Melisa Untuk Tuan Muda

Melisa Untuk Tuan Muda

Awal Keterpurukan

Menjalin hubungan rumah tangga selama sembilan tahun lamanya ternyata tidak menjamin hubungan itu langgeng hingga maut memisahkan. Melisa dan Kristian sedang beradu mulut sudah sejak satu jam yang lalu. Keduanya tidak ada yang mau merendahkan suara bahkan menurunkan ego masing-masing.

"Aku udah nggak tahan sama kamu. Kita akhiri saja hubungan ini. Masih banyak wanita yang mau nurut sama aku. Katanya sarjana dan berpendidikan, tapi buktinya kamu seorang wanita pembangkang. Sok pinter. Susah ngomong sama orang berpendidikan seperti kamu," teriak Tian seraya menunjuk wajah Lisa dengan jari telunjuknya.

"Baiklah, Mas. Kamu udah dua kali talak aku," jawab Lisa dengan suara datar dan tatapan mata penuh kepedihan.

"Bukan hanya dua tapi detik ini juga, kamu Melisa Wulandari binti Ujang Sumarwan, saya jatuhkan talak tiga sekaligus dan mulai sekarang kamu bukan lagi istriku. Silahkan kamu pulang ke rumah orang tuamu dan jangan membawa anak-anakku."

"Aku yang mengandung, melahirkan, menyusui dan merawat mereka, Mas. Aku orang yang paling berhak mengasuh mereka. Biarkan anak-anak memilih mau tinggal dengan Ibu atau Ayahnya,"

"Persetan! Mereka hanya akan kelaparan kalau ikut kamu. Cepat pergi dari sini karena aku udah muak liat kamu,"

Hancur? Tentu saja. Hati wanita mana yang tidak hancur mendapatkan talak tiga dari suaminya. Namun Lisa masih mencoba tegar dan tidak menjatuhkan setetes pun air matanya.

"Iya, Mas. Terima kasih talaknya. Aku akan pergi dan semoga …."

"Nggak usah sok mendoakan. Cepat pergi!"

"Aku mau ambil beberapa bajuku dulu,"

Lisa langsung masuk ke dalam kamar dan mengambil tas ranselnya lalu memilih beberapa setel baju gamis dan daster juga jilbab hariannya serta pakaian dalam. Setelah itu, Lisa mengambil ponsel juga dompetnya. Lisa benar-benar tidak menangis sama sekali. Dia berusaha setegar mungkin dan segera pergi dari rumah yang sudah dia huni selama beberapa bulan terakhir.

Pernikahan Melisa dengan Kristian telah memiliki dua anak laki-laki. Satu anaknya bernama Azka Dirgantara yang kini sudah kelas dua sekolah dasar. Sedangkan satu anaknya masih berumur dua tahun yang bernama Arka Prayoga. Kebetulan mereka berdua sedang bermain dengan kakeknya karena sebelum Lisa dan Tian bertengkar, dengan cepat bapak mertuanya mengajak Azka juga Arka pergi.

Rasa yang berkecamuk membuat Lisa buru-buru berkemas dan segera keluar dari rumah tanpa pamit karena tidak mau melihat kedua anaknya menangisi kepergiannya. Ada beberapa tetangga yang bertanya, tetapi Lisa tidak menjawab bahkan menoleh sama sekali. Langkahnya semakin cepat dan segera mencari ojek untuk pergi jauh dari rumah dengan cat yang mendominasi warna hitam putih itu.

"Pak, cepat antar saya ke pol damri." Lisa menepuk bahu salah satu ojek yang sedang mangkal yang tidak jauh dari rumahnya. Lisa memikirkan kemana dia harus pergi karena tidak mungkin untuknya pergi ke rumah orang tua kandung Lisa.

Selama ini Lisa sudah cukup sabar menghadapi perlakuan Tian yang selalu berkata kasar dan sama sekali tidak menghargainya sebagai seorang istri. Di mata Tian, Lisa selalu salah dan Lisa hanya punya satu teman yang selalu dia ajak curhat. Teman online yang dia kenal tanpa sengaja dan hanya bertemu dua kali selama lima tahun mereka berteman.

Tiba di pol damri, Lisa yang tinggal di kota Lampung Tengah segera memesan tiket menuju Bandung. Entah dewi fortuna sedang berpihak pada Lisa atau sebuah takdir, bus damri tujuan Lisa datang setelah beberapa saat Lisa menunggunya.

Waktu memang sudah menunjukkan pukul empat lebih dua puluh menit. Jam dimana bus tersebut berangkat. Lisa menyempatkan diri shalat ashar terlebih dahulu di tempat pembelian tiket bus itu. Untungnya masih keburu karena Lisa sudah diperingati oleh satpam jika bus akan segera datang.

