Walaupun demikian, masih sulit anak-anak Syahri menerima alasan bapaknya itu, tapi semua sudah terlanjur dan sudah terjadi, kini mereka harus belajar menerima kenyataan dan juga harus belajar menerima ibu barunya itu. Dua hari kemudian Syahri mengumpulkan anak-anaknya di ruang tamu, dan berdiskusi tentang sekolah. maryana melanjutkan sekolah SMA , Tiwi SMP dan Ujang masuk SD. "begini nak... kalian ngak usah pulang ke dusun lagi, di dusun sekolahnya masih terbatas, kendaraan belum ada, nanti kalian sekolah jalan kaki yang mana sekolah di sana jaraknya jauh". Syahri meyakinkan anak-anaknya Tinggal bersamanya, di karenakan mereka masih tanggung jawabnya, di samping itu, dia benar di dusun sekolah sangat jauh, pada jaman itu sekolah memang sulit di temukan hanya ada beberapa dan jaraknya jauh dan juga kendaraan pada masa itu memang sulit bahkan jarang ada. "bagaimana dengan Mak di kampung?" tanya Maryana , "ia nanti sendirian tak ada yang menemaninya", " ngak apa-apa kan ada kakak kalian Ardi di sana" jelas Syahri pada anak-anaknya. "nanti bak akan mengirimkan surat pada Mak kalian, untuk sekolah di sini". mendengar itu mereka bertiga setuju dan ingin memulai sekolah di Bengkulu.
Tiga hari setelah kepergian anak-anaknya ke Bengkulu mariatul merasa kesepian dan rasa sedih yang menjadi-jadi, dan tiba-tiba ada tukang pos yang memanggil maryatul yang dari tadi duduk termenung di kursi depan rumahnya. "surat Bik..." ,segera tukang pos memberikan surat kepada maryatul yang alamatnya sesuai yang tertera dan kemudian langsung pergi, maryatul segera masuk kerumah dan ingin membuka isi surat tersebut yang di yakini kabar dari anak-anaknya. Benar saja dugaannya, ternyata dari suaminya Syahri.
setelah membaca isinya ia mengerti, dan juga demi masa depan anak-anaknya. Dan ia menyetujuinya tanpa curiga bahwa suaminya telah menikah dengan perempuan lain. hatinya menjadi tenang, anak-anaknya telah di jaga dan di urus dengan baik dan meyakini ia akan di jemput juga ke Bengkulu.
sudah hampir setahun hanya surat kabar saja yang di dapatkan maryatul, dia menjadi sedih kenapa hampir setahun ia tak kunjung di jemput. ia mulai putus asa, tapi hatinya tetap kuat dan setia menunggu suaminya, ia bisa saja pergi sendiri ke Bengkulu tapi ia hanya memegang janji suaminya menjemput sendiri ke Bengkulu.
Keadaan masih sama di Bengkulu tak ada keributan, mereka hidup dengan akur bersama ibu tirinya. ibu tirinya sudah melahirkan satu orang anak laki-laki bernama Suckar dan di panggil kar. Beban Syahri bertambah, apa lagi ke tiga anak-anaknya butuh uang sekolah. Syahri adalah guru pegawai negeri, akan tetapi gaji guru di masa itu sangatlah kecil, cukup untuk biaya sehari-hari. melihat kondisi ini Maryana dan Tiwi sering ke pinggir pantai panjang untuk mencari kayu bakar dan di jual, pada masa itu kayu bakar masih berharga, belum ada kompor gas, yang ada kompor minyak. demi membantu ke dua orang tuanya dan kebutuhan sekolah, seperti buku, pensil dan lain-lain. melihat kodisi makin hari makin sulit Mariana makin tidak tahan, kasihan melihat adik-adiknya dan juga bapaknya yang hanya seorang diri mencari uang. ia mulai menyalahkan ibu tirinya "ini gara-gara ibu ini, coba bak tidak menikahinya dan tetap bersama Mak pasti semua baik-baik saja". pada sewaktu-waktu ia mulai mengerjai ibu tirinya itu, agar bapaknya benci dan menceraikannya. Ia slalu menaburkan garam yang banyak ke masakan ibu tirinya, tiap ibu tirinya memasak, bumbu dan garam yang di cicipi cukup dan pas, Tapi setelah di tinggalkan, Maryana dan Ara sembunyi-sembunyi menaburkan garam yang banyak, sehingga rasanya begitu asin. ibu tirinya tak mengetahuinya dan menyajikannya ke suaminya, "puihhhhh apaan ini asinnnn Skali" keluh Syahri, "lah kok asin pak" kata Sukma istri Syahri. "coba cicip, oh Benar pak asin, perasaan tadi sudah pas" ungkap Sukma mulai agak bingung. Tapi Syahri tidak marah dan menganggap biasa sekali-sekali salah. tapi itu terus berlanjut setiap hari, masak pagi, sore, malam rasanya tetap asin dan Syahri mulai tidak tahan, "apa-apaan ini..... kamu