ANAK ARWAH

ANAK ARWAH

1. NINI, SELA, JAILANGKUNG

Ini adalah hari senin, hari dimana kejenuhan kembali mematahkan semangat hidupku. Sama persis seperti hari-hari sebelumnya, meja kerjaku kembali penuh dengan segudang dokumen penting dari suplier dan customer yang harus aku selesaikan hari ini juga. Pekerjaan yang menumpuk sejak seminggu yang lalu.

Tapi meski begitu aku tetap membiasakan diri untuk tetap tenang demi membayar segala hutang-hutang pribadiku setiap bulannya.

Yang paling utama sebenarnya diatas mejaku selalu ada cermin tepat disamping monitor komputer kerja ku dan didampingi segelas kopi susu panas juga ada disampingnya. Gak ada maksud mistis tertentu tapi itu adalah hal yang wajib ada jika aku sudah tiba di ruang kerja ini.

Duduk dengan santai sembari bercermin sebentar adalah ritual yang paling awal aku lakukan sambil juga bersandar melepas penat selama dalam perjalanan, gak lupa juga menikmati sruput demi sruput kopi susu hangat buatan tangan mbak Sela, dia Office Girl baru di kantor berlantai lima ini. Dia masih muda, masih sembilan belas tahun.

Setelah dua ritual itu aku lakukan aku mulai kembali menyelesaikan tugasku tapi Nini rekan kerja di perusahaan bahan baku kimia ini justru mendekati meja kerjaku sembari berdiri membelakangiku, sepertinya dia sibuk mencari sesuatu yang penting baginya. Tanpa meminta ijin sepatah kata pun kepadaku dia terus menerus mengobrak abrik tempat alat tulis ku

Aku yang sejak tadi sedang mengetik keyboard komputerku menjadi agak risih atas kehadirannya yang cukup menggagu konsentrasi

Saking risihnya akhirnya aku putuskan untuk menanyakan apa yang dia cari, maksud hati supaya dia cepat pergi jika aku tahu apa yang dia mau

"Nyari apa sih Ni ?" tanyaku seolah bicara kepada punggungnya

Tanpa menolehku Nini menjawab dengan nada santai "Cari penggaris" jawabnya yang terus saja mencari-cari.

Mendengarnya jemariku berhenti mengetik kemudian menatap punggungnya

"Bukannya kemarin penggaris gua udah lu ambil buat main jailangkung sama Sela ?" ucapku

Mendengar begitu seketika Nini membalikkan badannya, dia menatapku dalam-dalam seolah dia baru ingat kalau penggaris yang dia pinjam memang belum dia kembalikan

"Oh iya ya, sori gua lupa. Haha" ucapnya diakhiri tawa garing

Tapi aku gak membalas tawanya.

Tapi malah menagihnya

"Sekarang mana penggaris gua ?" tanyaku

Nini malah bingung wajahnya acuh seperti gak mau tahu lagi tentang perkara penggaris besi yang dia hilangkan

"Nggg, gua gak tahu kemana. Padahal, perasaan gua sih ada di meja gua tapi kok gak ada ya" ucapnya tapi masih mau kembali mengingat-ingat

Aku menghela napas berusaha menahan sabar menghadapi sikapnya yang memang susah bertanggung jawab kepada hal apa pun

"Ya terus kemana dong, masa diambil jailangkung sih, buat apa dia ?" sindirku

Nini nyeletuk "Buat anaknya sekolah, mungkin" candanya

Tapi kalimat lawaknya sama sekali gak aku gubris, bagiku itu gak lucu sama sekali. Aku lebih berharap dia gak pernah lagi mengganggu aku saat sibuk bekerja

Akhirnya aku usir saja dia

"Udah deh lebih baik sekarang juga lu pergi deh, gua lagi sibuk !" ucapku berusaha kasar

Tapi memang dasar Nini yang gak pernah tersinggung kepadaku, dia malah menarik satu bangku dan duduk tepat dihadapanku dan dia lebih memilih untuk ngobrol denganku. Raut wajahnya serius seolah dia berharap kalau aku juga harus serius menanggapinya.

Dia menarik napasnya sekali dan mulai menceritakan hal yang sebenarnya bagiku gak masuk kedalam akal

"Eh, Sela anak Indigo loh" ucapnya sertamerta

"Gak percaya !" balasku cepat.

Raut wajahku yang gak peduli sama sekali terlihat jelas untuknya tapi rupanya dia gak memahami itu

Tapi Nini tetap berusaha meyakinkanku sampai-sampai dia mengubah posisi duduknya menjadi tegak dan wajahnya juga dia condongkan ke arah wajahku

Dia masih ngotot kalau aku harus percaya dengan apa yang dia beritakan

"Ya ampun Nissa, harusnya lu percaya karena itu beneran fakta. Dia itu bisa lihat masa depan orang lain !" ucapnya

Semakin dia meyakinkanku semakin aku mengernyitkan alisku , aku merasa kalau itu hanya halusinasi Sela aja. Mungkin Indigo itu sejatinya memang ada tapi aku gak percaya saja kalau Sela punya kelebihan macam itu.

Karena Nini sudah nyaris memakan jam sibukku akhirnya aku paksa Nini untuk pergi dengan menggusur tubuhnya dengan tanganku

"Udah deh, lebih baik kita kerja aja dulu. Kerjaan gua banyak nih" putusku

Tapi Nini masih bertahan pada singgahsananya "Bentar, Nis. Gua mau cerita supaya lu percaya. Dengerin gua...."

