BAB 3 // CEMBURU

💕HAPPY READING💕

Haris masih menatap kedua mata Zahra dengan erat, menunggu jawaban apa yang akan diucapkan oleh wanita itu. Sedangkan Zahra, malah melihat Abangnya itu dengan tatapan kosong, sampai akhirnya..

"Bang Haris ngomong apa sih? Hahaha... Gak lucu tau bang!!" Kata Zahra lalu tertawa dengan keras.

"Hhmm... Gak lucu, tapi kamu malah ketawa." Kata Haris dengan ketus.

"Zahra ketawa karena aneh, apaan sih bang Haris. Bikin jantung Zahra mendadak hampir copot, bercandanya itu berkelas sedikit ngapa bang." Kata Zahra masih dengan omelannya itu.

"Abang tidak bercanda Zahra, Bang Haris serius!!" Tekan Haris dan kembali menatap Zahra dengan tajam sehingga membuat Zahra yang tadi masih tertawa kini terdiam.

"Bang Haris, kok ngelihatin Zahra gitu amat sih. Seram lah." Imbuh Zahra lalu mengalihkan wajahnya.

Kemudian Haris menggeserkan posisi duduknya lebih dekat dengan Zahra, setelah itu memegang tangan Zahra dan meletakkan kedua tangan Zahra tersebut di dadanya.

"Zahra, lihat kesini.." Ucap Haris kemudian. Dan Zahrapun kembali menoleh ke Haris.

"Dan kamu rasakan getaran dihati bang Haris ini.." Lanjutnya lagi. Zahra terdiam dengan kedua tangannya masih berada di dada nya Haris. Dan memang benar, Zahra bisa merasakan jantung Haris yang berdetak dengan kencang.

"Bang Haris, Kenapa deg-deg-an? Bang Haris gak ada penyakit jantung kan??" Tanya Zahra tiba - tiba dengan membesarkan matanya.

Pertanyaan spontan dari Zahra tersebut membuat Haris langsung menggaruk - garuk kepalanya yang tidak gatal.

"Zahra, ini bukan penyakit jantung. Ini adalah cerminan dari perasaan bang Haris ke kamu." Ucap Haris dengan lebih menekankan kalimatnya.

"Perasaan apa bang? Zahra gak paham!" Kata Zahra.

"Perasaan Cinta, sayang, rindu, semuanya Zahra." Jawab Haris dengan suara yang pelan, karena ia takut ada yang mendengar pembicaraan mereka.

"Iya, kalau itu Zahra tahu. Zahra juga Sayang, Cinta dan Rindu sama bang Haris.."

"Tapi, ini beda Zahra.. Bukan perasaan sayang cinta dan rindu terhadap saudara ataupun adik kakak." Kata Haris yang langsung memotong pembicaraan adiknya itu.

"Lalu???" Zahra bertanya dengan menaikkan satu alisnya. Haris menarik napas panjang sebelum akhirnya ia mengeluarkan suara lagi.

"Lebih dari itu, Zahra. Bang Haris memiliki perasaan yang lain terhadap kamu. Perasaan ini datang tiba-tiba tanpa bisa bang Haris untuk mencegahnya. Bang Haris tidak bisa terus - terusan membohongi perasaan ini bahwa bang Haris.."

"Tunggu.. Tunggu.. Zahra gak mau dengar kelanjutannya lagi. Gak masuk akal ini bang, Bang Haris apaan sih, jangan bicara yang tidak - tidak bang. Kita ini saudara. Abang Haris itu, abangnya Zahra.." Potong Zahra dengan kalimat protesnya. Karena ia mulai memahami situasi yang tidak masuk akal ini.

"Tapi, Abang Haris bukan abang kandungnya kamu, Zahra." Ucap Haris dengan suara yang tertahan.

"Masa bodoh Bang, sampai kapanpun Zahra akan anggap Bang Haris itu abang kandungnya Zahra, Titik." Kata Zahra lalu berdiri dari tempat duduknya tersebut.

"Kamu kenapa berdiri?" Tanya Haris dengan heran.

"Zahra ngantuk bang, kata Mama Zahra gak boleh tidur kemalaman. Besok Zahra mau ujian. Mending tidur dari pada mendengar omongan Bang Haris yang gak masuk akal itu." Gerutu Zahra dan kemudian membalikkan badannya.