mau membunuh saya !!!!..." hentak Syahri ke istrinya itu. "maaf pak tapi saya masak tadi pas pak, demi tuhan" jawab Sukma. " pas apanya ini racun ini" jawab Syahri marah, tap....tappp.... tap... suar kaki Syahri pergi dan mencari makanan di luar. Esoknya terus berlanjut makanan asin yang di dapat Syahri, dia mulai mengamuk dan menunjukkan muka Sukma.." kamu istri tidak berguna dan tidak becus,, kamu bisa masak apa tidakkk tolol". pada saat itu Syahri benar-benar lapar dan tidak jadi makan lantaran ke asinan. Maryana dan Ara tertawa terbahak-bahak melihat kejadian itu setiap hari, rencananya berhasil. kemudian di hari berikutnya mereka memulai lagi aksinya, tapi tak di sangka bapaknya sendiri Melihat mereka menaburkan garam itu, melihat kejadian itu Syahri begitu marah dan langsung menampar Maryana dan Ara, "jadi selama ini kalian yang melakukanya, kurang ajar" pakkkk.... di tampar lagi. Maryana dan Ara menangis dan ketakutan melihat bapaknya begitu marah, "ampun bak..." teriak Maryana, "cepat kemas barang-barang kalian berdua dan pergilah pulang ke dusun" , "tapi bak...."," tidak ada tapi-tapian cepat", Maryana segera mengemaskan barang-barang nya dan di saksikan Tiwi dan Ujang adik-adiknya, "kakak jangan tinggalkan kami" rengek Tiwi, "ngak apa Tiwi, mereka pantas mendapatkannya" sahut Syahri, "mereka ingin menghancurkan bak Sama ibu mu di sini" suara Syahri geram. Maryana dan Ara menangis dan menyesali perbuatannya dan meminta maaf kepada ibu tirinya yang begitu baik melayaninya, dan juga meminta maaf kepada bapaknya yang telah ia kecewakan. kemudian membawa pakaiannya berdua ke mobi dan langsung pulang ke kampung. Tinggalah Tiwi dan Ujang bersama ayah, ibu tiri dan adiknya yang baru lahir.
sudah dua tahun berlalu, Ardi anak tertua Syahri menikah di kampung dan mengirimi surat ke bapaknya, tapi bapaknya tak bisa pulang ke pernikahannya lantaran banyak urusan, tak jauh selang waktunya hanya beberapa bulan Maryana di lamar orang dan ingin menikah juga, mengirimi surat agar bisa menjadi walinya, tapi bapaknya benar-benar tak bisa pulang lantaran ekonomi makin sulit setelah istinya melahirkan anak yang ke dua bernama muktar. Dan menyerahkan walinya kepada imam. Maryatul di kampung benar-benar tidak tahu kalau suaminya menikah lagi dan sudah mempunyai dua orang anak. Maryana ,Ara dan Ardi mengatakan bahwa bapaknya menikah lagi, maryatul tak mempercayainya, sampai-sampai banyak orang yang mengabarinya baru ia mulai mempercayainya dan tersadar mengapa suaminya tak pernah pulang-pulang untuk menjenguknya selama ini. Hatinya hancur berkeping-keping, penantian yang panjang berbuah kebusukan yang ia dapatkan. Dan barulah ia teringat akan ucapan suaminya atas hutang 4 ons emas untuk meninggalkannya itu bukanlah kata-kata yang main-main. Anak-anaknya tak mengetahui hutang-hutang ini, dan merahasiakannya dengan baik-baik agar tidak terjadi sesuatu yang tak di inginkan atas kesalahannya yang di anggap sepele dulu. Tangis penyesalan maryatul di tahan sendiri, cintanya kepada Syahri tak mungkin tergantikan sampai mati. Ia selalu berharap Syahri datang, dan ingin meminta maaf atas perbuatannya dulu yang tak peduli dengan ucapan-ucapan suaminya dulu. meraung maryatul menangis di kesunyian sendiri tak ada satupun yang mengetahuinya. di tangisannya ia MENGUTUK kakaknya yang telah menghancurkan hidupnya. "tiaksuh....... semoga anak-anakmu menjadi gila" .... sambil menangis meratapi "dan keluargamu tidak bisa hidup tenang". sampai hati terkecil maryatul mengatakan itu.
Benar saja terjadi, mengerikan, semua yang di kutuk maryatul benar-benar terjadi, benar-benar kuasa Tuhan. ideng anak tiaksuh berubah menjadi gila dan mengamuk di tengah masyarakat dan terpaksa harus di pasung. Terus anak keduanya bernama badron juga kena penyakit ayan secara tiba-tiba, mulutnya berbusa-busa bila terkena. Tiaksuh mencari obat kemana-mana tapi tak kunjung sembuh, uang benar-benar telah habis, tanah, ladang banyak yang terjual tapi tak jua sembuh-sembuh.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 20 Episodes
Comments