4. JATUH SAKIT

Setelah sampai di apartemen langsung saja aku merebahkan tubuhku diatas kasur tanpa menyalakan Ac karena tubuhku butuh dihangatkan oleh selimut. Saat aku tarik selimut dan berupaya memejamkan mata tiba-tiba saja dengan jelas bayangan perempuan di lift tadi muncul dari balik mataku. Seketika saja aku langsung membuka mata dan bersembunyi dibalik selimut. Aku sangat takut kalau sampai dia datang ke sini.

Tubuhku semakin panas dan kepalaku semakin sakit ditambah lagi seluruh tulang ditubuhku terasa remuk dan nyeri. Aku gak bisa berbuat apa-apa selain menangis dan berdoa.

Mulutku terus saja melantunkan doa tanpa henti berharap pikiranku kembali tenang, tapi karena kondisi hatiku yang masih kacau akhirnya doa bagai percuma.

Meski begitu aku tetap berusaha semakin sering mengucap doa sampai akhirnya aku bisa menyesuaikan ketenangan hati yang sejak tadi gundah karena trauma yang masih membekas.

Dalam beberapa saat akhirnya pelan-pelan pikiranku mulai tenang dan tanpa sadar aku pun tertidur lelap

Hingga akhirnya aku terbangun sudah disaat langit sudah gelap.

Aku menoleh jam dinding yang menunjukkan jam tujuh malam. Tapi kepalaku masih agak pusing meski gak sesakit tadi siang tapi bersyukurnya suhu tubuhku sudah kembali normal, meski begitu aku tetap merebahkan tubuhku karena masih lemas apalahi tulang kaki terasa linu jika dipaksakan beranjak.

Dalam bersamaan hape yang sejak tadi ada disampingku tiba-tiba saja berbunyi kencang sampai membuat aku sontak terkejut.

Saat aku raih rupanya panggilan dari Tina. Langsung saja aku terima sambungan teleponnya dengan cepat.

Dengan suara yang masih serak dan nada yang lemah aku menjawabnya

"Iya Tin" jawabku

Rupanya Tina langsung mengenali suaraku yang berbeda, dia paham kalau aku dalam kondisi yang gak biasa.

"Suara lu kok serak gitu, lagi batuk ya ?" tanyanya

"Enggak" jawabku singkat

Tapi Tina gak mau membahas itu lagi, dia langsung bicara sesuai tujuannya menghubungi aku

"Nongkrong yuk !" ajaknya sertamerta

Tapi aku menolaknya

"Lu dulu aja deh, gua lagi gak enak badan nih" jawabku

Tina sedikit kecewa mendengarnya "Yaah, main sini. Banyak cowok ganteng di sini" bujuknya.

Tapi aku tetap menolaknya

"Gak dulu deh Tin Kepala gua lagi sakit nih. Kayaknya emang butuh istirahat banyak" ucapku

Akhirnya Tina mengalah "Ooh, sakit apa sih ?" tanyanya

"Panjang ceritanya" jawabku

Mendengarnya Tina bingung "Loh kok bisa panjang ceritanya ?" tanyanya

"Gua gak bisa ceritain sekarang, mungkin nanti kalau gua siap. Sekarang gua cuma mau istirahat dulu" ucapku

"Ooh, kalau gitu. Lu udah minum obat belum ?" tanyanya

"Belum sih. Dari siang gua emang gak minum obat" jawabku

"Wah, gimana bisa sembuh. Kalau gitu gua anterin ke dokter aja ya. Tunggu gua" ucapnya

Mendengarnya aku lega "Iya Tin. Gua tunggu ya" ucapku

"Oke sampai nanti ketemu" tutupnya

"Iya Tin, hati-hati ya" balasku

Setengah jam menunggu akhirnya Tina sampai di apartemen lantai delapan belas tempat aku hidup seorang diri.

Setelah aku persilakan masuk Tina duduk disampingku diatas sofa. Dihadapannya ada makanan ringan yang sudah aku siapkan untuknya.

Demi kedatangannya aku rela menggerakkan tubuhku meskipun tulang belulangku terasa nyeri

"Dimakan aja Tin. Ini gua siapin buat lu" sodorku menyuguhkan setoples kerupuk kulit kesukaan dia

Dengan cepat Tina mengambilnya lalu memakannya sampai terdengar suara renyah dalam mulutnya

"Kapan belinya, Nis ?" tanyanya sambil mengunyah

"Itu sengaja gua stok. Buat cemilan aja" jawabku

"Oh gitu. Jadi jam berapa kita ke dokter ?" tanyanya begitu cepat menubah topik

"Sekarang juga gak apa-apa" ucapku

Mendengarnya, Tina langsung bergegas mengambil tas nya dan berdiri

"Ya sudah kita berangkat sekarang aja" ajaknya sembari melangkah pelan ke arah pintu

Akhirnya aku dan Tina pergi bersama dengan menggunakan mobilnya.

