Tiba-tiba Dilamar

Lisa mencoba mencari kesibukan. Lisa pun menetapkan untuk semakin dekat pada sang penciptanya. Lisa yang menekuni dunia kepenulisan sejak beberapa bulan terakhir itu akhirnya bisa benar-benar fokus dengan dunia barunya atas dorongan dan support dari Umi.

Menjadi penulis juga tidaklah semudah yang Lisa bayangkan. Namun semangatnya terus bangkit karena melihat Umi yang selalu mendapatkan gaji lebih dari delapan juta setiap bulan bahkan bisa lebih dari sepuluh juta. Lisa tidak menyerah dan terus berusaha membuat cerita yang menarik untuk para pembaca setianya yang masih bisa dihitung jari.

Sejak menekuni dunia kepenulisan, Lisa jadi punya banyak teman dan bertukar cerita bahkan ide. Bukan hanya fokus berimajinasi, tetapi Lisa sering ikut bakti sosial yang menyibukkan diri agar lupa bagaimana keadaan anak-anaknya setelah kepergian Lisa.

Lingkungan barunya begitu mendukung Lisa untuk segera sembuh dari hatinya yang rapuh. Tetangga di kontrakannya begitu ramah ditambah Lisa sendiri juga seorang suku Sunda yang mana di lingkungannya itu mendorongnya untuk bicara bahasa Sunda bercampur Indonesia.

Satu tahun sudah terlewati begitu saja. Lisa bangga pada dirinya sendiri karena bisa benar-benar bangkit dari keterpurukan. Walaupun dia masih gali lubang tutup lobang untuk ansuran pinjaman online juga pay latternya, Lisa bisa melewati semua itu dari hasil dia menulis. Tentu saja ada peran Umi yang selalu membantu meski tidak banyak bisa memberikan pinjaman uang pada Lisa.

Pagi itu Lisa sudah siap dengan balutan gamis berwarna Lilac dengan Khimar berwarna senada. Dia akan pergi mengunjungi sebuah masjid yang sedang mengadakan bakti sosial bersama anak yatim piatu. Tentu tidak lupa Lisa menunaikan ibadah sholat Dhuha empat raka'at terlebih dahulu. Ibadah Dhuha empat raka'at serta tahajud empat raka'at itu tidak pernah dia tinggalkan selain saat datangnya tamu bulanan.

"Neng, mau ke masjid Attaqwa ya?"

"Iya, Teh. Mau kesana juga?"

"Nggak, Neng. Tapi katanya Ninik Imah mau kesana, Neng. Coba ajak bareng ya? Kasian suka takut kalau nyebrang zebra cross."

"Iya, Teh. Nanti Lisa samperin. Pergi dulu ya, Teh, assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam,"

Sesuai percakapan, Lisa menghampiri Ninik Imah dan mengajaknya berangkat bersama dengan berjalan kaki. Setiap langkah yang Lisa lalui tidak pernah terlepas dari senyum manisnya. Semua orang di sana hampir tahu bagaimana Lisa. Dia sangat ramah, murah senyum dan suka membantu orang. Itulah pandangan orang yang mengenal Lisa. Wanita berumur dua puluh sembilan tahun dengan tampilan yang selalu syar'i.

Pulang dari acara bakti sosial, Lisa mengantar Ninik Imah menyebrang zebra cross terlebih dahulu barulah dia pergi ke sebuah toko minimarket dimana dia akan berkerja. Lisa sudah tiga bulan bekerja sebagai pegawai minimarket dengan jam kerja dari jam satu siang hingga jam sembilan malam.

"Duh, Neng Lisa selalu terlihat bahagia. Apa sih rahasianya?" sapa Lilis, teman satu sip Lisa di minimarket itu.

"Nggak punya rahasia, Lis. Cuma perlu bersyukur aja. Maka Allah akan tambah nikmat itu," jawab Lisa kemudian berlalu menuju ruang ganti untuk ganti baju seragam dan memakai celemek.

Lisa benar-benar beruntung mempunyai bos yang sangat baik dan memberikan Lisa pekerjaan itu. Awalnya Lisa hanya menolong seorang Ibu-ibu yang sedang yang mempunyai riwayat penyakit demensia alzheimer. Ternyata Ibu yang ditolong itu sedang dicari oleh anaknya yang mana anak itu adalah pemilik beberapa minimarket yang tersebar di kota Bandung.