"Tapi, bang Haris belum selesai ngomong Zahra.." Ujar Haris. Namun, Zahra tidak mengindahkan ujaran Haris. Ia tetap saja berjalan dan masuk kedalam rumah.

💕💕💕💕

Keesokan harinya, Zahra sudah rapi dan siap akan berangkat sekolah. Gadis berseragam SMA itu tampak membaca buku sambil meminum segelas susu.

"Zahra, Haris belum bangun ya?" Tanya Elisa yang sibuk menyiapkan sarapan untuk Zahra. Meskipun ada pembantu dirumah mereka, Elisa tidak pernah absen untuk menyiapkan sarapan dan makan siang untuk keluarganya. Karena selain dia yang memang hobby masak, Elisa juga merasa hal itu sudah menjadi kewajibannya sebagai seorang ibu.

"Ngak tahu Ma, tadi Zahra lihat pintu kamar bang Haris masih tertutup" Jawab Zahra dengan cuek.

"Ooohhh, padahal Mama mau nyuruh Haris antarin kamu karena rencananya Mama mau kepasar dengan Pak Antoni." Jelas Elisa.

"Ya sudah gak apa-apa, Ma. Mama pergi aja sama Pak Antoni." Ujar Zahra dengan pandangan tidak lepas dari buku yang ada ditangannya itu.

"Terus kamu pergi ke sekolahnya bagaimana? Apa perlu Mama bangunkan Haris biar dia yang antarkan kamu?" Tanya Elisa lagi.

"Jangan, Ma..!!" Sahut Zahra dengan sedikit berteriak. Entah kenapa, karena ucapan ngawur abangnya tadi malam itu membuat Zahra jadi enggan untuk bertemu dia pagi ini.

"Zahra ke sekolahnya nebeng sama kawan Zahra aja, biar Zahra telepon dia dulu ya, Ma." Lanjut Zahra lagi dan kemudian menghubungi salah satu temannya.

Setelah Zahra selesai menelpon...

"Oke, Ma. Sebentar lagi Teman Zahra datang jemput Zahra. Mama pergilah kepasar." Ucap Zahra kemudian.

"Ya sudah, semoga ujian kamu sukses ya sayang. Dan.. Jangan lupa berdoa sebelum menjawab soal-soalnya ya." Kata Elisa sambil mengelus kepala anak gadisnya.

"Siap Ma." Sahut Zahra seraya menyalami tangan Mamanya.

Selang beberapa menit kemudian, teman Zahra pun datang menjemput. Zahra langsung bergegas keluar rumah namun langkah kakinya terhenti saat mendengar namanya dipanggil.

"Zahra..!!" Seru Haris yang baru keluar dari kamarnya dengan berpakaian rapi.

"Ya. Bang Haris sudah bangun?" Tanya Zahra berbasa - basi.

Tanpa menjawab pertanyaan Zahra, Haris malah berjalan mendekatinya dan sedikit mendongakkan wajahnya kearah pintu luar.

"Siapa yang datang?" Tanya Haris dengan curiga.

"Teman Zahra, bang. Dia jemput Zahra karena Mama pergi kepasar sama Pak Antoni." Jelas Zahra dengan santai.

"Cowok?" Tanya Haris dengan penuh selidik, matanya masih melirik kearah pintu. Zahra lalu menganggukkan kepalanya dengan mantap. Dan bersamaan dengan itu pula, teman cowok Zahra itu masuk kedalam rumah dengan sebelumnya mengucapkan salam. Cowok berkulit putih itu kemudian tersenyum ramah menampakkan lesung pipinya yang dalam itu kearah Haris. Namun, sedikitpun Haris tidak membalas senyumannya tersebut.

"Zahra berangkat dulu ya bang," Ujar Zahra kemudian. Baru saja Zahra akan beranjak dari tempatnya berdiri, Haris malah memegang tangannya dengan kuat.

"Abang gak izinin kamu pergi dengan dia." Ujar Haris dengan nada ketus yang membuat Zahra maupun teman cowoknya itu memandang dengan heran.

"Loh, Kenapa emangnya Bang?" Tanya Zahra dengan heran. Akan tetapi, Haris tidak menjawabnya. Ia malah memandang teman cowok Zahra dengan sinis.

"Kamu berangkat saja duluan, Zahra biar saya yang antar kesekolah." Kata Haris akhirnya masih dengan sikap yang dingin.