Perjalanan yang memakan waktu hampir dua puluh empat jam itu pun Lisa tempuh dengan tiada hentinya menangis tanpa suara. Dadanya terasa sesak karena ingat bagaimana nasib kedua anaknya. Ditambah lagi keadaan si bungsu karena hanya Lisa yang tahu caranya membuat anaknya diam saat tantrum.

"Maafin Ibu, Nak. Maafin Ibu yang pergi secara tiba-tiba begini," Lisa tidak mau ada satupun yang tahu kemana dia pergi. Untuk itu Lisa segera memblokir semua kontak yang berhubungan dengan keluarga Tian juga kedua orang tuanya.

"Sepertinya pepatah itu benar. Iya, aku ingat pepatah yang mengatakan buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. Nenekku bercerai sebelumnya. Kedua orang tuaku pun bercerai dan perceraian itu menurun padaku. Ya Allah … lindungi anak-anak hamba dari hal yang Engkau benci ini. Hamba hanya rido segala kebaikan untuk anak-anak hamba," Lisa hanya bisa menjerit dalam hatinya.

...***...

"Emang aku tuh udah punya feel nggak enak sama suami kamu, Lis. Aku udah bilangkan … ah sudahlah. Aku udah cariin kontrakan buat kamu. Tenang aja, kamu jangan khawatir masalah bayarannya. Udah aku lunasi buat enam bulan kedepan. Terserah mau kamu anggap hutang atau nggak. Tapi sebaiknya nggak usah kamu pikirin dulu itu, pikirkan aja gimana cara nyembuhin luka di hati kamu,"

"Maaf aku merepotkan." Lisa sudah tidak bisa menahan air mata juga isak tangisnya. Lisa menangis sejadi-jadinya dalam pelukan Umi, teman online Lisa selama lima tahun ini. Bukan hanya teman biasa, tapi teman curhat dan berbagi ide karena keduanya adalah penulis novel di beberapa platform online.

Setelah menceritakan semuanya, Lisa merasa beban di dada berkurang. Satu-satunya yang bisa memberikan Lisa support hanyalah, Umi. "Kamu bilang apa sih, mana ada merepotkan. Aku malah bersyukur sekarang kamu bisa bebas. Walaupun kamu harus rela meninggalkan kedua anakmu, tapi mereka jangan kamu jadikan alasan untuk terpuruk. Kamu harus bangkit dan ambil hak asuh mereka, hm?" Lisa hanya mengangguk dan masih terus menangis. Bahkan kedua matanya telah memerah dan kelopak matanya membengkak.

Lisa pun melepaskan pelukannya setelah dirasa cukup tenang dan nyaman. "Aku akan istirahat dulu. Tolong jangan lakukan apa pun lagi kalau aku nggak minta. Jangan khawatirkan masalah makanku. Kalau aku lapar aku bakal cari sendiri. Anakmu lagi sakit, kamu fokus aja jaga anak. Makasih banget udah mau bantu aku," Lisa mengusap habis air mata yang membasahi kedua pipinya.

"Iya. Aku akan menurut. Kamu benar-benar masih punya uang buat makan?"

"Ada. Aku rasa cukup untuk satu bulan. Kamu nggak usah khawatir, sebentar lagi dollar juga turunkan? Walaupun sisa sedikit karena harus bayar ansuran, tapi masih cukup kalau hanya untuk makan aku aja,"

"Jangan sungkan kalau butuh apa-apa. Aku mau kamu sembuh secepatnya,"

"Iya bawel. Aku pergi sendiri aja. Kamu kasih aja alamat kontrakannya,"

"Gampang kok carinya. Kamu lurus aja dari jalan depan itu. Setelah mentok, belok kanan dan tanya aja kontrakan haji Bahar. Bilang aja kamu temen aku, pasti orangnya paham."

"Hm. Oke. Aku pergi sekarang. Sekali lagi …."

"Udah nggak usah banyak bilang makasih. Mau aku kasih piring cantik?"

"Hm. Iya. Aku pergi ya? Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam."

Terpopuler

Comments

Dina Mariana

Dina Mariana

nyimak

2022-12-09

0

🌷💚SITI.R💚🌷

🌷💚SITI.R💚🌷

ya Allah..enak ya lìsa punya temen online yg bisa mengerti kesusahan temeñy..memanf kku seorang wanita ada masalsh dia ga berani curhat sm ortu atau kel..paling di pendam sendiri...smg bisa punya sahabat..

2022-11-16

3

Anisa Salam

Anisa Salam

masih nyimak thour

2022-11-16

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!