NovelToon NovelToon

Rantai keluarga yang terputus

Rantai keluarga yang terputus bab 1

Berawal dari sebuah keluarga besar yang hampir di takuti dan di kenal di seluru suku rejang pada tahun 1940, bernama keluarga Syahri dan istrinya bernama maryatul. ia memiliki empat orang anak, dua putri dan dua pria. syahri merupakan seorang guru yang di segani dan istrinya pun seorang wanita yang bermasyarakat, baik dan suka membatu orang yang membutuhkan. maryatul merupakan wanita keturunan raja suku rejang, keluarganya memiliki harta berlimpah, maka dari itulah keluarga ini di segani. maryatul memiliki kakak laki-laki bernama tiaksuh. tiaksuh kakak maryatul memiliki sifat angkuh dan arogan dan suka berjudi. pada suatu ketika tiaksuh kalah dalam perjudian, ia telah mempertaruhkan hampir semua harta yang ia miliki, kekalahan besar itu membuat ia takut untuk pulang lantaran anak istri tidak mengetahui ia telah menghabiskan banyak hartanya. dari inilah dimulailah awal dari kehancuran keluarga besar raja rejang.

Tiaksuh "bagaimana ini saya begitu bodoh mempertaruhkan semuanya". sambil memegang dahinya ia bergumam "istri dan anak-anak pasti akan membenci saya bila mengetahui ini". sambil berpikir panjang ia teringat akan adiknya maryatul, " oh ia maryatulkan punya banyak harta, sebaiknya saya minta atau pinjam dari dia". lekas tiaksuh beranjak dari tempat duduknya dan lekas kerumah maryatul.

"assalamualaikum" tok.. tok... tiaksuh mengetok pintu..

"wa'alaikumsalam" sahut Maryana anak dari maryatul. "ehh Wak... masuk Wak" kata maryatul sambil tersenyum. Maryana adalah putri ke dua maryatul.

"Mak kau ada Maryana" sambil mengusap kepala Maryana. "Mak ada di dalam Wak, silakan masuk". Maryana menyuruh tiaksuh duduk Wak nya yang ia hormati. "ngopi Wak? kata Maryana. "ia boleh" lalu Maryana segera kebelakan memanggil maknya sambil membuatkan kopi untuk waknya. "makkk!! ada wakk... di depan" Maryana panggil maknya.

"ehhh kebetulan kak, ada apa tiba-tiba kemari" Maryana keluar dari belakang sambil tersenyum. "mana adik Syahri"? tanya tiaksuh pada maryatul adik satu-satunya itu, "belum pulang dari ngajar" jawab maryatul sambil duduk di kursi sebelahnya tiaksuh. "oh ia ada keperluan apa kakak siang-siang kemari? mampir aja atau butuh sesuatu?" tanya maryatul sambil penasaran. "begini anak saya si ideng lagi sakit, kakak mau pinjam uang untuk membelikan obat untuknya"…dengan wajah sedih tiaksuh menjawab keperluannya ke rumah maryatul. "hahha bukankah harta kakak banyak.. yang di wariskan ke kakak dulu, kok mau minjam... kakak jangan becanda begitu", maryatul tak percaya. Dengan situasi habis kalah judi sulit untuk tiaksuh menjelaskannya. lalu ia mulai berpikir agar bisa meyakinkan bahwa hartanya tidak habis karena judi, akan tetapi habis lantaran mengobati anaknya yang sakit tak sembuh-sembuh. " begini dik...." dengan nada sedih ia berkata. "ideng anak kakak sudah dua bulan kepalanya sering sakit...suka sering hilang ingatannya...kadang ia ingat sama kakak kadang enggak". tiaksuh berbohong agar keinginannya minjam uang bisa di percayai. "separah itukah?.. kok ngak pernah kabarin" sahut Maryana. "kakak takut ngeropotin, yahh.. harta kakak sudah habis untuk mengobatinya, mau gimana lagi kakak terpaksa kesini". kata tiaksuh untuk meyakinkan. " lalu kakak mau minjam brapa?"tanya maryatul.." minjam 4 ons emas dengan sawah kakak yang isinya 80 karung padi jadi jaminannya" kata tiaksuh sungguh-sungguh. "apa?.... maryatul kaget...,, "maaf kakak saya harus bertanya dulu pada suamiku, saya ngak bisa memberi keputusan langsung", tiaksuh memahami hal itu lalu berkata" ya sudah ngak usah buru-buru, bicarakan dulu sama adik". sesudah itu tidak menunggu kopi datang,tiaksuh bangkit dari tempat duduk, seperti terburu-buru, "saya pamit dulu, besok saya kesini lagi... kakak harap besok ada jawabannya..,, " lahhh tidak tunggu minum dulu "sahut maryatul. "ngak usah saya buru-buru ada pekerjaan lain yang harus ku selsaikan" kata tiaksuh. tiaksuh langsung pergi begitu saja.