Asep Sunandar adalah nama pemilik toko dimana Lisa bekerja. Dia diberikan pekerjaan itu bukan tanpa sebab karena Lisa menolak pemberian Asep dan akhirnya Lisa menerima pekerjaan di minimarket yang mana dia hanya akan bekerja sip kedua karena sip pertama dia harus ikut kegiatan masyarakat, pengajian dan kegiatan yang berhubungan dengan keagamaan bahkan kegiatan yang bersangkutan dengan hobi menulisnya. Asep pun menyetujui permintaan Lisa sebagai tanda terima kasih karena telah menolong ibunya.

...***...

Pagi-pagi sekali, Lisa dikejutkan oleh kedatangan seorang laki-laki bersama dua lainnya yang Lisa yakini dia adalah orang tua laki-laki tersebut. "Wa'alaikumsalam. Maaf, cari siapa ya?" Lisa yang akan pergi terpaksa menundanya karena kedatangan tamu yang tidak dia kenal.

"Boleh masuk dulu?" kata laki-laki tersebut.

"Oh, iya maaf. Silahkan masuk. Mohon maaf berantakan dan tidak ada kursi." Tamu pun masuk dan duduk di tas karpet yang mendadak Lisa gelar karena adanya tamu. Keadaan hening sesaat karena rasa canggung juga malu.

"Kamu pasti terkejut dengan kedatangan kami. Tapi kami kemari dengan niat baik, Nak," ucap seorang Ibu-ibu berpakaian rapi dan berhijab.

"Iya, Buk. Maaf, maksudnya niat baik apa ya?" jawab Lisa masih canggung.

"Melisa, kenalkan nama saya Arkan Al-idrus. Ini Emak saya Aisyah dan ini Bapak saya Gufron. Saya kesini bersama kedua orang tua saya bermaksud meng-khitbah kamu. Saya ingin menikahimu," mendengar itu, Lisa langsung membulatkan matanya dengan sempurna dan menutup mulut yang menganga dengan kedua tangannya. "Saya tahu ini mendadak, tapi saya rasa usia kita bukan lagi usia untuk main-main. Makanya saya ingin langsung menikahimu," lanjut laki-laki bernama Arkan.

"Nak Meli? Kamu baik-baik aja?" tanya Ibu Aisyah. Sesegera mungkin Lisa menyadarkan dirinya dari rasa terkejut dan menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskan secara perlahan.

"Maaf Mas Arkan, saya rasa ada kesalahpahaman diantara kita. Bagaimana bisa Anda dan orang tua Anda tiba-tiba datang dan melamar saya. Kita tidak mengenal sama sekali. Bahkan Mas Arkan tidak tahu status saya,"

"Saya tahu. Kamu janda dengan dua anak dan tinggal disini sudah setahun lamanya. Kamu bekerja di minimarket Pak Asep Sunandar saat siang hari dan di pagi hari kamu menyibukkan diri dengan bakti sosial dan kegiatan keagamaan." Lisa kembali melongo.

"Bagaimana Anda bisa tahu banyak tentang saya? Sedangkan saya tidak pernah bertemu dengan Anda," jawab Lisa semakin heran.

"Kemarin aku bertemu denganmu tiga kali. Pertemuan itu membuat saya menginginkanmu menjadi istriku," jawab Arkan masih dengan bahasa yang formal.

"Tiga kali? Tapi saya merasa tidak bertemu dengan anda," sahut Lisa masih bertanya-tanya dan memikirkan kejadian kemarin apakah ada yang terlewatkan dari ingatannya.

"Pertama saya melihatmu bersama seorang ibu-ibu menyebrang zebra cross. Kedua saya melihatmu di acara bakti sosial dan santunan anak yatim yang saya adakan. Dari situ saya bertanya pada beberapa orang yang ada di acara tersebut. Ternyata saya bertemu kamu lagi di minimarket saat sore hari. Akhirnya saya meminta informasi pribadi kamu pada Pak Asep yang kebetulan dia adalah teman saya. Orang bilang jika kita bertemu dengan lawan jenis tanpa sengaja sebanyak tiga kali dalam satu hari, dia adalah jodohmu. Aku percaya kata-kata itu," jelas Arkan tidak membuat Lisa terlepas dari rasa herannya.

Terpopuler

Comments

@de_@c!h

@de_@c!h

Arkan gercep bnget...manteplah. ..😍

2022-11-16

1

🌷💚SITI.R💚🌷

🌷💚SITI.R💚🌷

kira² di terima ga ya sm lisa dan gmn perjuangan tuk dapetin lisa menyerah atau tdk..smg ini adalah yg trbaik buat lisa dan lisa bisa mendapatkn hak asuh anak..semangat up thoor

2022-11-16

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!