sesampainya di kampung, Ardi lekas menuju rumah dan langsung masuk kamar untuk tidur, tanpa bertemu sama Mak dan adik-adiknya. Tujuannya berangkat ke bengkulu hanya membuat semua anggota tubuhnya begitu sangat amat lelah. Adik-adik Ardi mengetahui keberangkatannya ke Bengkulu hanya ibunya saja yang tidak mengetahuinya. Adik- adik Ardi saling mengode untuk mengetok pintu kamar Ardi untuk menanyakan tentang bapaknya dengan penuh penasaran dan harapan. Akan tetapi tidak satupun yang berani mengetok kamar kakaknya itu. sudah empat jam Ardi tertidur di kamar, waktu sudah menunjukkan pukul 18:25 Ardi mulai terbangun dan bergegas mandi, Ujang dari tadi menunggu kakaknya bangun langsung bersemangat mau mendengarkan kakaknya menceritakan tentang bapaknya. selsai mandi Ardi langsung menuju meja makan, di sana adik-adik dan ibunya menunggu untuk makan. "Ardi lama sekali kamu, sini makan bareng, ada lemea lalapan petai kesukaanmu" maryatul memanggil anaknya Ardi yang dari tadi di tunggu-tunggu. Tanpa basa basi Ardi langsung duduk dan makan dengan lahapnya dengan posisi kaki di atas kursi, tangan kiri memegang lalapan petai dan tangan kanan mengambil nasi masuk ke mulutnya begitu banya hingga mulutnya menggumpal. "pelan-pelan nak.... kayak ngak makan setahun", " heheh masakan Mak memang enak" Ardi langsung memuji ibuknya. adik-adiknya pun ikut tertawa
selesai makan, adik-adik Ardi menunggu di ruang tamu untuk mendengar cerita Ardi tentang bapaknya di Bengkulu. Ardi bingung untuk menceritakannya, akhirnya selesai makan Ardi langsung pergi keluar tanpa berbicara apa-apa, "kenapa kakak pergi begitu saja" ucap Tiwi anak ketiga maryatul. "entahlah, sikapnya aneh" sahut Maryana. Ujang anak terkecil hanya bisa diam dan hanya menahan kesedihan dan kerinduan tentang bapaknya. menunggu cerita dan berita kakaknya tak jua ia dapatkan walaupun hanya untuk melepas kerinduan.
sebulan kemudian Ardi tak pernah bercerita apa-apa kepada adik-adiknya, akhirnya mereka bertiga bersepakat untuk pergi sendiri ke Bengkulu menemui bapaknya. sebelum pergi, mereka bertiga menemui ibunya untuk minta persetujuan, " mudah-mudahan Mak mengizinkannya" ucap Maryana kepada adik-adiknya. "Mak boleh tidak kami ke Bengkulu menemui bapak" tanya Maryana kepada ibuknya. "tidak boleh, Bengkulu itu jauh...,, adik-adikmu masih kecil, nanti terjadi apa-apa di perjalanan atau nanti kalian kesasar ngak tau alamatnya" jawab maryatul dengan nada lembut penuh sesak, lantaran ia tau kerinduan anak-anaknya kepada bapaknya yang tak pernah pulang menjenguk anak-anaknya. dalam hati maryatul berbicara "pak... apa kesalahan ibuk begitu besar terhadap bapak, kenapa bapak jadi begini, bagai mana dengan anak-anak pak...," hati maryatul sangat sedih, sehingga air matanya mengalir begitu saja, walaupun ia menahan sekuat-kuatnya." Mak ... Mak menangisinya" tanya Ujang "hehe mana mungkin Mak menangis",, "ngapa air mata Mak keluar" Ujang menjawab dengan polosnya, "Mak hanya kelilipan Jang.." maryatul menyembunyikan kesedihannya.Tapi Tiwi dan Maryana tak mungkin bisa di bohongin, mereka tau kesedihan ibuk nya itu, dan mereka memeluk ibuknya, malam menjadi sunyi, cahaya lentera seakan-akan meredup menyelimuti kesedihan di dalam bilik rumah maryatul.
