Tapi aku malah mendapat respon tak terduga! Tangan Ririn menggenggam tanganku. Bukan untuk menghentikan perlakuanku. Dia malah meremas jemariku.
Diberi perlakuan seperti itu tentu jiwa lelakiku memberontak. Aku mendekatkan wajahku ke wajahnya. Dia tak mundur atau menghindar. Kulihat bibirnya sedikit terbuka dan matanya terpejam seakan menunggu aku untuk ******* bibir tebalnya yang menggoda.
Dan siang itu pertama kalinya aku merasakan bibir hangat selain bibir Wiwien istriku. Cukup lama aku ******* bibir manisnya, dan kuhisap kuat lidahnya yang berhasil aku dapatkan. Ririn tak polos. Dia good kisser. Bisa mengimbangi permainan lidahku.
“Pak … ah pak,” desahnya sambil tangannya mengusap pangkal pahaku. Aku menghentikan pertempuran bibir kami ketika tangannya memegang erat senjata tempurku yang sudah siap menghujam sasaran. Tanpa pamit aku langsung kembali ke kantor membawa berkas yang tadi ingin ku ambil di rumah. Aku tak ingin rumah tanggaku hancur.
Di kantor tak bisa aku kembali fokus pada pekerjaan. ******* Ririn selalu terngiang. Berkali-kali aku ke toilet membasuh kepalaku.
Esoknya aku berupaya tak mendekati Awan ketika dia hanya berdua dengan Ririn. Aku menggoda Awan ketika dia digendong mbok Ranti atau Wiwien. Aku berupaya meminimalisir kedekatanku dengan Ririn. Aku ingin tetap setia pada Wiwien istri tercintaku.
Hari ini mbok Ranti ke rumah ibu mertuaku karena ibu mertua minta bantuannya untuk masak. Mertuaku ketempatan sebagai nyonya rumah arisan. Dan Wiwien mengantar simbok sekalian dia lembur di hari Sabtu ini.
Terpaksa aku berdua Ririn di rumah. Awan yang memang kalau malam tidur denganku sudah selesai dimandikan oleh Wiwien sebelum istriku berangkat lembur. Awan juga sudah kenyang minum ASI langsung dari Wiwien. Saat ini bayi gembul itu sedang tidur nyenyak.
Nanti kalau Awan bangun baru diberi ASIP. Memang Wiwien menerapkan ASI eksklusif. Selama enam bulan Awan hanya akan minum ASI tanpa tambahan sussu formula sebagai tambahan. Aku kagum pada istriku itu.
Aku sarapan sendirian. Aku lihat Ririn menggunakan kaos biasa tidak ketat dan celana kain dibawah lutut atau biasa disebut celana tujuh perdelapan. Tak ada kesengajaan menarikku untuk tergoda dari pakaiannya.
Kudengar Awan menangis dan Ririn langsung mengambil botol ASIP. Dia memanaskan ASI agar bisa diminum oleh Awan. Aku yang tidak tega mendengar tangisan bayiku langsung menuju kamarku untuk menggendongnya.
Aku membawa Awan ke ruang tamu dan duduk di sofa menunggu Ririn membawakan botol susuu untuk Awan. Ririn memberikan botol dan duduk mepet disebelahku. Aku tak bisa bergeser karena duduk dipinggiran kursi yang ada pembatasnya untuk dudukan tangan.
“Ade haus ya sayang,” Ririn menggoda Awan. Tangan kirinya memegang pahaku dan tangan kanannya mengelus pipi Awan. Pipinya hanya berjarak sangat dekat dengan bibirku. Dia menyibakkan rambutnya dan kuhirup bau shampoonya.
“Sini ikut Embak aja,” Ririn mengambil Awan dengan menekankan sikut kirinya dipahaku. Dia pangku Awan tapi bahunya bersandar di bahuku. Aku terpojok tak bisa bangkit. Kulihat leher jenjang Ririn berada sangat dekat dengan bibirku.
Rejeki tak mungkin aku tolak. Lehernya yang sangat dekat dengan bibirku langsung kulahap. Dia mendesah membuatku tambah ingin melakukan hal yang lebih.