"Stop!" potongku cepat

Tapi Nini masih berharap kalau aku harus dengar "Dengerin dulu, ini seru !" paksanya

"Ya udah tar aja makan siang ya" tawarku

Nini menolaknya "Sekarang aja, karena nanti makan siang gua mau pergi ke mall sebelah sama Ratna, Ci Dian dan Mas Jeko" jelasnya

"Ngapain kalian ke mal ?" tanyaku

"Si Jeko, marmutnya ulang tahun" jawabnya ngasal

Aku tetap diam dan gak tertarik pada ceritanya. Tapi Nini berharap seolah harus diceritakan kepadaku sekarang juga bagai gak ada waktu tersisa seakan besok dia akan mati.

Akhirnya aku memberikan kesempatan untuknya bercerita dengan syarat

"Oke sekarang cerita, tapi tolong dirangkum jangan sampai muter-muter !" ucapku

Nini memberikan aku dua jempol tangannya tepat dihadapan wajahku "Oke sip !"

Kemudian Nini mulai bicara lagi

"Sela bilang di perusahaan ini banyak setannya" ucapnya

"Lah, kalau masalah itu kan semua karyawan sini juga tahu. Bu Cecilia aja tahu !" ucapku.

Bu Cecilia itu owner perusahaan ini

Nini menelan liurnya seolah ceritanya sudah basi didengar tapi dia masih ada kalimat lain yang harusnya membuat aku ngeri mendengarnya

"Iya memang semua yang kerja di sini udah pada tahu. Tapi kan belum pernah ada yang lihat wujudnya kayak apa" ucapnya

Tapi aku tetap tenang mendengarnya

"Jadi maksud lu si Sela bisa lihat hantu kah ?" tanyaku dengan nada santai

Nini mengangguk cepat "Iya!" jawabnya

Aku makin menyepelekan ucapan Nini "Gak percaya" ucapku

"Jadi lu gak percaya ya kalau ada orang yang bisa lihat hantu ?" tanyanya

"Gua percaya ada orang yang bisa lihat hantu tapi gua gak percaya kalau orang itu adalah Sela" jawabku yang mulai melanjutkan pekerjaan

Tapi lagi-lagi Nini belum puas dengan tanggapanku, dia tetap berbicara meski lima staff lainnya yang ada dalam satu ruangan ini sudah sibuk dengan pekerjaan masing-masing.

"Tadinya gua juga gak percaya sama dia, tapi sewaktu dia ajakin gua main jailangkung suasananya tuh beda banget" ucapnya

"Ya itu kan karena lu cuma main berdua aja makanya sepi" timpalku

Nini mengelak "Oh enggak kok. Kalau lu gak percaya kita buktikan main jailangkung bertiga" ajaknya tiba-tiba

"Gak mau !" tolakku cepat

"Ya itu kan biar lu percaya aja sama cerita gua, Nissa Kusumawijaya" ucapnya

Aku menghela napas untuk kesekian kalinya

"Oke, sekarang lu kasih gua cerita yang paling mengerikan sampai akhirnya gua bertanya-tanya dalam hati" pintaku

"Oke. Jadi, sewaktu gua main jailangkung. Sela itu baca mantranya berbisik sambil menutup matanya. Gua dengarnya gak jelas dia ngomong apa. Tiba-tiba gak lama kemudian gua ngerasa dingin banget...."

"Lu lagi masuk angin kali !" timpalku, cuek.

"Diem dulu jangan dipotong !" ucapnya

"Oke" ucapku cepat

"Sewaktu badan gua dingin, gua pikir juga gitu. Jadi gua mikir itu hanya angin lewat aja dan posisinya juga gua laper. Tapi semakin gua rasakan dinginnya itu kok beda sampe bikin gua mual gak lama tiba-tiba jailangkungnya jatuh terus mutar-mutar dilantai. Akhirnya gua sama Sela kabur terbirit-birit" ucapnya

Aku diam menatapnya, sebenarnya mau tertawa tapi takut merusak mood nya karena dia sudah berusaha bercerita seepik mungkin.

"Gua heran deh sama lu dan Sela, dan sama semua orang yang suka main jailangkung tapi ujung-ujungnya kabur. Buat apa sih ?" tanyaku

Nini diam seolah berpikir suatu hal untuk bisa menjawabku. Tapi pada akhirnya dia hanya diam saja

"Lu dan Sela istilahnya manggil hantu, giliran datang lu malah kabur. Lu tuh sudah melanggar norma perjailangkungan dan lu dan semua orang yang mempermainkan jailangkung adalah orang-orang yang gak berprikejailangkungan" ucapku

Nini tersenyum mendengarnya "Bisa aja lawakannya" ucapnya

"Udah sana kerja !" usirku lagi

"Tapi lu percaya kan ?" tanyanya lagi

"Gua gak tahu harus jawab apa" jawabku

"Eh, omong-omong Sela bisa juga loh ngeramal masa depan. Coba deh lu minta ramalin jodoh sama dia. Siapa tahu kalau jodohnya miskin lu bisa ada planning buat ganti. Hihi" pungkasnya sembari pergi

Terpopuler

Comments

💎hart👑

💎hart👑

wah karya baru...
semangat berkarya Kaka cantik💪💪🤗🌹

2022-11-18

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!