dua hari kemudian mereka bertiga merengek mau menemui bapaknya lagi, mereka menemui ibuk nya, "Mak kami mau menemui bak ke bengkulu.. tekad kami sudah bulat" maryana meyakinkan ibuk nya. Akhirnya ibuk nya mengizinkannya "Tapi kalian ajak sepupumu Ara ... ia lebih mengetahui lokasi di situ", "baik Mak.." jawab Maryana dengan gembira. segera Maryana menjemput Ara sepupunya yang rumahnya tidak begitu jauh dari tempat tinggal nya. "assalamualaikum" "wa'alaikumsalam" jawab ibuk Ara, "Ara ada Wak?" tanya Maryana, "Ara..!! ada Maryana sini". Ara segera keluar menghampiri Maryana. "Ara tolong antar kami ke Bengkulu untuk menemui bapak" Maryana penuh harap, "kapan berangkatnya?" Ara menyahut, "kalau bisa hari ini, itu pun kalau Ara bisa", "ok.... baiklah saya sudah lama ngak jalan-jalan hehe" jawab Ara gembira. "o ya segera la untuk berkemas kami tunggu di depan" .
mobil sudah tiba kini tiba saatnya mereka berempat berangkat, Maryana dan adik-adiknya segera berpamitan dan berpelukan kepada ibuk nya , penuh kesedihan yang amat dalam Maryana melepaskan kepergian anak-anaknya, "hati-hati nak ya... jaga adik-adikmu dengan baik, kelak kalau ketemu sama bak mu suruh ia balik Mak selalu menunggunya " tangisan Mariatul membasahi bumi dan seakan-akan belum siap menerima keadaan ini.
mobil sudah melaju keberangkatan Maryana dan adik-adik nya penuh dengan harapan dan semangat, di samping itu ia sedih meninggalkan ibuk nya sendiri di dusun. mereka menuju alamat di mana Ardi kakaknya bertemu bapaknya itu dan bremmm.....ezzzz mobil berhenti di tempat tujuan. pas di depan rumah Syahri, mereka seger turun dari mobil dan juga menurunkan barang-barangnya dan mobil berangkat pergi kembali. "ini alamatnya ya" tanya Maryana sama Ara "ia ini lah alamat ini, ngak salah kok...." Ara meyakinkan. segera Maryana mengetok pintu tok... tok... tokkk. "assalamualaikum", tiga kali mengucap salam baru ada yang menjawab "wa'alaikumsalam". kemudian ada yang membuka pintu " siapa ya?", Maryana jadi bingung, "benar ngak ini alamatnya" tanya Maryana sama Ara, "ia betul !!", " oh ia ini rumah bapak Syahri bukan" tanya Ara sama perempuan yang membuka pintu rumah tersebut, "ia betul, kalian siapa" jawab perempuan tersebut. "kami anak-anak pak Syahri " jawab Maryana, " ohhhh anak pak Syahri, aku isterinya dan pak Syahri sering cerita tentang kalian", perempuan itu biasa-biasa saja seolah-olah sudah siap menerima jika anak-anak Syahri tiba-tiba muncul, maklum sebelum menikah Syahri mengatakan statusnya dan mengatakan memiliki empat orang anak, jadi dia benar-benar mencintai Syahri dengan tulus apapun yang terjadi. dan tiba-tiba Maryana dan adik-adiknya kaget, "apa??? bapak menikah lagi" Maryana tak percaya, lalu wanita itu mengajak mereka masuk, "masuk aja dulu nak, nanti kita bicarakan lagi" wanita itu mengatakan dengan lemah lembut. melihat wanita itu penuh dengan kasih sayang dan lembut mereka menurut dan mengangkut barang-barangnya masuk. mereka di suguhi makanan dan minuman, sontak suasana hening, tak ada yang memulai pembicaraan dan saling memandang satu sama lain.
satu jam kemudian, ada suara orang melangkah di depan rumah dan langsung membuka pintu "assalamualaikum", "wa'alaikumsalam " mereka menjawab serentak, "bakkkkk!!!"Ujang berlari memeluk bapaknya. kemudian di susul kakak-kakaknya. "kenapa bak ngak pernah pulang?" tanya ujang sambil menangis rindu, begitu pula kakak-kakaknya, suasana menjadi kesedihan yang begitu dalam dan saling melepaskan kerinduan yang teramat amat. "bak menikah lagi ya..." Maryana menanyai sambil menangis terseduh-seduh. "maafkan bak nak..... bak hanya kesepian, dan ibumu banyak mengecewakan bak.., bak selalu mengumpulkan uang seratus dua ratus rupiah untuk masa depan kalian, untuk masa depan kita semua, tapi ibumu,,, semua di berikan sama Wak mu.... bak tidak tahan lagi nak" Syahri menangis . "Wak kamu wataknya begitu buruk, suka berjudi... bapak ngak mau mengatakan keburukan Wak mu kepada ibumu takut hubungan persaudaraanya terputus.. hancur, biarkan bak saja yang pergi, sebenarnya bak ngak tega sama Mak mu tapi menurut bak... inilah yang terbaik". Syahri menjelaskan dengan lembut dan penuh perasaan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 20 Episodes
Comments