UNCOMPLETED STORY
Hallo semua. Semoga selalu sehat yaaaa
bertemu lagi dengan cerita sederhana Yanktie. Jangan lupa masukkan FAVORITE, agar kamu selalu tahu kapan Yanktie update episode barunya.
WIENARNI POV
“Wah Awan sehat banget ya, kelihatan gemuk setelah diasuh Ririn,” celetuk ibu mertuaku. Hari ini aku sengaja mengundang ibu mertua dan kedua orang tuaku juga kakak perempuanku mbak Wienarsih atau yang dipanggil mbak Asih.
Aku hanya tersenyum manis dan memberi salim pada ibu mertuaku itu. Dia datang berdua suaminya, ayah mertuaku. Mereka tinggal tak terlalu jauh dariku. Rumahku di Cilandak Tengah I dan ibu mertuaku di Pondok Labu. Masih sama-sama Jakarta Selatan.
Awan adalah putra pertamaku. Usianya baru enam bulan, dan baru tadi aku berikan dia MPASI. Nama lengkapnya Ananda Wiryawan dan aku lebih senang memanggilnya Awan dari pada Nanda.
Suamiku Bayu Indratama, dia sarjana komunikasi. Sekarang bekerja sebagai wakil manager produksi disebuah tabloid yang cukup besar. Kami menikah dua tahun lalu begitu aku selesai kuliah D3 bisnis. Aku sendiri bekerja disebuah toko retail besar.
Tak lama mbak Asih dan suaminya serta dua keponakanku datang. Aku sangat senang. Ibuku malah datang sejak pagi. Dia ingin ikut membantuku masak. Padahal semua makanan sudah aku pesan ke tetangga yang terima catering. Aku tak mau terlalu repot. Toh yang datang hanya tiga keluarga saja, selain keluarga intiku. Jadi total hanya empat keluarga.
Setelah selesai makan siang semua duduk santai di ruang keluarga yang sekarang aku kosongkan untuk tempat Awan bermain. Di ruangan ini hanya ada karpet tebal besar dan TV besar di dinding. Tak ada meja atau kursi.
“Eh sudah kumpul semua ya, Rin tolong bawa Awan dan kamu pangku di sini,” aku meminta Marini yang biasa dipanggil Ririn membawa anakku ke ruangan ini. Marini adalah pembantuku yang direkomendasikan oleh ibu mertuaku.
“Bu, Yah, Pak, Bu, aku lagi belajar ngedit. Tolong kasih saran atas editanku ini ya,” aku membuka laptopku. Aku memanggil kedua orang tuaku IBU dan BAPAK. Sedang suamiku memanggil kedua orang tuanya dengan sebutan IBU dan AYAH. Sehingga aku juga memanggil kedua mertuaku dengan sebutan ibu dan ayah.
“Opo tho Wien, Ibu mana ngerti masalah edit,” jawab Iswarni ibu mertuaku. Dia meminta Awan untuk dia pangku. Dan Ririn akan mundur ke belakang.
“Kamu tetap di sini aja Rin,” pintaku lalu segera menyalakan tombol power. Suamiku santai memperhatikan ponselnya. Dia seakan tak peduli pada keramaian kumpul keluarga saat ini.
“Astagfirullaaaaaaaaaaaaaah … Bayu!” pekik ayah mertuaku yang bernama Joko Susetyo saat melihat layar laptopku memperlihatkan rekaman Bayu suamiku sedang mencium bibir Marini dengan lahapnya.
Suamiku segera melihat layar laptopku dengan nanar. Sementara Ririn hanya tertunduk. Aku tetap tenang. Karena aku sudah ji-jik melihat kelakuan busuk mereka hampir setiap hari.
Banyak kejadian terlihat di layar laptop milikku. Saat Bayu mengisap pu-ting Ririn sambil Ririn menggendong Awan. Atau Bayu meremas bo-kong Ririn ketika pembantuku itu lewat sambil menggendong Awan dan saat itu Bayu baru pulang kantor karena dia masih memegang tas kerjanya.
Ada juga saat Awan sedang diberi ASIP oleh Rini dan Bayu menciumi leher Ririn dengan buasnya seakan hanya Ririn lah yang bisa memberi dia kenikmatan seperti itu.
“Biadaaab kamu Le,” Iswarni, ibu mertuaku memaki anak tunggalnya yang paling hebat. Dan Iswarni sangat kecewa karena yang mencarikan Ririn untuk mengasuh Awan adalah dirinya. Dia tak menyangka gadis yang dia kira polos malah berbuat kotor seperti itu.