Lonceng berbunyi di sekolah, pertanda berakhirnya pelajaran hari ini. Syahri keluar dari tempat mengajarnya menuju sepeda yang ia parkirkan di depan gerbang,kemudian menganyuhnya menuju kerumahnya,

"bapak pulang" sahut Ujang anak ke empat Syahri, ia berlari menuju Syahri dan memeluk bapaknya itu. "hhhaa anak bapak" kemudian menggendong Ujang menuju masuk kerumah. Di depan pintu ada maryatul menunggu suaminya pulang dan menyalaminya, menyiapkan makanan dan minuman untuk suaminya seperti biasanya.

hari sudah menunjukkan pukul 21.05 malam, anak-anak sudah pada tidur semua, lentera menyala di atas meja ruang tamu, duduklah Syahri sambil melihat materi pelajaran besok. duk...duk.... duk... suara langkah maryatul berjalan menghampiri suaminya. "pak ada yang ingin ku bicarakan" maryatul bergumam sambil duduk dekat suaminya. "ada apa" sahut Syahri, "tadi ada kakak tiaksuh kesini", "ya ada apa?"tanya Syahri. "begini, ia mau minjam emas 4 ons kepada kita, bagaimana menurut bapak?, Syahri langsung menatap maryatul dan berkata " jangan, bukankah ia punya banyak warisan dari orang tuamu, seharusnya ia hidup senang di sana, sedangkan kita hanya di berikan sedikit, swajarnya kita yang meminta kepada mereka". "ia hanya meminjam pak, bukan meminta" kata maryatul. "tidak,aku tidak setuju, emas itu pasti untuk di gunakan yang bukan-bukan". rupanya Syahri mengetahui tabiat kakak iparnya itu, suka judi, akan tetapi Syahri tidak memberi tahu maryatul masalah itu, hanya ia melarang memberikan yang di inginkan kakak iparnya itu. "anaknya sakit pak... ia benar-benar membutuhkannya" maryatul menaikkan nada bicaranya sedikit. "tetap tidak boleh" sahut Syahri. "kalau sampai kau memberinya dan ia takkan mengembalikannya saya bersumpah akan meninggalkanmu" Syahri bicara sambil berdiri dan langsung pergi ke kamar. "ayo tidur sudah malam" kata Syahri sambil menuju kamar, dan meninggalkan maryatul sendirian di kursi. maryatul tak habis pikir, kok bisa suaminya begitu melarang membantu kakaknya yang lagi membutuhkan. Bukankah keluarga harus saling membatu, pikir maryatul.

Esok harinya tiaksuh datang untuk jawabannya kemarin, maryatul duduk di depan rumahnya dan melihat tiaksuh datang dari kejauhan. "assalamualaikum".... tiaksuh menghampiri maryatul, "wa'alaikumsalam" jawab maryatul sambil mempersilakan kakaknya masuk dan duduk. "bagaimana dik? apa kata suamimu" , maryatul tanpak gelisah untuk menjelaskannya, akhirnya ia mengatakan yang sejujurnya. tiaksuh hanya terdiam mendengar keinginannya tidak terpenuhi itu. " begini dik.... kakak benar-benar membutuhkan, nanti secepatnya kakak akan kembalikan.... percayalah" kata tiaksuh. " jangan bilang suamimu saya meminjamkannya .. saya pinjam sebentar saja nanti saya kembalikan secepat mungkin". mendengar itu maryatul jadi bingung, tapi demi kakak ia rela untuk membantu. tapi di sisi lain suaminya melarang untuk memberikannya bahkan mengancam untuk meninggalkannya. akhirnya ia berpikir untuk memberikannya tanpa sepengetahuan suaminya dengan keyakinan kakaknya mengembalikan secepat mungkin. "baiklah saya akan memberikannya tapi kakak janji untuk mengembalikannya secepat mungkin, jangan sampai suamiku mengetahuinya". jawab maryatul.

