Rantai keluarga yang terputus
Berawal dari sebuah keluarga besar yang hampir di takuti dan di kenal di seluru suku rejang pada tahun 1940, bernama keluarga Syahri dan istrinya bernama maryatul. ia memiliki empat orang anak, dua putri dan dua pria. syahri merupakan seorang guru yang di segani dan istrinya pun seorang wanita yang bermasyarakat, baik dan suka membatu orang yang membutuhkan. maryatul merupakan wanita keturunan raja suku rejang, keluarganya memiliki harta berlimpah, maka dari itulah keluarga ini di segani. maryatul memiliki kakak laki-laki bernama tiaksuh. tiaksuh kakak maryatul memiliki sifat angkuh dan arogan dan suka berjudi. pada suatu ketika tiaksuh kalah dalam perjudian, ia telah mempertaruhkan hampir semua harta yang ia miliki, kekalahan besar itu membuat ia takut untuk pulang lantaran anak istri tidak mengetahui ia telah menghabiskan banyak hartanya. dari inilah dimulailah awal dari kehancuran keluarga besar raja rejang.
Tiaksuh "bagaimana ini saya begitu bodoh mempertaruhkan semuanya". sambil memegang dahinya ia bergumam "istri dan anak-anak pasti akan membenci saya bila mengetahui ini". sambil berpikir panjang ia teringat akan adiknya maryatul, " oh ia maryatulkan punya banyak harta, sebaiknya saya minta atau pinjam dari dia". lekas tiaksuh beranjak dari tempat duduknya dan lekas kerumah maryatul.
"assalamualaikum" tok.. tok... tiaksuh mengetok pintu..
"wa'alaikumsalam" sahut Maryana anak dari maryatul. "ehh Wak... masuk Wak" kata maryatul sambil tersenyum. Maryana adalah putri ke dua maryatul.
"Mak kau ada Maryana" sambil mengusap kepala Maryana. "Mak ada di dalam Wak, silakan masuk". Maryana menyuruh tiaksuh duduk Wak nya yang ia hormati. "ngopi Wak? kata Maryana. "ia boleh" lalu Maryana segera kebelakan memanggil maknya sambil membuatkan kopi untuk waknya. "makkk!! ada wakk... di depan" Maryana panggil maknya.
"ehhh kebetulan kak, ada apa tiba-tiba kemari" Maryana keluar dari belakang sambil tersenyum. "mana adik Syahri"? tanya tiaksuh pada maryatul adik satu-satunya itu, "belum pulang dari ngajar" jawab maryatul sambil duduk di kursi sebelahnya tiaksuh. "oh ia ada keperluan apa kakak siang-siang kemari? mampir aja atau butuh sesuatu?" tanya maryatul sambil penasaran. "begini anak saya si ideng lagi sakit, kakak mau pinjam uang untuk membelikan obat untuknya"…dengan wajah sedih tiaksuh menjawab keperluannya ke rumah maryatul. "hahha bukankah harta kakak banyak.. yang di wariskan ke kakak dulu, kok mau minjam... kakak jangan becanda begitu", maryatul tak percaya. Dengan situasi habis kalah judi sulit untuk tiaksuh menjelaskannya. lalu ia mulai berpikir agar bisa meyakinkan bahwa hartanya tidak habis karena judi, akan tetapi habis lantaran mengobati anaknya yang sakit tak sembuh-sembuh. " begini dik...." dengan nada sedih ia berkata. "ideng anak kakak sudah dua bulan kepalanya sering sakit...suka sering hilang ingatannya...kadang ia ingat sama kakak kadang enggak". tiaksuh berbohong agar keinginannya minjam uang bisa di percayai. "separah itukah?.. kok ngak pernah kabarin" sahut Maryana. "kakak takut ngeropotin, yahh.. harta kakak sudah habis untuk mengobatinya, mau gimana lagi kakak terpaksa kesini". kata tiaksuh untuk meyakinkan. " lalu kakak mau minjam brapa?"tanya maryatul.." minjam 4 ons emas dengan sawah kakak yang isinya 80 karung padi jadi jaminannya" kata tiaksuh sungguh-sungguh. "apa?.... maryatul kaget...,, "maaf kakak saya harus bertanya dulu pada suamiku, saya ngak bisa memberi keputusan langsung", tiaksuh memahami hal itu lalu berkata" ya sudah ngak usah buru-buru, bicarakan dulu sama adik". sesudah itu tidak menunggu kopi datang,tiaksuh bangkit dari tempat duduk, seperti terburu-buru, "saya pamit dulu, besok saya kesini lagi... kakak harap besok ada jawabannya..,, " lahhh tidak tunggu minum dulu "sahut maryatul. "ngak usah saya buru-buru ada pekerjaan lain yang harus ku selsaikan" kata tiaksuh. tiaksuh langsung pergi begitu saja.