“Saya tak ingin ada penjelasan. Saya minta talak saat ini juga dan sampah seperti kamu Rin, silakan kamu ikut dengan lalat seperti Bayu. Karena sampah itu cocok dengan lalat. Kalau kamu perempuan baik, biar dirayu seperti apa pun kamu tak akan mau jadi selingkuhan,” tanpa tangis dan tanpa emosi aku minta suamiku menjatuhkan talak padaku saat ini juga didepan kedua orang tua kami.
“Bukan itu saja. Saya sudah melaporkan Ririn. Karena membuat anak saya tak banyak bergerak. Dia memberi obat agar Awan banyak tidur. Dia tidak mau repot menjaga Awan yang mulai aktif bergerak. Ini buktinya,” aku memindah rekaman CCTV. Di sana terlihat Ririn meneteskan cairan ke mulut Awan. Dan menyimpan botolnya kembali ke tas miliknya di kamar.
“Ibu tolong ambil sekarang tas dan ponsel Ririn. Saya yakin diponselnya banyak chat mesum dengan Bayu anak Ibu,” aku meminta mertuaku masuk ke kamar pembantu di belakang.
Iswarni ibu mertuaku mengambil tas Ririn dan akan mengeluarkan isinya tapi aku cegah. “Bu, pakai alat kalau memegang sesuatu di sana,” pintaku.
Saat itu mbok Ranti pembantuku sejak aku SMA masuk mengantarkan dua orang tamu yang aku tunggu kedatangannya. Dua orang berseragam polisi.
“Selamat siang Bu Wiwien,” sapa seorang petugas.
“Silakan Pak, ibu mertua sedang akan mengambil barang buktinya,” kulihat Ririn terisak dan menggeleng terus menerus. Dia seakan tak percaya sudah ditunggu oleh polisi yang menerima pengaduanku.
Joko Susetyo ayah mertuanya merebut ponsel ditangan Ririn. ”Bisa saya lihat Pak?” pintaku pada ayah mertuaku.
“Pak, suruh dia memberitahu kode kunci ponselnya,” bisikku pada seorang petugas yang berdiri dekat denganku.
Kulihat ibu mertua dibantu seorang polisi melihat tas Ririn. Di sana ditemukan satu botol obat yang sudah terbuka dan satu botol obat yang masih tersegel juga pil KB. “Edaaaaaaaaaan kowe Yu. Mulai sekarang kamu bukan anakku. Aku tak mau punya anak sebejad kowe,” teriak bu Iswarni.
Tak perlu dijelaskan apa arti pil KB bagi seorang perempuan tanpa suami seperti Ririn.
“Saudari Ririn, apa kunci ponsel ini?” petugas yang aku bisiki langsung bertanya dengan tegas.
Ririn memberi tahu kode ponselnya nya dan aku buka percakapan chat yang teratas. Kulihat nama PUJAANKU disana dengan foto profil suamiku yang sedang tertawa bahagia menggendong Awan ada di sana.
Kubikin screenshoot semua percakapan. Lalu aku kirim ke nomorku untuk aku gunakan sebagai barang bukti di pengadilan ceraiku nanti. Kukirim juga bukti itu ke ibu mertuaku.
“Bu Wiwien, kami langsung pamit. Ponsel kami bawa sebagai barang bukti sekalian juga botol obat dan pil KB serta tasnya,” dua orang petugas segera membawa Ririn keluar rumahku. Aku tak mencegahnya karena memang aku yang membuat pengaduan resmi.
Ririn diproses bukan karena jadi pelakor, tapi karena telah memberi obat berbahaya bagi bayiku.
“Bayu, saya minta sekarang juga jatuhkan talakmu. Dan besok akan saya urus proses cerai secara resmi,” tanpa menyebutnya Mas, atau Ayah seperti biasa, kusebut lelaki yang aku kenal sejak kami sama-sama duduk di SMP Negeri di Cipete. Dia kelas sembilan dan aku siswi baru kelas tujuh.
Lalu Bayu bersekolah di sekolah di SMA Negeri di daerah Pondok Labu Jakarta Selatan sedang aku di SMA Negeri daerah Bulungan, Blok M masih Jakarta Selatan
\=====================================================================
YANKTIE mengucapkan terima kasih kalian sudah mampir ke cerita sederhana ini. Ditunggu komen manisnya ya
Jangan lupa juga kasih LIKE, hadiah secangkir kopi atau setangkai mawar dan setiap hari Senin gunakan VOTE yang kalian dapat gratis dari noveltoon/mangatoon untuk diberikan ke novel ini ya
Salam manis dari Sedayu~Yogyakarta
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 234 Episodes
Comments