Sepanjang jalan Tina menyetel musik disko tapi kali ini aku gak suka mendengarnya

"Ganti lagu aja Tin, kepala gua makin sakit dengar musiknya jedag jedug begitu" ucapku

Tina yang gak keberatan akhirnya mengganti ke lagu menjadi musik yang melow

"Ini gimana ?" tanyanya kepadaku

"Ini oke sih" anggukku setuju

Dalam bersamaan sembari menyetir dengan hati-hati Tina mulai menanyakan kembali perihal apa yang terjadi kepadaku

"Sebenarnya lu sakit apa sih ?"tanyanya

Aku meliriknya kemudian menarik napas pertanda kalau sebenarnya aku belum siap cerita. Tapi rasanya aku perlu cerita kepadanya supaya aku gak memendam sendirian saja

"Gua lihat hantu di lift" ucapku pelan

Tina menolehku sebentar kemudian kembali fokus menyetir "Masa sih ?" ucapnya sembari menyeringai gak percaya

"Iya, pasti lu gak percaya kan" timpalku

Tina tersenyum "Mungkin aja lu lagi capek jadinya halu " ucapnya

Mendengarnya aku hanya diam bersandar

Rupanya begini rasanya kalau bersaksi tentang hal mistis padahal fakta tapi yang mendengar gak percaya sama sekali

Lampu-lampu jalan ibu kota Jakarta begitu cantik menghiasi malam yang kelabu, tapi suasana kota yang ramai menjadi terasa lain bagiku.

Tengah perjalanan aku mulai sesekali menggigil kedinginan padahal aku sudah memakai baju hangat dan rupanya Tina menyadarinya

Sambil menyetir dia sesekali menoleh gelagatku yang duduk gelisah disampingnya

"Lu kedinginan ya ?" tanyanya

"Iya nih" ucapku sembari menahan dingin dengan melipat kedua tangan didada

"Bentar lagi sampe, bertahan ya" ucapnya membesarkan hatiku

Aku mengangguk saja sembari menikmati lagu melow yang terus berputar

Gak sampai Setengah jam akhirnya Kami sampai di Klinik temannya Tina. Kebetulan Tina punya kenalan seorang dokter.

Aku dan Tina turun kemudian bertemu temannya saat mereka kost bersama dijaman mereka kuliah. Laura. Namanya. Aku pernah sekali bertemu dengannya di kafe saat diundang makan bersama dengan Tina tapi sampai sekarang aku masih belum akrab dengannya

Sesampainya diruang temannya, Laura langsung menyambut kami seolah dia sudah tahu akan kedatangan kami

"Hai, Tina !" sambutnya sembari melempar senyumannya kepadaku juga "Hai, Nissa"

"Hai, Laura. Udah beberapa minggu nih kita gak nongkrong bareng lagi" ucapnya

Sementara aku hanya membalas senyum karena gak punya tenaga untuk berbalas sapa. Belum juga disuruh duduk oleh Laura tapi aku lebih memilih untuk duduk lebih dulu karena tulang kaki aku seolah gak sanggup menopang tubuhku.

Laura yang melihat kondisiku yang makin memprihatinkan akhirnya berinisiatif langsung memeriksa tubuhku dengan stetoskop kemudian memeriksa dengan cara lainnya.

Setelah diperiksa dengan banyak cara akhirnya hasilnya dia temukan. Sementara aku mendengarkannya masih sesekali menggigil

"Kamu hanya demam aja. Karena kelelahan" ulasnya

Tina langsung menyambar "Tuh kan bener apa kata gua, lu itu kelelahan. Jadi jangan aneh-aneh kalau sakit lu ini karena lihat setan" ucapnya

Laura yang mendengar akhir kalimat Tina jadi penasaran "Lihat setan ?" tanyanya heran

"Iya dia cerita lihat setan di lift kantornya" ucapnya

Laura menatapku "Kapan ?" tanyanya

Aku jawab dengan nada pelan

"Tadi siang. Panjang ceritanya" ucapku

Laura mengangguk pelan "Mungkin kamu lelah jadinya berhalusinasi. Biar aku kasih resep obatnya ya" ucapnya

Mendengar jawaban Laura begitu, Tina tersenyum kemudian menolehku seakan dia merasa kalau bukan hanya dia yang gak percaya kepadaku.

Akhirnya Tina kembali mengantarkan aku pulang sampai kamar. Dia juga yang membantuku menyiapkan obat yang harus aku minum. Bahkan dia menyuapiku makan

Pukul sebelas malam akhirnya Tina beranjak pulang setelah merasa kesehatan aku sudah mulai membaik

"Gua pulang dulu ya, Nis" pamitnya.

"Iya makasih banyak ya" ucapku

"Iya sama-sama Nis" balasnya sembari melangkah pergi

Terpopuler

Comments

💎hart👑

💎hart👑

semangat lanjut Kaka cantik 🤗💪💪💖

2022-11-23

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!