Rantai keluarga yang terputus bab 2

Maryatul memberikan emas 4 ons kepada tiaksuh, tiaksuh sangat bersemangat dan langsung mengambil emas itu. Tanpa lama-lama tiaksuh langsung beranjak dari tempat duduk, dan langsung pergi. sepergian dari rumah adiknya maryatul, tiaksuh langsung pergi menuju tempat judi untuk membayar hutang kekalahannya.

sudah beberapa bulan kemudian tiaksuh tidak jua kunjung ke rumah adiknya maryatul. maryatul yang menunggu pengembalian hutang itu penuh dengan kekawatiran, kakaknya tak kunjung jua mengembalikannya, bukankah ia telah berjanji untuk mengembalikannya secepat mungkin?. "hahahaha makasih mainannya bak" terdengar suara Ujang berteiak kegirangan bersama bapaknya, lantaran di belikan mainan oleh bapaknya. " ibuk... bapak pulang" sambil memegang kantong yang isinya banyak sekali makanan, susu dan limun. "oh ya buk ... ayah sudah terima gaji.. lumayan buat tambah tabungan untuk membangun rumah kita..., kamu masih menyimpan emas-emas kita kan?" sambil tersenyum semangat Syahri merangkul istinya.

"siuhhhhhhh....... " maryatul membuang nafas besar, mengingat emas belum di kembalikan kakaknya. "bencana.... ini bencana..." dalam hati maryatul bergumam dan ketakutan. " ia masih saya simpan pak..." jawab maryatul terpatah-patah.

ke esok harinya maryatul ke rumah kakaknya tiaksuh untuk menanyakan emas yang di pakainya itu. " assalamualaikum".. maryatul mengetok pintu rumah kakaknya . "wa'alaikumsalam" ada yang menjawab dari dalam, kebetulan kakaknya sendiri yang menjawab dan langsung menyambut maryatul. " langsung aja kak..., kenapa emas yang di pinjam ngak pula di kembalikan?" suara maryatul agak gemetar, akan tetapi ia harus memberanikan diri secara spontan dan langsung ke intinya. " dan mana ideng? apakah ia sudah sembuh?"...

pertanyaan maryatul membuat tiaksuh agak geram, akan tetapi ia harus menenangkan adiknya, jangan sampai nada bicaranya yang keras terdengar sama istri dan anak-anaknya. "maaf dek.., kakak belum dapat melunasinya, sebagai gantinya kakak serahkan segel sawah kakak yang pernah kakak bicarakan dulu, nanti kakak ke kepala suku minta tanda tangannya". tiaksuh langsung mengeluarkan surat-surat kepemilikan tanahnya dan langsung menyerahkannya ke maryatul. "kalau hutang kakak lunas, adik langsung kembalikan surat-suratnya, awas jangan sampai hilang". maryatul hanya bisa terdiam dan pasrah mengetahui kakaknya benar-benar belum bisa mengembalikan emas itu. apa lagi ia siap memberikan surat berharganya sebagai jaminan. " ngak apa-apa kak, nanti saya coba kasi pengertian sama suami saya". " oh ia.... mana si ideng saya mau jenguk dia". pussss.... tiaksuh jadi kebingungan " dia sudah di bawa ke Curup untuk pengobatan, maaf ngak memberi tahu Adik.... itu makanya saya belum sempat membayar hutang kakak sama adik...., mendengar hal itu maryatul hanya mempercayai begitu saja, kemudian ingin mulai pulang, karena ngak enak lama-lama bersama lelaki walaupun kakak kandung. "saya pamit dulu kak.. assalamualaikum", "yaudah wa'alaikumsalam" jawab tiaksuh.

perasaan bercampur aduk yang dirasakan maryatul kembali kerumah. beberapa bulan kemudian suami maryatul bertanya " buk mana emas yang di simpan ibuk dan uang yang di tabung, bapak mau lihat apakah sudah cukup untuk membuat rumah? bapak kira sudah cukup hehehe" Syahri penuh dengan semangat. maryatul tak berdaya dan tak berani berbohong, ia lalu mengatakan sejujurnya walaupun pahit yang harus ia dapatkan. "apaaaaaaa?" Syahri kaget dan tak percaya keringatnya bertahun-tahun untuk membangun rumah tak bisa tercapai. "maaf tak mendengarkanmu pak, akan tetapi kakak benar-benar membutuhkan". mendengar kalimat itu Syahri hanya bisa menerima dan pasrah, "ya ngak apa-apa" Syahri langsung pergi keluar tanpa mendengar penjelasan istrinya lagi.

