5. CURIGA

Bersyukurnya pagi ini kondisi tubuhku sudah pulih kembali. Bahkan aku merasa jauh lebih sehat dari sebelumnya.

Tanpa mengeluh sakit lagi langsung saja aku bergegas bersiap untuk berangkat ke kantor.

Aku sengaja datang lebih awal supaya nanti ketika naik lift bisa ikut bersama karyawan lainnya.

Aku berharap gak sendirian di dalam lift.

Dan benar aja, sesampainya di lantai bawah aku sudah melihat pemandangan beberapa karyawan lainnya yang sudah berjejer menunggu antrian di depan pintu lift.

Cepat-cepat aku berlari ke arah mereka untuk ikut menunggu bersama pokoknya jangan sampai ketinggalan karena aku masih dalam trauma.

Sesampainya di kursi kerja ku seperti biasa juga aku selalu bercermin gunanya untuk merapikan bedak yang longsor atau setidaknya membersihkan kalau ada kotoran dimata.

Sebenarnya aku mau seruput kopi yang memang setiap pagi Sela siapkan itu sesuai permintaan aku aja kalau setiap pagi sebelum aku sampai di kantor kopi sudah siap diatas meja.

Tapi kali ini entah kenapa aku merasa mual padahal hanya melihat gelasnya saja dan bahkan selera untuk menyentuhnya pun sama sekali gak ada.

Sedikitpun niat untuk menyeruputnya pun sirna

Karena tiba-tiba saja seperti ada bisikan misterius ditelingaku seolah memberitahu kalau kopi itu jangan sampai diminum.

Akhirnya segelas kopi yang biasanya aku nikmati setiap pagi, aku sia-siakan begitu saja.

Jam dua belas sudah menyapa dengan cahaya siang yang terang benderang, aku bisa melihatnya dari jendela yang sinarnya menembus dinding kaca.

Beberapa staff lainnya pun sudah meninggalkan ruangan untuk makan di kantin lantai bawah. Tapi kali ini aku memutuskan untuk tetap dimeja kerjaku. Rasa malas untuk bergerak turun sekedar membeli makanan ringan atau nelihat-lihat keadaan dibawah seolah mengisyaratkan kalau hari ini aku hilang napsu

Akhirnya aku putuskan hanya duduk menahan rasa lapar sembari bersandar dikursi dihadapan komputer sambil tangan masih memegang kendali mouse.

Padahal gak aku rencanakan tapi pikiranku membawaku untuk membuka facebook di komputer.

Saat bersamaan akun facebook sudah terbuka, tiba-tiba saja ada suara perempuan yang sudah sering menggangguku. Nini. Dia menggodaku dari balik punggungku

"Hari gini masih pakai facebook" ucapnya

Aku tahu dia hanya bercanda

Tapi karena aku malas bicara akhirnya suara garingnya gak aku gubris. Meski begitu dia menarik satu kursi dan duduk disampingku

"Udah sehat Nis ?" tanyanya

Akhirnya aku menjawab dengan terpaksa

"Udah"

"Kok lu gak makan sih ?" tanyanya lagi

"Lu sendiri kenapa gak makan ?" tanyaku balik

Nini menghela napasnya kemudian berbicara dengan nada yang dibuatnya menyedihkan "Sekarang ini udah tanggal tua makanya dompet udah menipis. Itulah sebabnya gua ke sini mau minta traktir sama lu, eh rupanya lu gak turun makan. Emm" ucapnya

Tapi aku gak begitu merespon ucapannya, Dalam bersamaan justru aku malah lebih fokus membuka pesan masuk dari Rima.

Rupanya Rima sudah membalas pesanku

"Apa kabar Nissa. Semoga sehat selalu ya" balasnya, dia juga memberikan gambar emoticon senyum dan peluk

Membacanya aku sumringah karena Rima masih ingat kepadaku.

Karena Nini merasa gak dihiraukan akhirnya Nini menepuk pelan pundakku "Kenapa lu senyum-senyum. Lagi chating sama om-om ya ?" godanya

Aku menolehnya tanpa tersinggung

"Bukan, gua lagi buka pesan masuk dari temen lama gua sewaktu di SMA" jawabku

Nini mengangguk "Oh, cowok ya ?" tebaknya

"Bukan" jawabku cepat.

"Kok lu sumringah banget" koreknya, curiga

"Emangnya kalau gua sumringah ketemu teman lama, gak boleh ya !" timpalku

"Boleh kok. Aman. Itu aja tersinggung" ucap Nini sembari mencolek lenganku

Jam sepulu lewat beberapa menit aku hendak ke pentri. Dapur kantor. Setiap lantai ada. Ruangannya kecil hanya cukup terisi dua orang. Sembari membawa gelas keramik putih yang masih terisi kopi aku berjalan santai saja.

