Arkan Penguntit

Mobil sudah melaju, tetapi mata Lisa masih terpaku melihat sosok laki-laki yang duduk di sisinya itu. Arkan hanya bisa menahan senyumnya yang gemas dengan Lisa tanpa mengalihkan pandangan menatap lurus ke depan seraya menyilangkan kedua tangannya di dada.

"Udah atuh liatnya, aku jadi geer nih," ucap Arkan tanpa menggunakan bahasa baku lagi. Sontak saja Lisa langsung sadar dan malunya bukan main mendengar ucapan Arkan. Segera Lisa membuang muka menatap ke luar jendela.

Beberapa saat kemudian, ponsel Lisa kembali berdering karena ada panggilan masuk. Lisa merogoh tas selempangnya dan mengambil ponsel kemudian menjawab panggilan masuk yang ternyata itu Umi.

"Assalamu'alaikum, aku udah otw ini, Mbak," kata Lisa.

"Wa'alaikumsalam," jawab Arkan tiba-tiba membuat Lisa menoleh padanya.

"Ish apaan sih ... ah, bukan siapa-siapa. Mungkin lima belas menitan lagi aku nyampe ... hm ... oh gitu ... ya udah nggak pa-pa. Iya ... udah nanti aja jelasinnya. Oke ... wa'alaikumsalam." Lisa kembali memasukkan ponselnya ke dalam tas dan kembali pada posisi sebelumnya.

Setelah itu, tidak ada lagi percakapan diantara keduanya hingga tiba di depan Mall Paris Van Java. "Teh, mau masuk atau sampe depan aja?" tanya sopir ojol.

"Jalan aja, Pak. Jadi berapa ya, Pak?" tanya balik Lisa karena malas mengambil ponselnya untuk melihat tarif mobil tersebut kemudian merogoh dompet di tas selempang.

"Aku aja yang bayar," jawab Arkan kemudian memberikan uang merah dua lembar. "Ambil aja kembaliannya, Pak. Doakan biar saya bisa segera meluluhkan hatinya ya, Pak?" kata Arkan kemudian keluar dari mobil tersebut.

"Maaf, Pak. Nggak usah di tanggepin ya?" kata Lisa malu dengan sikap Arkan. Lisa pun ikut turun dan menatap sinis Arkan yang terlihat begitu cool. Lisa hanya menggelengkan kepalanya karena cukup sebal laki-laki itu terus mengikuti langkah kakinya dari belakang.

Tiba di depan Oh La La cafe, Lisa membalikkan badan dan kembali menatap Arkan yang juga sedang menatapnya. "Apa anda tidak punya kerjaan, Tuan?" tanya Lisa dengan nada penuh penekanan.

"Aku ini lagi kerja, Neng. Kamu tahu pekerjaan baruku sekarang? Em ... pekerjaanku sekarang adalah meluluhkan hati wanita pujaanku," jawab Arkan seraya tersenyum manis tetapi lebih pada meledek Lisa.

"Astaghfirullah ... Mas Arkan yang terhormat, bisakah anda jangan menguntit saya?"

"Siapa juga yang menguntit. Aku loh mau jagain kamu. Kan katanya mau ketemuan sama cowok. Lagian aku juga laper. Buruan atuh masuk. Tenang aja aku akan jaga jarak dan jaga sikap agar tidak terlalu cemburu kamu ngobrol sama cowok."

"Terserahlah," Lisa hanya bisa memutar bola matanya karena kesal dengan jawaban Arkan lalu berbalik badan dan hendak masuk ke dalam cafe.

"Eh, tunggu!" cegah Arkan dan terpaksa Lisa kembali menoleh.

"Apaan?" jawab Lisa jutek.

"Aku lebih suka di panggil Aa dari pada Mas." Arkan kemudian mendahului Lisa untuk masuk ke dalam cafe. Bukan langsung duduk, tetapi Arkan menyapu ruangan itu dengan mata yang aneh. Akhirnya dia pun melihat sosok laki-laki yang dia tebak itu adalah Hendi. Arkan pun duduk di kursi yang hanya di bagian belakang laki-laki bernama Hendi itu.

Benar tebakan Arkan, Lisa mengahampiri laki-laki tersebut. "Assalamu'alaikum, Kak. Maaf ya lama nungguin?" sapa Lisa lalu duduk berhadapan dengan Hendi.

"Wa'alaikumsalam, nggak pa-pa. Cafenya juga baru buka, aku juga baru masuk," jawab Hendi.

"Heh! Sok yes!" ucap Arkan membuat Hendi menoleh ke belakang. Lisa pun mengalihkan perhatian Hendi.

"Eh, Kak Hendi kok sendiri? Kak Eka sama Kak Dewi mana?" tanya Lisa dan membuat Hendi tidak perduli dengan laki-laki yang duduk di belakangnya.