seminggu kemudian Syahri ingin pindah ke Bengkulu, untuk mengajar di sana. "buk ..bapak mau ngajar jauh ke Bengkulu,,, besok bapak berangkat, ibuk jangan ikut dulu jaga anak-anak, nanti kalau cocok bapak jemput ibuk sama anak - anak". "lahhh pak.... kok tiba-tiba, apa ngak dipikirkan dulu?" sahut maryatul. "keputusan bapak sudah lama, bapak belum membicarakannya lantaran bapak sibuk akhir-akhir ini". Syahri mau mengajar kebengkulu di karnakan di kampung gajinya kecil. selepas Syahri berangkat ke Bengkulu, tiaksuh mengetahuinya dan mulai berpikir untuk mencari kesempatan. sudah tiga hari selepas kepergian Syahri ke Bengkulu rumah maryatul jadi sunyi, anak-anak maryatul seperti tak bersemangan lantaran rindu sama bapaknya, "kapan bak pulang?" tanya Ujang anak terkecilnya... saya mau sama bak..." Ujang menangis dan merengek. "bak mu kan baru beberapa hari pergi masa nangis... malu dong cowok nangis", maryatul menenangkan anaknya, akan tetapi hati maryatul juga rindu hanya saja tak terlihat. selang waktu kemudian datang tiaksuh mengambil kayu sebayur di bawah rumah maryatul tanpa berpamitan, kayu-kayu itu sebenarnya di siapkan Syahri untuk membangun rumah, tetapi tidak jadi lantaran uang ngak cukup. "mau di bawa kemana kayunya kak?", " pinjam sebentar kakak ada perlu" tak menghiraukan langsung membawa kayu itu dan diseretkan oleh sapi-sapi.

selang seminggu berikutnya tiaksuh membawa 7 ekor kerbau maryatul dengan dalih minjam untuk beli obat anaknya dan berani memberikan surat pinjam meminjam yang di tandatangani kepala suku.

Di Bengkulu Syahri di beritahukan oleh seseorang tentang kakak iparnya, dan dia marah sekali. "bodohnya kau maryatull" gumamnya dalam hati."kok bisa kau di peralat seperti itu" dengan gigi gementar Syahri menyeringai,,, "aku bersumpah tak akan kembali lagi sama perempuan goblok itu" itu benar-benar tertanam dalam hati Syahri, ia sudah hilang kesabarannya.

sudah satu tahun Syahri tidak pernah pulang dan tidak ada kabar sama sekali. Anak-anaknya sudah mulai merengek untuk menemui bapaknya di Bengkulu, dan mulai mencari alamatnya tanpa sepengetahuan maryatul. Ardi anak tertua Syahri berusia 30 tahun berangkat ke Bengkulu mencari alamat bapaknya. sudah bertanya kesana kemari ia akhirnya menemukan bapaknya yang tidak sendiri lagi, sudah menikah dengan perempuan lain. Ardi menangis,.. tak percaya mengapa bapak yang ia hormati bahkan seorang guru bisa seperti itu, yang bisa-bisanya mengkhianati ibu kandungnya. tak terkendali ia langsung menyapa bapaknya dengan Amara " bakkk!!!" Ardi berteriak keras, spontan membuat Syahri kaget dan syok melihat Ardi di depannya. "apa yang bak lakukan?, siapa perempuan ini" tanya Ardi dengan nada yang keras, tak peduli ia berteriak sama bapaknya. "bapak selalu mengajarkan kebaikan, inikah kebaikan ituuuu?" Ardi menangis di depan bapaknya. " bagaimana Mak sama adik-adik tau apa yang bak perbuat, saya kecewa sama bak". Syahri hanya bisa terdiam dan tak bisa berbuat apa-apa, akhirnya ia mengatakan sebenar-benarnya "maafkan bak nak...bak sudah lama tidak mencintai Mak kau lagi" mendengar itu Ardi langsung pergi berlarian untuk lebih baik pulang saja, dari pada mendengar penjelasan ayahnya yang tak berguna baginya, kecewa luar biasa terlintas di pikiran Ardi.

