Rantai keluarga yang terputus bab 2

Maryatul memberikan emas 4 ons kepada tiaksuh, tiaksuh sangat bersemangat dan langsung mengambil emas itu. Tanpa lama-lama tiaksuh langsung beranjak dari tempat duduk, dan langsung pergi. sepergian dari rumah adiknya maryatul, tiaksuh langsung pergi menuju tempat judi untuk membayar hutang kekalahannya.

sudah beberapa bulan kemudian tiaksuh tidak jua kunjung ke rumah adiknya maryatul. maryatul yang menunggu pengembalian hutang itu penuh dengan kekawatiran, kakaknya tak kunjung jua mengembalikannya, bukankah ia telah berjanji untuk mengembalikannya secepat mungkin?. "hahahaha makasih mainannya bak" terdengar suara Ujang berteiak kegirangan bersama bapaknya, lantaran di belikan mainan oleh bapaknya. " ibuk... bapak pulang" sambil memegang kantong yang isinya banyak sekali makanan, susu dan limun. "oh ya buk ... ayah sudah terima gaji.. lumayan buat tambah tabungan untuk membangun rumah kita..., kamu masih menyimpan emas-emas kita kan?" sambil tersenyum semangat Syahri merangkul istinya.

"siuhhhhhhh....... " maryatul membuang nafas besar, mengingat emas belum di kembalikan kakaknya. "bencana.... ini bencana..." dalam hati maryatul bergumam dan ketakutan. " ia masih saya simpan pak..." jawab maryatul terpatah-patah.

ke esok harinya maryatul ke rumah kakaknya tiaksuh untuk menanyakan emas yang di pakainya itu. " assalamualaikum".. maryatul mengetok pintu rumah kakaknya . "wa'alaikumsalam" ada yang menjawab dari dalam, kebetulan kakaknya sendiri yang menjawab dan langsung menyambut maryatul. " langsung aja kak..., kenapa emas yang di pinjam ngak pula di kembalikan?" suara maryatul agak gemetar, akan tetapi ia harus memberanikan diri secara spontan dan langsung ke intinya. " dan mana ideng? apakah ia sudah sembuh?"...

pertanyaan maryatul membuat tiaksuh agak geram, akan tetapi ia harus menenangkan adiknya, jangan sampai nada bicaranya yang keras terdengar sama istri dan anak-anaknya. "maaf dek.., kakak belum dapat melunasinya, sebagai gantinya kakak serahkan segel sawah kakak yang pernah kakak bicarakan dulu, nanti kakak ke kepala suku minta tanda tangannya". tiaksuh langsung mengeluarkan surat-surat kepemilikan tanahnya dan langsung menyerahkannya ke maryatul. "kalau hutang kakak lunas, adik langsung kembalikan surat-suratnya, awas jangan sampai hilang". maryatul hanya bisa terdiam dan pasrah mengetahui kakaknya benar-benar belum bisa mengembalikan emas itu. apa lagi ia siap memberikan surat berharganya sebagai jaminan. " ngak apa-apa kak, nanti saya coba kasi pengertian sama suami saya". " oh ia.... mana si ideng saya mau jenguk dia". pussss.... tiaksuh jadi kebingungan " dia sudah di bawa ke Curup untuk pengobatan, maaf ngak memberi tahu Adik.... itu makanya saya belum sempat membayar hutang kakak sama adik...., mendengar hal itu maryatul hanya mempercayai begitu saja, kemudian ingin mulai pulang, karena ngak enak lama-lama bersama lelaki walaupun kakak kandung. "saya pamit dulu kak.. assalamualaikum", "yaudah wa'alaikumsalam" jawab tiaksuh.

perasaan bercampur aduk yang dirasakan maryatul kembali kerumah. beberapa bulan kemudian suami maryatul bertanya " buk mana emas yang di simpan ibuk dan uang yang di tabung, bapak mau lihat apakah sudah cukup untuk membuat rumah? bapak kira sudah cukup hehehe" Syahri penuh dengan semangat. maryatul tak berdaya dan tak berani berbohong, ia lalu mengatakan sejujurnya walaupun pahit yang harus ia dapatkan. "apaaaaaaa?" Syahri kaget dan tak percaya keringatnya bertahun-tahun untuk membangun rumah tak bisa tercapai. "maaf tak mendengarkanmu pak, akan tetapi kakak benar-benar membutuhkan". mendengar kalimat itu Syahri hanya bisa menerima dan pasrah, "ya ngak apa-apa" Syahri langsung pergi keluar tanpa mendengar penjelasan istrinya lagi.