"Lagi ke atas. Nggak tahu beli apa," jawab Hendi seraya menyeruput segelas kopi di depannya. "Eh, kamu mau pesen apa? Kita nyantai aja dulu sambil nungguin pasangan bucin itu," Hendi pun mengangkat tangannya untuk memanggil waiters.

"Em ... aku mau kopi olala aja, Kak," kata Lisa pada waiters yang berdiri di sisinya Hendi.

"Saya pesen yang sama kayak Teteh itu ya Teh," kata Arkan membuat waiters itu menoleh pada Arkan.

"Iya, Aa. Apa ada lagi?" tanay waiters itu.

"Panggil, Pak aja. Atau Om. Cuma istri saya yang boleh panggil, Aa." Waiters itu kebingungan hingga menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Eh, maaf atuh, Om. Mau pesan apa lagi?" tanya kembali waiters itu dengan canggung.

"Kalau Teteh itu pesan, saya juga pesan yang sama." Arkan tidak menoleh sama sekali dan hanya fokus pada benda pipih yang dia pegang.

"Dasar nggak sopan," ucap Lisa.

"Kamu kenal?" tanya Hendi.

"Eh, Teh. Udah aku itu aja ya?" kata Lisa membuat waiters itu mengangguk dan pergi. "Udah, nggak usah dihiraukan. Oiya ... Kak Hendi lama di Bandung?" Lisa pun mengalihkan pembicaraannya.

"Nggaklah. Besok aku udah balik ke Depok. Makanya hari ini nyempetin buat ketemu kamu," jawab Hendi.

"Makasih banyak loh Kak atas waktunya. Tapi sayang Mbak Umi nggak bisa ikut. Anaknya lagi kumat baiknya,"

"Iya, tadi udah nelpon aku. Eh, coba buka naskah kamu dan coba revisi di bab satu. Ada beberapa dialog tag yang salah. tanda baca juga tanya tanya masih ada beberapa yang harus di perbaiki. Terus konflik di bab tiga kurang greget. Bukannya kamu udah banyak belajar dari Umi?"

"Iya, Kak. Aku jarang bisa komunikasi sama dia akhir-akhir ini. Kadang aku yang punya waktu, dia yang nggak. Eh giliran dia yang punya waktu, aku yang nggak ada waktu. Biasalah emak-emak super sibuk dia."

"Mana coba naskahmu?" Hendi dan Lisa pun berdiskusi masalah novel Lisa yang akan diangkat menjadi web series. Arkan hanya menjadi pendengar tanpa memotong pembicaraan mereka lagi. Bahkan sampai teman Lisa bernama Eka dan Dewi datang, Arkan masih setia duduk di belakang Hendi.

Mendengar Lisa yang selalu tertawa, Arkan tidak tahan untuk menatap wajah ayu Lisa. Akhirnya dia merubah posisi duduknya agar leluasa melihat Lisa yang enjoy dengan teman-temannya.

Hingga waktu Dzuhur tiba, mereka sepakat untuk menyudahi revisi naskah milik Lisa dan berpamitan. "Makasih banyak ya, Kak Dewi." Lisa cipika-cipiki dengan wanita bernama Dewi itu.

"Kamu harus semangat ya? Cerita kamu ini luar biasa bagus baru baca beberapa bab aja. Sayangnya kita ada urusan lain setelah ini," kata Dewi mengusap bahu Lisa.

"Hm. Lisa akan terus semangat membuat karya-karya baru," jawab Lisa dengan senyuman manisnya. "Makasih juga ya Kak Eka dan Kak Hendi atas waktunya," kata Lisa menatap bergantian Hendi juga Eka dengan menangkupkan tangannya di dada.

"Sama-sama. Kamu mau langsung pulang?" tanya Hendi.

"Nggak, Kak. Aku masih ada beberapa urusan disini," jawab Lisa sedikit melirik Arkan yang sejak tadi menatapnya.

"Kalau gitu kami pergi dulu. Kamu hati-hati ya?" Hendi dan Eka pun berlalu. Sedangkan Dewi terlihat berbisik pada Lisa.

"Orang itu dari tadi liatin kamu terus, Mel. Kamu harus hati-hati ya?" bisik Dewi membuat Lisa terkekeh.

"Tenang aja, Kak. Kamu tahu aku bisa mematahkan tangan seseorang kalau aku mau," Dewi pun terkekeh dan berlalu.

"Ah, calon istriku seorang penulis ternyata." Arkan menghampiri Lisa yang kemudian mendapatkan lirikan sinis.

Terpopuler

Comments

🌷💚SITI.R💚🌷

🌷💚SITI.R💚🌷

memang arka pede banger ya ga ngaaih celah buat yg lain..pokoky geecap de..smg aja kalian berjodoh dan arkan jd jodoh yg trrbaik

2022-11-17

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!