“Aaah …,” kudengar desah Ririn saat aku memegang kedua pepaya mengkalnya dari belakang sambil mencecap leher bagian belakangnya. Banyak kiss mark aku buat, sambil tanganku memilin dua buah pepaya didada Ririn. Aku memegangnya langsung karena tanganku masuk kedalam penghalangnya. Bukan dari luar kaos.
Satu tanganku turun kupegang gundukan yang tertutup segitiga dari bahan kaos miliknya. Kuusap lembut rumput dibalik bahan kaos itu dengan sesekali jemariku menusuk lubang semut miliknya yang masih belum aku buka.
Aku mengambil Awan dan membaringkan putraku di sofa. Dan sekarang aku leluasa menciumi bibir tebal Ririn. Tak lupa satu tanganku menjelajah kesemua arena yang bisa aku jangkau. Kuusap rumput halus di sana sambil terus memainkan lidah Ririn. Lalu aku berpindah ke leher bagian depannya yang sejak tadi belum kuberi kiss mark.
“Bagian depan jangan dimerahin,” bisik Ririn sambil tangannya mengelus senjata tajamku. Aku pun patuh. Leher depannya hanya kukecupi, kadang kugigit pelan tanpa kuhisap. Dan jemari Ririn ternyata sudah memegang dan meremas meriamku secara langsung tanpa perantara kain celanaku lagi.
Tak sabar aku buka segitiga kaos Ririn dengan mudah. Dia tetap duduk disofa dan aku berjongkok di depannya bermain dengan lubang semut miliknya. Kukecup dan kuhisap hingga berkali-kali dia merasakan pelepasan.
Akhirnya aku pun membungkam lubang semut itu dengan senjata tajamku. Kuhujam berkali-kali hingga aku pun mendapat pelepasan. Tak cukup satu kali. Aku melakukan serangan ulang. Kami melakukannya di sofa.
Tersadar aku saat menembaknya tadi tak menggunakan pengaman. Aku langsung pergi ke apotik untuk membeli pil pencegah kehamilan. Aku tahu ada pil itu karena banyak teman yang menggunakannya.
Pil itu khusus untuk kontrasepsi darurat yang dapat mencegah sel telur dibuahi ******. Dan maksimal penggunaannya yaitu 72 jam setelah bercinta tanpa pengamaan. Aku juga membeli pil KB. Mulai besok Ririn harus rutin minum itu. Aku tak ingin punya anak dari perempuan lain selain istri sahku.
“Minum ini, aku tak mau kamu hamil. Dan kalau kamu hamil, aku yakin itu bukan anakku karena aku baru kali ini menyentuhmu dan kamu sudah tidak perawan!” tanpa kata-kata manis aku beri dia pil kontrasepsi darurat yang harus segera dia minum.
“Dan ini, kamu minum mulai besok,” lanjutku. Kulihat saat ini Awan sudah pindah ke box, tidak di sofa tempat kami bertempur tadi.
Sejak hari itu, tiap ada kesempatan aku menyempatkan diri menghujam Ririn. Beberapa kali dia kuberikan uang jajan yang cukup lumayan secara cash. Karena laporan mBankingku bisa dilihat Wiwien. Kalau ada bonus harian aku ambil sedikit untuk Ririn.
Aku tak berani mendatangi kamar Ririn saat malam. Aku hanya kencan dengan Ririn di rumahku pagi atau siang. Saat itu sengaja aku menyuruh mbok Ranti membeli sesuatu.
Bila malam sesekali Ririn menyatakan kangen akan hujamanku dan aku janjikan besok siang akan kuobati kangennya.
***
Siang ini dua bulan sudah hubunganku dengan Ririn. Istriku mengundang kedua orang tuaku dan orang tuanya serta kakak iparku untuk makan siang. Aku sangat senang kedua orang tua bahagia melihat Awan yang makin chubby.
Sehabis makan siang tetiba Wiwien berkata dia minta pendapat tentang hasil editannya. Aku tak tertarik melihatnya. Aku melihat email kerjaanku di kantor. Pekerjaanku tentu banyak menumpuk karena aku sering tinggal pulang untuk bertemu dengan lubang semut milik Ririn.
Satu bulan setelah aku menikmati lubang semutnya memang Ririn meminta nomor ponselku. Sejak itu dia sering menghubngi via chat meminta aku segera pulang saat Wiwien baru saja berangkat kerja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 234 Episodes
Comments