Rantai keluarga yang terputus bab 3

sesampainya di kampung, Ardi lekas menuju rumah dan langsung masuk kamar untuk tidur, tanpa bertemu sama Mak dan adik-adiknya. Tujuannya berangkat ke bengkulu hanya membuat semua anggota tubuhnya begitu sangat amat lelah. Adik-adik Ardi mengetahui keberangkatannya ke Bengkulu hanya ibunya saja yang tidak mengetahuinya. Adik- adik Ardi saling mengode untuk mengetok pintu kamar Ardi untuk menanyakan tentang bapaknya dengan penuh penasaran dan harapan. Akan tetapi tidak satupun yang berani mengetok kamar kakaknya itu. sudah empat jam Ardi tertidur di kamar, waktu sudah menunjukkan pukul 18:25 Ardi mulai terbangun dan bergegas mandi, Ujang dari tadi menunggu kakaknya bangun langsung bersemangat mau mendengarkan kakaknya menceritakan tentang bapaknya. selsai mandi Ardi langsung menuju meja makan, di sana adik-adik dan ibunya menunggu untuk makan. "Ardi lama sekali kamu, sini makan bareng, ada lemea lalapan petai kesukaanmu" maryatul memanggil anaknya Ardi yang dari tadi di tunggu-tunggu. Tanpa basa basi Ardi langsung duduk dan makan dengan lahapnya dengan posisi kaki di atas kursi, tangan kiri memegang lalapan petai dan tangan kanan mengambil nasi masuk ke mulutnya begitu banya hingga mulutnya menggumpal. "pelan-pelan nak.... kayak ngak makan setahun", " heheh masakan Mak memang enak" Ardi langsung memuji ibuknya. adik-adiknya pun ikut tertawa

selesai makan, adik-adik Ardi menunggu di ruang tamu untuk mendengar cerita Ardi tentang bapaknya di Bengkulu. Ardi bingung untuk menceritakannya, akhirnya selesai makan Ardi langsung pergi keluar tanpa berbicara apa-apa, "kenapa kakak pergi begitu saja" ucap Tiwi anak ketiga maryatul. "entahlah, sikapnya aneh" sahut Maryana. Ujang anak terkecil hanya bisa diam dan hanya menahan kesedihan dan kerinduan tentang bapaknya. menunggu cerita dan berita kakaknya tak jua ia dapatkan walaupun hanya untuk melepas kerinduan.

sebulan kemudian Ardi tak pernah bercerita apa-apa kepada adik-adiknya, akhirnya mereka bertiga bersepakat untuk pergi sendiri ke Bengkulu menemui bapaknya. sebelum pergi, mereka bertiga menemui ibunya untuk minta persetujuan, " mudah-mudahan Mak mengizinkannya" ucap Maryana kepada adik-adiknya. "Mak boleh tidak kami ke Bengkulu menemui bapak" tanya Maryana kepada ibuknya. "tidak boleh, Bengkulu itu jauh...,, adik-adikmu masih kecil, nanti terjadi apa-apa di perjalanan atau nanti kalian kesasar ngak tau alamatnya" jawab maryatul dengan nada lembut penuh sesak, lantaran ia tau kerinduan anak-anaknya kepada bapaknya yang tak pernah pulang menjenguk anak-anaknya. dalam hati maryatul berbicara "pak... apa kesalahan ibuk begitu besar terhadap bapak, kenapa bapak jadi begini, bagai mana dengan anak-anak pak...," hati maryatul sangat sedih, sehingga air matanya mengalir begitu saja, walaupun ia menahan sekuat-kuatnya." Mak ... Mak menangisinya" tanya Ujang "hehe mana mungkin Mak menangis",, "ngapa air mata Mak keluar" Ujang menjawab dengan polosnya, "Mak hanya kelilipan Jang.." maryatul menyembunyikan kesedihannya.Tapi Tiwi dan Maryana tak mungkin bisa di bohongin, mereka tau kesedihan ibuk nya itu, dan mereka memeluk ibuknya, malam menjadi sunyi, cahaya lentera seakan-akan meredup menyelimuti kesedihan di dalam bilik rumah maryatul.

dua hari kemudian mereka bertiga merengek mau menemui bapaknya lagi, mereka menemui ibuk nya, "Mak kami mau menemui bak ke bengkulu.. tekad kami sudah bulat" maryana meyakinkan ibuk nya. Akhirnya ibuk nya mengizinkannya "Tapi kalian ajak sepupumu Ara ... ia lebih mengetahui lokasi di situ", "baik Mak.." jawab Maryana dengan gembira. segera Maryana menjemput Ara sepupunya yang rumahnya tidak begitu jauh dari tempat tinggal nya. "assalamualaikum" "wa'alaikumsalam" jawab ibuk Ara, "Ara ada Wak?" tanya Maryana, "Ara..!! ada Maryana sini". Ara segera keluar menghampiri Maryana. "Ara tolong antar kami ke Bengkulu untuk menemui bapak" Maryana penuh harap, "kapan berangkatnya?" Ara menyahut, "kalau bisa hari ini, itu pun kalau Ara bisa", "ok.... baiklah saya sudah lama ngak jalan-jalan hehe" jawab Ara gembira. "o ya segera la untuk berkemas kami tunggu di depan" .

