Kesokan harinya aku kembali bekerja, kali ini aku bangun gak terlambat tapi kemacetan dijalan membuat perjalananku seolah sia-sia.
Apalagi aku harus menunggu pintu lift terbuka cukup lama. Paling lama lima menit seperti menunggu lift di apartemenku. Padahal kantor ini hanya lima lantai tapi entah kenapa menunggu lift saja bisa selama itu. Dan hal itu masih misteri sampai sekarang
Sudah jam sembilan lewat lima menit aku masih berdiri menunggu pintu lift terbuka tapi sudah lima menit menunggu, pintu masih saja belum terbuka.
Gak lama kemudian seorang perempuan berpakaian rapih dan wangi bunga menyengat ikut berdiri disampingku. Rambutnya hitam lebat sepunggung sengaja digerai sampai menutupi sebagian wajahnya.
Aku gak begitu memperhatikan rupa wajahnya aku hanya meyakini kalau dia cantik tapi terasa dingin.
Beberapa saat kemudian akhirnya lift terbuka dalam keadaan ruang kosong seketika juga kaki kami mulai melangkah masuk bersamaan.
Saat pintu sudah tertutup kembali aku tersadar kalau perempuan itu gak ada bersamaku harusnya dia berdiri disampingku. Padahal jelas-jelas aku melihat dia ikut melangkah masuk
Seketika juga bulu kuduk berdiri, ruang lift mulai terasa hangat dan semakin terasa kurang oksigen.
Hari ini aku merasakan pertama kalinya gangguan mistis di kantor ini setelah banyak orang bersaksi dan aku gak pernah percaya.
Untuk ke lantai selanjutnya rasanya bagai menunggu berjam-jam padahal aku hanya beranjak ke lantai empat tapi rasanya seperti naik ke lantai seribu. Aku merasa kalau ini sudah gak lazim lagi karena pernapasanku mulai sesak dan aku semakin berkeringat karena ruang semakin terasa panas, sementara pintu lift belum juga terbuka. Entah kenapa jarak lantai begitu terasa jauh.
Akhirnya sudah sampai di lantai tiga tapi aku justru semakin panik padahal sebentar lagi akan sampai dilantai empat tapi karena dada aku semakin sesak dan kulitku sudah dehidrasi, pikiran sudah sampai diambang kematian
Aku semakin panik setelah perpindahan ke lantai empat semakin lama. Akhirnya aku mulai mendobrak dobrak pintu lift dengan begitu panik
Aku teriak histeris berharap bisa melewati perkara ini
Brukkkh...brukhhh..brukhhh !!!
"Tolong !"
Brukkkk...brukkkkh !!!
"Tolong !"
Teriakku yang sebenarnya percuma karena hanya aku yang bisa mendengarnya
Namun pintu masih saja diam tertutup rapat
Kaki mulai gemetar tubuh mulai lemah, tenggorokan makin terasa kering, aku sangat haus.
Tapi meski begitu dengan sisa tenaga yang aku punya, aku terus mendobrak-dobrak pintu dengan kedua tanganku yang semakin lemah.
Beberapa saat hampir putus asa akhirnya pintu terbuka lebar dan langsung memperlihatkan wajah Nini yang rupanya berdiri dihadapanku. Nini hendak masuk tapi tertahan oleh dirinya sendiri.
Seketika saja aku keluar dari lift sementara Nini lebih memilih untuk mengintrogasiku, raut wajahnya heran menatapku yang masih dalam ketakutan besar dan dia lebih heran melihat kehadiranku yang datang ke kantor dijam yang gak sepantasnya
"Astaga Nissa jam segini baru sampai kantor ! Orang-orang udah mau istirahat tapi lu malah baru datang" ucapnya heran tapi tersbesit dipikirannya kenapa aku ketakutan
"Lu kenapa kayak ketakutan begitu. Lu takut dimarahi Bu Cecil karena datang jam dua belas begini ya ?" tanyanya
Sambil masih dengan napas yang tinggal separuh, aku menggelengkan kepala
Tapi Nini masih penasaran "Terus kenapa lu ketakutan, lu juga lusuh begini. Badan lu berkeringat sampai basah banget" ucapnya sembari memperhatikanku dari atas kepala sampai kaki
Aku menarik napas dalam-dalam "Panjang ceritanya" jawabku singkat karena masih menyisakan rasa takut tapi gak berani menoleh ke belakang
Melihat gelagatku yang mencurigakan akhirnya dia ikut panik setidaknya dia sudah ada prasangka kalau aku mengalami hal klenik "Lu kenapa sih. Jangan nakutin gua kayak gini dong ?" paniknya
Tapi aku masih belum bisa menjawabnya, apalagi sejak tadi aku terus mengatur napas yang masih terengah-engah dan tenggorokan yang sangat haus membuat aku semakin lemah untuk bicara banyak.