seminggu kemudian Syahri ingin pindah ke Bengkulu, untuk mengajar di sana. "buk ..bapak mau ngajar jauh ke Bengkulu,,, besok bapak berangkat, ibuk jangan ikut dulu jaga anak-anak, nanti kalau cocok bapak jemput ibuk sama anak - anak". "lahhh pak.... kok tiba-tiba, apa ngak dipikirkan dulu?" sahut maryatul. "keputusan bapak sudah lama, bapak belum membicarakannya lantaran bapak sibuk akhir-akhir ini". Syahri mau mengajar kebengkulu di karnakan di kampung gajinya kecil. selepas Syahri berangkat ke Bengkulu, tiaksuh mengetahuinya dan mulai berpikir untuk mencari kesempatan. sudah tiga hari selepas kepergian Syahri ke Bengkulu rumah maryatul jadi sunyi, anak-anak maryatul seperti tak bersemangan lantaran rindu sama bapaknya, "kapan bak pulang?" tanya Ujang anak terkecilnya... saya mau sama bak..." Ujang menangis dan merengek. "bak mu kan baru beberapa hari pergi masa nangis... malu dong cowok nangis", maryatul menenangkan anaknya, akan tetapi hati maryatul juga rindu hanya saja tak terlihat. selang waktu kemudian datang tiaksuh mengambil kayu sebayur di bawah rumah maryatul tanpa berpamitan, kayu-kayu itu sebenarnya di siapkan Syahri untuk membangun rumah, tetapi tidak jadi lantaran uang ngak cukup. "mau di bawa kemana kayunya kak?", " pinjam sebentar kakak ada perlu" tak menghiraukan langsung membawa kayu itu dan diseretkan oleh sapi-sapi.

selang seminggu berikutnya tiaksuh membawa 7 ekor kerbau maryatul dengan dalih minjam untuk beli obat anaknya dan berani memberikan surat pinjam meminjam yang di tandatangani kepala suku.

Di Bengkulu Syahri di beritahukan oleh seseorang tentang kakak iparnya, dan dia marah sekali. "bodohnya kau maryatull" gumamnya dalam hati."kok bisa kau di peralat seperti itu" dengan gigi gementar Syahri menyeringai,,, "aku bersumpah tak akan kembali lagi sama perempuan goblok itu" itu benar-benar tertanam dalam hati Syahri, ia sudah hilang kesabarannya.

sudah satu tahun Syahri tidak pernah pulang dan tidak ada kabar sama sekali. Anak-anaknya sudah mulai merengek untuk menemui bapaknya di Bengkulu, dan mulai mencari alamatnya tanpa sepengetahuan maryatul. Ardi anak tertua Syahri berusia 30 tahun berangkat ke Bengkulu mencari alamat bapaknya. sudah bertanya kesana kemari ia akhirnya menemukan bapaknya yang tidak sendiri lagi, sudah menikah dengan perempuan lain. Ardi menangis,.. tak percaya mengapa bapak yang ia hormati bahkan seorang guru bisa seperti itu, yang bisa-bisanya mengkhianati ibu kandungnya. tak terkendali ia langsung menyapa bapaknya dengan Amara " bakkk!!!" Ardi berteriak keras, spontan membuat Syahri kaget dan syok melihat Ardi di depannya. "apa yang bak lakukan?, siapa perempuan ini" tanya Ardi dengan nada yang keras, tak peduli ia berteriak sama bapaknya. "bapak selalu mengajarkan kebaikan, inikah kebaikan ituuuu?" Ardi menangis di depan bapaknya. " bagaimana Mak sama adik-adik tau apa yang bak perbuat, saya kecewa sama bak". Syahri hanya bisa terdiam dan tak bisa berbuat apa-apa, akhirnya ia mengatakan sebenar-benarnya "maafkan bak nak...bak sudah lama tidak mencintai Mak kau lagi" mendengar itu Ardi langsung pergi berlarian untuk lebih baik pulang saja, dari pada mendengar penjelasan ayahnya yang tak berguna baginya, kecewa luar biasa terlintas di pikiran Ardi.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!