mobil sudah tiba kini tiba saatnya mereka berempat berangkat, Maryana dan adik-adiknya segera berpamitan dan berpelukan kepada ibuk nya , penuh kesedihan yang amat dalam Maryana melepaskan kepergian anak-anaknya, "hati-hati nak ya... jaga adik-adikmu dengan baik, kelak kalau ketemu sama bak mu suruh ia balik Mak selalu menunggunya " tangisan Mariatul membasahi bumi dan seakan-akan belum siap menerima keadaan ini.

mobil sudah melaju keberangkatan Maryana dan adik-adik nya penuh dengan harapan dan semangat, di samping itu ia sedih meninggalkan ibuk nya sendiri di dusun. mereka menuju alamat di mana Ardi kakaknya bertemu bapaknya itu dan bremmm.....ezzzz mobil berhenti di tempat tujuan. pas di depan rumah Syahri, mereka seger turun dari mobil dan juga menurunkan barang-barangnya dan mobil berangkat pergi kembali. "ini alamatnya ya" tanya Maryana sama Ara "ia ini lah alamat ini, ngak salah kok...." Ara meyakinkan. segera Maryana mengetok pintu tok... tok... tokkk. "assalamualaikum", tiga kali mengucap salam baru ada yang menjawab "wa'alaikumsalam". kemudian ada yang membuka pintu " siapa ya?", Maryana jadi bingung, "benar ngak ini alamatnya" tanya Maryana sama Ara, "ia betul !!", " oh ia ini rumah bapak Syahri bukan" tanya Ara sama perempuan yang membuka pintu rumah tersebut, "ia betul, kalian siapa" jawab perempuan tersebut. "kami anak-anak pak Syahri " jawab Maryana, " ohhhh anak pak Syahri, aku isterinya dan pak Syahri sering cerita tentang kalian", perempuan itu biasa-biasa saja seolah-olah sudah siap menerima jika anak-anak Syahri tiba-tiba muncul, maklum sebelum menikah Syahri mengatakan statusnya dan mengatakan memiliki empat orang anak, jadi dia benar-benar mencintai Syahri dengan tulus apapun yang terjadi. dan tiba-tiba Maryana dan adik-adiknya kaget, "apa??? bapak menikah lagi" Maryana tak percaya, lalu wanita itu mengajak mereka masuk, "masuk aja dulu nak, nanti kita bicarakan lagi" wanita itu mengatakan dengan lemah lembut. melihat wanita itu penuh dengan kasih sayang dan lembut mereka menurut dan mengangkut barang-barangnya masuk. mereka di suguhi makanan dan minuman, sontak suasana hening, tak ada yang memulai pembicaraan dan saling memandang satu sama lain.

satu jam kemudian, ada suara orang melangkah di depan rumah dan langsung membuka pintu "assalamualaikum", "wa'alaikumsalam " mereka menjawab serentak, "bakkkkk!!!"Ujang berlari memeluk bapaknya. kemudian di susul kakak-kakaknya. "kenapa bak ngak pernah pulang?" tanya ujang sambil menangis rindu, begitu pula kakak-kakaknya, suasana menjadi kesedihan yang begitu dalam dan saling melepaskan kerinduan yang teramat amat. "bak menikah lagi ya..." Maryana menanyai sambil menangis terseduh-seduh. "maafkan bak nak..... bak hanya kesepian, dan ibumu banyak mengecewakan bak.., bak selalu mengumpulkan uang seratus dua ratus rupiah untuk masa depan kalian, untuk masa depan kita semua, tapi ibumu,,, semua di berikan sama Wak mu.... bak tidak tahan lagi nak" Syahri menangis . "Wak kamu wataknya begitu buruk, suka berjudi... bapak ngak mau mengatakan keburukan Wak mu kepada ibumu takut hubungan persaudaraanya terputus.. hancur, biarkan bak saja yang pergi, sebenarnya bak ngak tega sama Mak mu tapi menurut bak... inilah yang terbaik". Syahri menjelaskan dengan lembut dan penuh perasaan.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!