Aku pikir Sela gak ada di dalam tapi rupanya setelah sampai dia ada diruangan sempit itu sedang mencuci piring.

Sela menyadari kedatanganku kemudian menyapaku dengan ramah sembari melirik bawaanku ditangan "Mbak" sapanya

Dia melempar senyum ramah kepadaku akan tetapi justru aku malah kaku karena bingung harus terang-terangan membuang kopi yang dibuatnya didepan kedua matanya atau sebaiknya aku harus bagaimana

Pelan-pelan aku mendekatinya tapi tanganku masih erat memegang gelas. Sementara Sela sebentar lagi selesai dengan pekerjaannya.

Sela menolehku, dia langsung menawarkan tenaganya setelah selesai mencuci

"Aku bantu cuci aja, Mbak" pintanya sembari membuka kedua telapak tangannya

Tapi sertamerta aku menolaknya "Oh gak usah gak apa-apa aku aja yang cuci. Lagian aku mau seduh teh juga kok" ucapku

Tapi Sela justru semakin memaksa karena nalurinya sebagai asisten sangat dia pertanggungjawabkan "Gak apa-apa Mbak aku bantu aja ya. Atau aku bikinin teh ya ?" ucapnya sembari hendak mengambil gelas baru.

Tapi langsung saja aku lerai supaya dia gak melakukannya "Gak usah Sela, kamu pergi aja" ucapku

Melihat sikapku yang dingin kepadanya, Sela menatapku heran seolah dia sedang membaca pikiranku.

Tapi aku tetap dengan wajah yabg tenang seolah gak ada pikiran buruk kepadanya

"Loh memangnya kenapa Mbak ?" tanyanya

Aku menyeringai supaya dia gak curiga "Gak apa-apa Sel" ucapku sembari menumpahkan kopi di wastafel yang sejak tadi aku tahan.

Sela melihatnya cukup tersinggung tapi gak marah. Suaranya masih pelan dan ramah "Loh, kopinya kok dibuang Mbak ?" tanyanya.

Aku yang mendengar pertanyaannya berusaha untuk terus tenang "Iya Sel maaf ya, tadinya hari ini aku mau minum teh tapi kamu malah hidangin kopi" ucapku

"Loh, bukannya Mbak sudah simpan nomor telpon aku .Kenapa gak bilang aja sebelumnya kalau hari ini Mbak mau teh" ucapnya

Sembari mendengarkan ucapan Sela aku sudah selsesai membersihkan gelasku. Kemudian menjawabnya saat menuangkan gula dan teh digelas keramik yang tadi aku bawa

"Tadi aku buru-buru berangkat kerja jadinya gak kepikiran kabarin kamu" jawabku

Sela mengangguk paham "Oh gitu, ya udah gak apa-apa Mbak. Aku ke bawah dulu ya" tutup Sela sembari pamit pergi meninggalkan aku sendiri

"Iya Sel" jawabku

Jam lima sudah tiba, sinar matahari siang sudah terganti dengan cahaya sore yang cantik jingga.

Aku yang biasanya bergegas pulang dengan santai saja sekarang harus buru-buru merapikan arsip dan beberapa dokumen yang berserakan diatas mejaku.

Karena aku gak mau berada didalam lift sendirian. Aku harus bisa bersama dengan orang lain yang aku kenal.

Meski beberapa orang sudah turun tapi beruntungnya Nini masih ada dimejanya, dia masih merapikan dokumen, file yang sejak seharian dia kerjakan.

Tanpa pikir panjang langsung saja aku mendekatinya karena dia sudah ada tanda-tanda sebentar lagi akan bergegas pulang

"Nini tinggu !" panggilku sambil mendekat disampingnya

Nini menolehku sembari mengambil tas nya, dia heran melihatku yang tumben mau turun bersama dengan lainnya. Karena biasanya aku selalu pulang lebih dari jam lima bahkan bisa jam setengah tujuh malam pada saat semua sudah gelap dan sepi hanya ada aku dan Pak Satpam.

"Tumben banget pulang jam segini ?" tanyanya

"Iya kerjaan lagi sedikit" jawabku cepat

Nini tersenyum kecil "Kerjaan apa karena lift nih ?" singgungnya

Aku menghela napas, seolah mengakui tebakannya "Ya udah ayuk pulang keburu malam" ajakku sembari menarik tangannya

Terpopuler

Comments

💎hart👑

💎hart👑

karna takut d lift sendirian sih sebenernya 🤭...

2022-11-28

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!