini." Lanjut Haris lagi. Zahra hanya mengangguk saja tanda setuju.
"Zahra, bang Haris... memiliki rasa sayang sama Zahra, tapi bukan sayang antara adik dan abang. Lebih dari itu malahan Zahra, Kamu pahamkan maksud bang Haris???" Tanya Haris yang melihat Zahra hanya melongo dengan tatapan bingung.
💕
💕
💕
💕
BERSAMBUNG..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
Radheza Putry Nowry
Apa respon Zahra ya? penasaran..
2022-12-30
0