Lonceng berbunyi di sekolah, pertanda berakhirnya pelajaran hari ini. Syahri keluar dari tempat mengajarnya menuju sepeda yang ia parkirkan di depan gerbang,kemudian menganyuhnya menuju kerumahnya,
"bapak pulang" sahut Ujang anak ke empat Syahri, ia berlari menuju Syahri dan memeluk bapaknya itu. "hhhaa anak bapak" kemudian menggendong Ujang menuju masuk kerumah. Di depan pintu ada maryatul menunggu suaminya pulang dan menyalaminya, menyiapkan makanan dan minuman untuk suaminya seperti biasanya.
hari sudah menunjukkan pukul 21.05 malam, anak-anak sudah pada tidur semua, lentera menyala di atas meja ruang tamu, duduklah Syahri sambil melihat materi pelajaran besok. duk...duk.... duk... suara langkah maryatul berjalan menghampiri suaminya. "pak ada yang ingin ku bicarakan" maryatul bergumam sambil duduk dekat suaminya. "ada apa" sahut Syahri, "tadi ada kakak tiaksuh kesini", "ya ada apa?"tanya Syahri. "begini, ia mau minjam emas 4 ons kepada kita, bagaimana menurut bapak?, Syahri langsung menatap maryatul dan berkata " jangan, bukankah ia punya banyak warisan dari orang tuamu, seharusnya ia hidup senang di sana, sedangkan kita hanya di berikan sedikit, swajarnya kita yang meminta kepada mereka". "ia hanya meminjam pak, bukan meminta" kata maryatul. "tidak,aku tidak setuju, emas itu pasti untuk di gunakan yang bukan-bukan". rupanya Syahri mengetahui tabiat kakak iparnya itu, suka judi, akan tetapi Syahri tidak memberi tahu maryatul masalah itu, hanya ia melarang memberikan yang di inginkan kakak iparnya itu. "anaknya sakit pak... ia benar-benar membutuhkannya" maryatul menaikkan nada bicaranya sedikit. "tetap tidak boleh" sahut Syahri. "kalau sampai kau memberinya dan ia takkan mengembalikannya saya bersumpah akan meninggalkanmu" Syahri bicara sambil berdiri dan langsung pergi ke kamar. "ayo tidur sudah malam" kata Syahri sambil menuju kamar, dan meninggalkan maryatul sendirian di kursi. maryatul tak habis pikir, kok bisa suaminya begitu melarang membantu kakaknya yang lagi membutuhkan. Bukankah keluarga harus saling membatu, pikir maryatul.
Esok harinya tiaksuh datang untuk jawabannya kemarin, maryatul duduk di depan rumahnya dan melihat tiaksuh datang dari kejauhan. "assalamualaikum".... tiaksuh menghampiri maryatul, "wa'alaikumsalam" jawab maryatul sambil mempersilakan kakaknya masuk dan duduk. "bagaimana dik? apa kata suamimu" , maryatul tanpak gelisah untuk menjelaskannya, akhirnya ia mengatakan yang sejujurnya. tiaksuh hanya terdiam mendengar keinginannya tidak terpenuhi itu. " begini dik.... kakak benar-benar membutuhkan, nanti secepatnya kakak akan kembalikan.... percayalah" kata tiaksuh. " jangan bilang suamimu saya meminjamkannya .. saya pinjam sebentar saja nanti saya kembalikan secepat mungkin". mendengar itu maryatul jadi bingung, tapi demi kakak ia rela untuk membantu. tapi di sisi lain suaminya melarang untuk memberikannya bahkan mengancam untuk meninggalkannya. akhirnya ia berpikir untuk memberikannya tanpa sepengetahuan suaminya dengan keyakinan kakaknya mengembalikan secepat mungkin. "baiklah saya akan memberikannya tapi kakak janji untuk mengembalikannya secepat mungkin, jangan sampai suamiku mengetahuinya". jawab maryatul.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 20 Episodes
Comments