"Oohh.. Gitu ya bang, tapi.. Gak apa bang, sudah tanggung saya kesini bang biar sekalian aja berangkat sama saya Zahranya." Jawab Cowok itu dengan sedikit gugup.

"Ngak Bisa...!! Zahra gak boleh pergi dengan sembarangan cowok. Ya sudah.. Kamu berangkat sendiri saja." Kata Haris lagi dengan mengusirnya. Wajah cowok itu langsung berubah dan akhirnya pamit pergi dari sana.

"Iihhh... Bang Haris kenapa sih? Kok ngusir teman Zahra. Pasti Reno tersinggung dengan kata - kata bang Haris itu." Kata Zahra dengan kesal setelah Reno pergi.

"Biar saja. Bang Haris gak peduli." Jawab Haris dan kemudian menuju ke garasi untuk mengeluarkan motor besarnya. Zahra mengikuti abangnya dari belakang.

"Bang Haris gak seharusnya seperti itu. Reno itu baik Lo, dia mau jauh-jauh dari rumahnya untuk jemput Zahra. Tapi, bang Haris malah mengusirnya. Bang Haris kok gitu sih, aneh banget." Omel Zahra masih tidak terima dengan perlakuan abangnya terhadap Reno.

"Sudah lah kamu jangan banyak bicara, Zahra. Yuk lah kita berangkat, nantik kamu malah telat." Kata Haris yang sudah naik keatas motornya. Tapi, Zahra tidak menuruti perkataan abangnya itu. Dia tampak melipatkan tangannya di dada nya dengan wajah yang cemberut.

"Kamu marah sama abang?" Tanya Haris.

"Ya jelas marah donk, Zahra tu gak enak lah sama Reno. Pasti Reno tersinggung dengan kata-kata abang itu." Ucap Zahra dengan nada marah.

"Kamu kok jadi mikirin perasaan cowok itu? Bukannya mikirin perasaan Bang Haris." Haris malah balik memarahi Zahra.

"Kenapa Zahra harus mikirin perasaan Bang Haris? Kan yang salah bang Haris karena sudah ngusir Reno seenaknya saja" Jawab Zahra masih dengan ketus.

"Kamu itu gak ngerti juga ya Zahra. Bang Haris itu gak suka lihat kamu dekat - dekat dengan cowok, Bang Haris merasa cemburu, Ngerti tidak?!!" Kata Haris akhinya dengan setengah membentak yang membuat Zahra langsung terperanjat kaget.

💕

💕

💕

💕

BERSAMBUNG..

Terpopuler

Comments

Radheza Putry Nowry

Radheza Putry Nowry

Cieee... Yang cemburu ...

2022-12-30

0

lihat semua
Episodes
1 PROLOG
2 BAB 1 // MENJEMPUT KEDATANGAN
3 BAB 2 // SEBUAH PENGAKUAN
4 BAB 3 // CEMBURU
5 BAB 4 // MENGHINDAR
6 BAB 5 // PERGI JAUH LAGI
7 BAB 6 // PERGI TANPA PAMIT
8 BAB 7 // SARAN DARI SAHABAT
9 BAB 8 // PENJELASAN
10 BAB 9 // DIJODOHKAN
11 BAB 10 // SEBUAH PILIHAN
12 BAB 11 // MELEPAS KEPEGIAN
13 BAB 12 // KEGALAUAN ZAHRA
14 BAB 13 // JALAN HIJRAH
15 BAB 14 // MENGAGUMI
16 BAB 15 // KEHADIRANNYA KEMBALI
17 BAB 16 // MENGAKUI PERASAAN
18 BAB 17 // MENGIKUTI KATA HATI
19 BAB 18 // PERASAAN TAK MENENTU
20 BAB 20 // SAKIT
21 BAB 21 // PERHATIAN
22 BAB 22 // MENATA HATI
23 BAB 23 // MEMBERI PILIHAN
24 BAB 24 // RASA SEDIH
25 BAB 25 // KEMARAHAN
26 BAB 26 // DIBALIK KATA DIAM
27 BAB 27 // PERTEMUAN DUA KELUARGA
28 BAB 28 // SUATU KEBETULAN
29 BAB 29 // MENCOBA MEMPERJUANGKAN
30 BAB 30 // SEBUAH TUDUHAN
31 BAB 31 // KENEKATAN
32 BAB 32 // PENGAKUAN HARIS
33 BAB 33 // TERUSIR
34 BAB 34 // MENCARI KEBERADAAN
35 Bab 35 // TERTABRAK
36 BAB 36 // MENCOBA BERNEGOSIASI
37 Bab 37 // KEJADIAN SILAM
38 Bab 38 // MENERIMA KENYATAAN
39 Bab 39 // BEGITU MEMILUKAN
40 Bab 40 // MEMBUNUH PERASAAN ITU
41 BAB 41 // MENCOBA MEMBUKA HATI
42 PROMO KARYA BARU
43 BAB 42 // BERTUKAR PIKIRAN
44 BAB 43 // HUBUNGAN YANG SERIUS
45 BAB 43 // PERASAAN ZAHRA
46 BAB 44 // TATAPAN YANG ANEH
47 BAB 45 // HARI PERTUNANGAN
48 BAB 46 // LARANGAN HARIS
49 BAB 47 // SUATU KESALAHAN
50 BAB 48 // MENDENGAR PEMBICARAAN
51 BAB 49 // DESAKAN HARIS
52 BAB 50 // TERUSIR
53 BAB 51 // TENTANG KITA
54 BAB 52 // MENCARI HARIS
55 BAB 53 //
56 BAB 54
57 BAB 55
58 BAB 56
59 BAB 57
Episodes