Dari situ Ninik mulai sadar kalau aku sedang gak baik-baik saja.
Akhirnya Nini memutuskan menarik tanganku sampai ke ruang kerja yang sudah gak ada siapa-siapa lagi karena semua pergi ke kantin. Nini melepaskan tangannya ketika sudah dimeja kerjanya, kemudian memberikan aku kursi dan minum.
"Duduk disini Nis" ucapnya sembari memberikan kursi untukku
"Nih, minum dulu" sodornya memberikan aku air putih kemasan miliknya
"Ada apa sih Nis ?" tanyanya lagi sembari menunggu jawaban setelah aku selesai minum
Tapi aku masih belum siap cerita karena bayang-bayang kejadian barusan membuat aku jatuh mental. Tapi Nini tetap bertanya karena dia yakin kalau aku sedang dalam masalah yang gak main-main
"Lu kenapa sih Nis, sekarang ceritain ke gua !" paksanya semakin prihatin
Sayangnya bagaimana bisa aku menceritakannya sementara aku masih lelah "Besok aja gua ceritainnya sekarang ini gua beneran capek banget" ucapku
Dalam bersamaan Nini merinding, dia menoleh ke kanan ke kiri bahkan ke belakang. Memandang liar ruangan kosong yang tiba-tiba saja terasamencekam
"Kok gua merinding ya" ucapnya tiba-tiba
Tapi aku gak peduli dengan apa yang dia rasakan, aku justru kepikiran untuk kembali pulang dan dia harus menemaniku pergi sekarang juga karena tubuhku mulai hangat dan kepalaku pusing
"Anterin gua pulang yuk" pintaku
Nini makin heran "Lu mau pulang lagi !" tanyanya
Tapi aku berusaha menjawab dengan nada yang semakin melemah
"Iya, kepala gua sakit dan badan gua panas nih" ucapku
Mendengar begitu Nini meletakkan punggung tangannya didahiku
"Iya kok lu jadi panas sih ?" ucapnya
Aku aja bingung, tapi aku gak mau mempertanyakan kenapa. Yang ada dipikiranku hanya ingin merebahkan tubuhku
"Gak tahu" jawabku
Nini bangkit berdiri kemudian mulai menuntunku "Ya udah gua anterin tapi gua gak bisa anterin lu sampe apartemen. Gua cuma bisa anterin sampai bawah aja ya" ucapnya
Aku mengangguk "Iya gak apa-apa. Lagi pula gua cuma trauma naik lift" ucapku.
"Terus, mau pakai tangga ?" tanyanya
"Enggak, pakai lift aja. Tapi temenin" pintaku
"Oke, sekarang kita berangkat" ajaknya.
Saat kami berjalan mengarah ke lift rupanya sudah ada Sela yang berdiri menunggu lift, dia sendirian saja. Saat aku dan Ninik berdiri disampingnya dia menyadari kehadiran kami kemudian dia tersenyum ramah seperti biasanya ketika dia bertemu siapa pun.
Nini yang sangat akrab dengannya langsung saja menyapanya "Sela mau ke mana ?" tanyanya sekedar basa basi saja.
"Mau ke bawah. Mau ngepel lantai receptionis ada ketumpahan air" jawabnya
"Oh, gitu. Sela udah makan ?" tanya Ninik lagi
Sela menggelengkan kepala "Belum, Mbak" jawabnya.
"Oh, kalau begitu sekalian aja kita makan. Aku juga mau ke bawah" ucap Ninik
Sela tersenyum "Iya Mbak" kemudian pandangannya mengarah kepadaku. Dengan raut wajah yang seolah mendeteksi kondisiku dia mulai bicara kepadaku
"Mbak Nissa lagi sakit ya ?" tanyanya sembari memperhatikan aku dari atas sampai bawah.
Aku mengangguk saja
Tapi raut wajah Sela seolah tahu apa yang terjadi kepadaku dengan menyerngitkan dahinya. Meski begitu aku gak mau terbuai untuk percaya kalau dia bisa membaca pikiran seseorang.
Aku hanya melempar senyum saja kepadanya
Beberapa saat menunggu, akhirnya Nini mengantarkan aku turun.
"Makasih ya Ni" ucapku berterimakasih
Nini tersenyum "Iya, hati-hati nyetirnya" ucapnya
Aku mengangguk "Iya" balasku
Kemudian aku dan Nini berpisah di pintu utama, sementara aku menyadari kalau Sela sejak tadi terus memperhatikan aku dari jauh saat dia sedang mengepel lantai.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments
💎hart👑
ngeri woii
2022-11-23
1