Updated 59 Episodes

1
PROLOG
2
BAB 1 // MENJEMPUT KEDATANGAN
3
BAB 2 // SEBUAH PENGAKUAN
4
BAB 3 // CEMBURU
5
BAB 4 // MENGHINDAR
6
BAB 5 // PERGI JAUH LAGI
7
BAB 6 // PERGI TANPA PAMIT
8
BAB 7 // SARAN DARI SAHABAT
9
BAB 8 // PENJELASAN
10
BAB 9 // DIJODOHKAN
11
BAB 10 // SEBUAH PILIHAN
12
BAB 11 // MELEPAS KEPEGIAN
13
BAB 12 // KEGALAUAN ZAHRA
14
BAB 13 // JALAN HIJRAH
15
BAB 14 // MENGAGUMI
16
BAB 15 // KEHADIRANNYA KEMBALI
17
BAB 16 // MENGAKUI PERASAAN
18
BAB 17 // MENGIKUTI KATA HATI
19
BAB 18 // PERASAAN TAK MENENTU
20
BAB 20 // SAKIT
21
BAB 21 // PERHATIAN
22
BAB 22 // MENATA HATI
23
BAB 23 // MEMBERI PILIHAN
24
BAB 24 // RASA SEDIH
25
BAB 25 // KEMARAHAN
26
BAB 26 // DIBALIK KATA DIAM
27
BAB 27 // PERTEMUAN DUA KELUARGA
28
BAB 28 // SUATU KEBETULAN
29
BAB 29 // MENCOBA MEMPERJUANGKAN
30
BAB 30 // SEBUAH TUDUHAN
31
BAB 31 // KENEKATAN
32
BAB 32 // PENGAKUAN HARIS
33
BAB 33 // TERUSIR
34
BAB 34 // MENCARI KEBERADAAN
35
Bab 35 // TERTABRAK
36
BAB 36 // MENCOBA BERNEGOSIASI
37
Bab 37 // KEJADIAN SILAM
38
Bab 38 // MENERIMA KENYATAAN
39
Bab 39 // BEGITU MEMILUKAN
40
Bab 40 // MEMBUNUH PERASAAN ITU
41
BAB 41 // MENCOBA MEMBUKA HATI
42
PROMO KARYA BARU
43
BAB 42 // BERTUKAR PIKIRAN
44
BAB 43 // HUBUNGAN YANG SERIUS
45
BAB 43 // PERASAAN ZAHRA
46
BAB 44 // TATAPAN YANG ANEH
47
BAB 45 // HARI PERTUNANGAN
48
BAB 46 // LARANGAN HARIS
49
BAB 47 // SUATU KESALAHAN
50
BAB 48 // MENDENGAR PEMBICARAAN
51
BAB 49 // DESAKAN HARIS
52
BAB 50 // TERUSIR
53
BAB 51 // TENTANG KITA
54
BAB 52 // MENCARI HARIS
55
BAB 53 //
56
BAB 54
57
BAB 55
58
BAB 56
59
BAB 57

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!